DJ• prolog

13 2 3
                                    


"Bahagia akan terhenti saat dimana kau tidak sadar apa yang kau punya kemaren dan apa yang kau miliki saat ini"

__Anonim__

Bersyukurlah!!!

☆☆☆

Kring, kriiing, kriiing.

Bunyi Bel sepeda yang berdering nyaring di halaman rumah memaksa Afi untuk cepat bergegas secepat kilat.

"Et dah bocah, tunggu bentar napa"
Teriak Afi dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua dan dengan tangan yang sibuk merapikan rambut yang tak kunjung rapi.

"Oh Qafiya Thasa Qalbi. Sungguh rempong hidupmu naak"

Sesampai di ruang makan, Afi rasa tak sempat untuk memakan semua makanan yang disiapkan Bundanya. Afi hanya membawa dua potong roti berselaikan kacang yang sangat disukainya.

"Afi pergi ya Bun, Yah. Doain Afi biar ngak tidur dikelas yaa"
Afi bergegas menyalami Bunda dan Ayahnya yang sedang menikmati makan pagi.

"Afiii. Anak ini kebiasaan yah"

Nada sedikit kecewa yang membuat Randin bunda Afi menggeleng dan diikuti tawa kecil dari ayahnya.

"Yak, lu aa au ak?" Afi memaksa bicara dengan sepotong roti di mulutnya. Adia Hanan Hanafi, sudah sangat hafal dengan sapaan pagi yang diberikan Afi padanya. Dan Adia langsung paham kalau Afi memberikan tawaran roti yang di pegangnya. Tanpa basa basi Adia menyambar roti selai.

"Pagi ini harus cepat yak. Biasa matematika sama Pak Thomas. Kalau telat di suruh nyanyi"

"Lah emang kenapa? Suara lu kan bagus Fi"

Goda Adia diiringi tawa yang ditahannya. Adia tau kalau suara Afi kalah bagusnya sama suara induk kucing beranak enam, kucing Buk De penjaga kantin.

"Bodo amat" cemberut Afi yang mulai duduk di bangku boncengan sepeda Adia.

Sepeda Adia. Sepeda yang selama ini menemani dua sejoli itu. Sepeda yang mengantarkan mereka ke parkiran sekolah. Sepeda yang selalu bertingkah baik sehingga jarang mendapatkan masalah saat dijalan.

Mereka memarkirkan sepeda, lalu Afi duluan karena jam pertama sialan yang membuatnya harus berlari dari parkiran.

Afi berjalan secepat mungkin. Tangan kanan Afi memegang binder bersejarahnya. Dan tangan kirinya sibuk memperbaiki rambut yang membuatnya sedikit kesal.

Fathi, ketua kelas Afi yang ngeselin minta ampun. Yang sok disiplin, sok rajin, ngerasa diri paling perfect, sudah siap berdiri di depan pintu. Orang ngak jelas yang nge-check kelengkapan seragam siswa-siswi kelas Afi. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang jelas tuh orang ngak ada "kerjaan"

"Aafii! lo bisa ngak datang lebih cepat dikit? Gue capek nunggu. Padahal rumah lo dari sini cuma sejengkal kali" Fathi ngomel. Afi ikut menggerakkan mulutnya seakan-akan Afi tau apa yang akan diomongin Fathi selanjutnya.

"Terserah lo deh. Dasar manusia ngak jelas" Afi masuk dengan cibiran yang membuat bibir sebelah kanan Fathi terangkat.

Yap, memang terserah gue

Begitulah yang ada dipikiran Fathi.

☆☆☆

Ntah apa yang membuat Afi selalu tidur di dalam kelas. Yang beruntungnya, Afi tidak pernah kepergok guru. Saat belajar Afi seperti tidak pernah tidur selama tiga hari sedangkan saat istirahat ia seperti tentara yang siap berperang. Punya stamina empat lima.

"Yak" Panggilan akrab Adia.

"Fii. Gue ngak makan di kantin deh. Pr numpuk nih. Nanti jam ke tujuh harus ngumpulin laporan padahal baru siap setengah." Adia memasang wajah memelas berharap Afi paham.

"Yaudah deh. Gue makan sama Feeza aja yaa" Afi berbalik dari hadapannya yang menghadap ke kelas Adia.

Saat berbalik Afi menabrak tubuh cowok yang yang tingginya melebihi tubuh Afi. Sesaat perhatian semua orang beralih ke suara ya Afi keluarkan.

"Adaww" Afi refleks mundur selangkah. Dan mengelus kepalanya yang padahal tidak sakit sama sekali.

Sedangkan cowok itu hanya shock dengan apa yang tiba-tiba menghantam tubuhnya. Lalu suara tawa dari teman-temannya pecah hingga membuat semua orang berkata..

"Ciiieeeee"

Afi malu. Cowok itu terdiam. Mereka salah tingkah hingga tidak jelas apa yang mereka lakukan. Tak habis fikir Afi pergi dan jalan menuju kekelasnya.

"Ih apaan sih lo pada. Lah tuh cewek ngak sengaja" Cowok itu tetap berusaha santai dan berusaha untuk nengabaikan yang apa yang telah terjadi.

☆☆☆

DUA JALURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang