Sorry

38 7 1
                                    

You know I try but I don't do
too well with apologies...
'Cause I just need one
more shot at forgiveness

💍

Untuk Althea Sarasvati, the straw to my berry.

Aku masih tersenyum setiap kali otakku memutar memori tentang kita, dulu.

Kamu memasuki kelasku diiringi siulan nakal dari anak laki-laki. Anak baru yang cantik, pikirku saat itu. Kamu memperkenalkan dirimu sebagai Althea--Thea. Kamu sangat marah ketika aku memanggilmu dengan sebutan 'alteco', lem berbau busuk.

Ternyata benar, kamu memang lem. Kamu menempelkan dengan erat hatiku pada hatimu. Menempelkan wajahmu dalam mimpiku.

Setahun pertama berteman denganmu, jujur aku sama sekali tidak menyimpan rasa. Entah kapan rasa ini mendadak muncul. Kelas sepuluh, kamu tampak sangat cantik. Berbeda. Menggetarkan hatiku. Lalu aku sadar, aku telah jatuh cinta padamu.

Lumayan susah mendekatimu karena sainganku terlalu banyak. Tapi untunglah, semesta mengarahkanmu padaku. Sebelas November dua ribu sembilan, kelas sepuluh semester satu, kamu menerimaku menjadi pacarmu.

Enam tahun menjadi kekasihmu adalah enam tahun terindah dalam hidupku.

Kamu membuatku bahagia. Terlalu bahagia. Kamu bukan hanya pacar, tapi juga sahabat. Teman curhat. Tempatku berbagi. Penjagaku. Bersamamu, aku tahu bahwa hatiku akan selalu aman. Bahkan saat naik tornado bersamamu di taman bermain, aku tidak takut karena kamu menggenggam erat tanganku (tapi sekarang aku tidak berani lagi).

Bukan hanya sekali dua kali aku membayangkanmu menjadi ibu dari anak-anakku. Membayangkanmu menyiapkan sarapan bagiku, memasangkan dasiku saat aku akan berangkat ke kantor, mengecup bibirku penuh cinta setiap malam sebelum tidur.

Kamu adalah yang pertama untuk segala sesuatu, dan membuatku semakin susah melupakanmu. Pacar pertamaku, pelukan pertamaku, ciuman pertamaku, kencan pertamaku, semuanya mengarah pada namamu.

Bahagia aku sempat memilikimu. Seharusnya tak perlu ada kata sempat jika aku tak sebodoh itu.

Harusnya aku sadar seberapa sering kamu mengalah demi kita. Seberapa sering aku memarahimu tanpa alasan yang jelas, namun kamu dengan tulus tetap meminta maaf dan mengajakku berdamai. Seberapa sering aku terlambat datang ke tempat kencan kita, dan membiarkan kamu menunggu lama seorang diri.

Aku sudah sadar, namun aku terlambat. Apalagi untuk kesalahan terakhirku. Aku nyaris bunuh diri karena frustasi memikirkanmu.

Thea, kamu ingat, kan?

Saat itu aku melihatmu mengobrol akrab dengan Deri. Kamu tertawa lepas, terlihat sangat bahagia. Entah lelucon apa yang Deri lemparkan hingga membuatmu tertawa selepas itu.

Lalu rasa cemburu menguasaiku. Penuh. Begitu saja.

Kutarik pergelangan tanganmu dengan keras. Kamu mengaduh, tapi aku tak peduli. Aku membentakmu di depan kampus, di pinggir jalan. Menuduhmu berselingkuh dengan Deri. Melontarkan deretan kata kasar. Mengataimu yang bukan-bukan. Terakhir, melepas paksa arloji yang melingkar di tanganku--hadiah darimu, kulempar ke tanah, dan kuinjak-injak.

Masih terngiang di telingaku pekikanmu. "Kamu jahat!" teriakmu. Tapi aku tak peduli. Entah setan apa yang menguasaiku saat itu.

Kemudian kamu pergi.

Dari hadapanku. Dari hidupku. Tak lagi menghubungiku. Mengakhiri hubungan kita tanpa sebuah kata 'putus'.

Kuingat jelas amarahku yang tak terkontrol saat itu, dan tangismu yang mengalir deras di hadapanku. Dan aku hanya bergeming, tak mempedulikanmu yang beranjak pergi.

Aku menyesal, aku terlalu sombong untuk meminta maaf padamu--padahal jelas itu semua salahku. Aku terlalu egois, mengabaikan perasaanmu. Aku terlalu jahat untukmu.

Thea, aku terlambat, ya?

Tak perlu kamu jawab, aku sudah tahu jawabannya, kok. Tapi aku senang, kamu mengundangku ke pernikahanmu. Aku akan datang sebagai kawan lama yang mendoakan kebahagiaanmu.

Kuakui kamu hebat, Thea. Empat tahun bukan waktu yang cukup bagiku untuk melupakanmu. Melupakan kita.

Thea, tolong.
Saat mengingatku, ingatlah hari-hari bahagia yang kita lalui, meskipun akhir cerita kita sangat menyakitimu. Tolong, maafkan aku. Ingatlah saja bagaimana aku mengajarimu berenang, kencan es krim kita setiap hari Selasa, lomba makan kacang, masih banyak kan?

Oh, ya. Lelaki itu tampak cocok denganmu. Sulit menerima kenyataan bahwa bukan namaku yang bersanding dengan namamu di undangan pernikahan itu. Kudoakan ia tidak akan pernah melakukan hal-hal jahat yang sudah kulakukan padamu dulu (kalau sampai ia melakukannya, bilang padaku! Akan kubunuh). Semoga harapanmu memiliki anak kembar dapat terwujud dengannya.

Thea, aku berjanji akan mengundangmu ke pernikahanku, suatu hari nanti. Kamu harus datang juga, ya!

Salam,
Narendra

💍

Is it too late now to say sorry?
'Cause I'm missing more than
just your body...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang