TSL Part. 1

13.5K 714 13
                                    

Haloo. Saya memutuskan untuk menulis cerita baru dengan genre baru hihihi.

Kebetulan saya adalah fans besar werewolf dan belum menemukan mate hingga sekarang-_-

Semoga kalian suka! cerita ini berlatar tempat didunia nyata dengan tambahan imaginasi author(⌒▽⌒).

________________________________________________

TSL Part 1

Berkerja sebagai Penerjemah bahasa memang gampang-gampang susah. Walaupun tidak terlalu membutuhkan fisik yang kuat, tapi syarat utamanya adalah ketelitian, kesabaran dan yang tidak kalah penting adalah stamina tubuh yang tidak ada habisnya.

Sialnya hari ini bagian 'kesabaran' yang diuji habis-habisan. Bayangkan saja aku telah menerjemahkan buku yang tebalnya enam ratus lembar dan harus dirombak berulang-ulang karena alasan yang tidak masuk akal!

Yah, lupakan saja. Sebaiknya kita pulang sekarang.

"Cleo!!" Aku menghentikan langkahku yang hampir mencapai pintu lobby, dan menoleh pada seseorang yang sedang berlari kearahku.

"Kau ingin pulang? Aku-em... Aku numpang mobilmu ya? Boleh kan? Mobilku masuk UGD pagi ini. Kumohon"

Jean yang tiba dihadapanku langsung membungkuk memohon memintaku untuk mengabulkan permintaannya barusan.

Sebenarnya aku tidak keberatan. Hanya saja aku tidak habis pikir dengannya yang masih mempertahankan mobil tua yang masuk bengkel bolak-balik itu.

Mungkin jika seluruh biaya perbaikan mobil itu di jumlahkan. Kemungkinan Jean bisa dapat mobil baru satu.

"Oke. Ayo cepat. Sepertinya akan hujan deras"

Dan benar saja. Sesaat setelah memasuki mobil diparkiran yang terbuka, bagai air yang tumpah hujan turun dengan derasnya.

"Aduh, kenapa bisa sederas ini? Tadi siang sangat cerah bukan?"

Jean yang disebelahku berucap dengan gusar.

"Mungkin tuhan berusaha menyadarkanmu." Balasku tidak berminat.

"Menyadarkanku? Maksudmu?"

"Ya. Menyadarkanmu untuk segera mengganti mobilmu yang sudah sakit kronis itu" suaraku terdengar dingin, apa ini benar-benar suaraku?

"Aw, thats rude C. Kau tidak boleh seperti itu. Pacarku sedang sakit parah dan kau suruh aku cari yang baru, kau dingin sekali. Kau tahu? Tidak ada laki-laki yang tahan denganmu nanti. Hahaha"

Jean berucap dengan nada seakan tersinggung dan diakhiri dengan tawa khasnya.

Jeanette Marshal. Hanya dia satu-satunya teman dekatku. Dia berhasil membuat dirinya kuakui keberadaanya.

Aku memang memiliki banyak 'teman' tapi yang dekat hanya Jean. Hanya dia yang bertahan dengan kata-kata pedasku saat yang lain memilih pergi.

Aku sebernarnya tidak masalah dengan itu semua. Toh, mereka yang pergi tidak memberiku keuntungan dan aku memang tidak berminat berteman dekat dengan orang yang bersifat parasit. Saat aku penasaran kenapa dia tahan dengan kata-kataku yang pahit dan Jean hanya berkata

'Tahu tidak C? Kejujuran itu kebanyakan memang pahit. Dan kurasa seorang sahabat seharusnya memang seperti itu. Aku yakin kau mengatakan itu untuk kebaikanku'

.
.
.

Awan hitam yang masih bergelayut dilangit semakin kelam, menandakan hari sudah semakin malam. Hujan deras yang mengguyur kota kecil diperbatasan Texas dengan penduduk sedikit ini belum menunjukan tanda-tanda lelah dan ingin berhenti.

Matahari yang seharusnya menyinari langit dengan kilau orange saat petang menyingsing seakan tak kuat untuk menembus pekatnya awan hitam yang bagaikan kain hitam di bentangkan di langit.

Dua insan yang menembus jalanan seperti tak peduli dengan derasnya hujan yang mendera mobil merah mini itu, ketika pengemudi lain memilih menepi karena kencangnya angin mereka tetap melaju dengan kecepatan normal. Hanya satu tujuan mereka yaitu Rumah.

.
.
.

"Kau mau mampir? Kurasa hujannya berubah jadi badai. Kau bisa tunggu hingga reda di apartku"
Jean menawarkan idenya pada Cleo yang masih fokus mengemudi. Mereka sudah mulai memasuki pelataran parkir apartemen yang di tempati Jean

"Kurasa tidak. Sebaiknya aku pulang sebelum badainya bertambah parah."
Jawab Cleo menatap jalan raya dan Jean bergantian.

Jean yang tadinya ingin turun dari mobil langsung berhenti dan menoleh pada Cleo
"Kau menolakku? Ah, aku patah hati"

Cleo melihat Jean memegangi dada kirinya seakan patah hati.
"Itu jantung, Asshole!"

"Hahaha dasar kau ini. Tapi benar tidak ingin singgah dulu? Akan bahaya seorang gadis pulang dalam keadaan badai terlebih rumahmu harus melewati pinggiran hutan dan kau... Sendiri"

Jean berusaha untuk membujuk Cleo lagi agar singgah. Perasaanya sedang tidak enak sejak hujan turun tadi.

"Ew. Kau terdengar seperti laki-laki hidung belang" Cleo mengatakannya dengan nada jijik dan terkekeh sesudahnya.

Jean yang sudah turun dari mobil Cleo berlari ke tempat teduh.

"Aku serius Cleo! Kau sebaiknya menginap ditempatku!"
Jean sedikit kesal karena Cleo tidak menanggapi ucapannya dengan serius.

"Aku juga serius. Sebelum security curiga karena mendengar kata-katamu yang ambigu itu sebaiknya aku pulang. Aku tidak ingin dianggap melenceng nantinya hahaha. Bye J!"
Ucap Cleo final. Dia memilih pulang sebelum terjebak total ditengah badai.

Benar saja saat diperjalanan pulang badai semakin parah. Saat ia melewati pinggiran hutan untuk menuju kediamannya, pohon-pohon seakan menari zumba di sekitarnya.

Cleo bergidik ngeri membayangkan mobil mininya tertimpa salah satu dari mereka dan tidak sadar dia menginjak pedal gas lebih dalam.

Cleo berusaha untuk fokus menyetir karna sebagian jalanan tertutup lumpur, dahan dan bebatuan ia tidak mau ban mobilnya terjebak dikubangan lumpur dan harus mendorong seorang diri disaat badai seperti ini. Itu kan jadi mimpi buruk!

"Kau harus tenang Cleo, jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lamban. Perhatikan sekitarmu jangan sampai mereka menimpamu. Sedikit lagi sampai" Cleo terus mengulangi kata-katanya. Entah mengapa ia merasakan kebaradaan lain, seperti bukan hanya dia saja disini.

CKEETT !!!

Suara rem yang diinjak mendadak menambah latar suara hujan dan guntur yang terdengar didalam mobil Cleo.

"Oh, My God!" Cleo yang menginjak pedal rem mendadak hanya bisa melongo menatap rombongan serigala yang sangat banyak melintas didepan mobilnya.

-Continue to Tsl p.2-

The Scarlet LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang