31

5.4K 411 3
                                    


"Tante, kayanya aku pulang sekarang deh" Ucap (Namakamu) sambil melirik jam tangannya sekilas. Pukul 21.30 WIB. (Namakamu) masih di sini, di rumah Zidny.

"Tante anter aja yuk"

"Ga usah Tante, Aku udah di jemput kok di depan"

"Yaudah Tante anter sampe depan" Ucap Bunda Eca sambil beranjak dari duduknya. Zidny dan Nandos mengikuti.

"(Nam) hati-hati di jalan ya" Ucap Zidny sambil melambaikan tangan. (Namakamu) tersenyum. "Tau kayak gini Gue ga bakal nganter Lo sampe sini" Batin Zidny. Karena yang menjemput (Namakamu) adalah Iqbaal.

"Masuk yuk, dingin disini" Bunda Eca masuk. Zidny dan Nandos masih belum berubah posisi.

"Kirain yang jemput itu Kiki" Ucap Nandos. "Eh taunya malah--"

"Nyesel Gue udah ngajak Dia kesini" Ucap Zidny kesal.

"Tapi tadi Lo udah nunjukin kalo Lo bener-bener ga ngarepin Iqbaal lagi deh Zee"

"Kan di depan pacarnya yang sok itu"

***

"Baal, jangan diem gini. Aku ga mau kamu cuek lagi" Ucap (Namakamu) memecahkan keheningan. Iqbaal tidak menjawab. "Kenapa Kamu yang jemput aku Baal?" Tanya (Namakamu). Padahal (Namakamu) sudah mengirim pesan kepada Kiki.

"Takut kamu kenapa-napa" Ucap Iqbaal dengan nada datar.

"Aku gapapa kok" Ucap (Namakamu) singkat.

"Aku tuh ga mau Kamu sama Mereka. Aku tau kok, tante Eca emang baik, tapi Zidny nya (Namakamu)" Ucap Iqbaal kesal.

(Namakamu) menghela nafas. Sampai sekarang Iqbaal masih tidak rela jika dirinya bersama Zidny. "Sampe kapan sih Kamu kayak gini?" Tanya (Namakamu). "Aku tuh capek Baal. Di atur terus sama Mamah, Bang Kiki, Kamu, Namira, Danty, Ojan, bahkan fans Kamu juga ikut ngatur Aku biar ga deket sama Zidny" Ucap (Namakamu). Iqbaal diam. "Kamu kenapa diem aja? Kasih Aku alasan plis, kenapa sampe sekarang Aku ga dibolehin main sama Zidny Baal. Kenapa?" Tanya (Namakamu) lagi.

"(Nam), Aku sayang sama Kamuu--"

"Iya Aku tau" (Namakamu) memotong ucapan Iqbaal dengan cepat. "Zidny itu mantan Kamu Baal. Ga ada salahnya kalo Kalian jadi temen, bukan malah musuhan gini"

"Iya (Namakamu), Aku ngerti kok. Maafin Aku ya kalo terlalu ngatur Kamu" Ucap Iqbaal. Iqbaal hanya takut (Namakamu) marah. (Namakamu) tidak menjawab. "Bie, ke atas gedung yuk" Ajak Iqbaal.

(Namakamu) mengalihkan pandangannya ke arah Iqbaal "Udah malem Baal. Mau ngapain sih disana"

"Tadi siang Kita ga jadi kan, sekarang aja ya jadinya" Ucap Iqbaal memaksa. Sebelum (Namakamu) mengiyakan ucapan Iqbaal. (Namakamu) menghubungi Mamah Aida dan Kiki.

***

Iqbaal menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. "Dari sini semuanya keliatan ya" Ucap Iqbaal sambil melihat pemandangan dari atas sini. Walaupun yang terlihat hanya

(Namakamu) memejamkan matanya,menghela nafas panjang dan duduk. Lalu Iqbaal duduk di samping (Namakamu). "Iya Baal. Bagus ya, walaupun yang keliatan cuma lampu-lampu" Ucap (Namakamu) sambil menyenderkan kepalanya di bahu Iqbaal. "Aku kayak gini, gapapa kan Baal"

"Gapapa lah bie" Ucap Iqbaal yang kemudian merangkul (Namakamu) dari samping dan mengelus rambut (Namakamu) yang lembut. "Menurut Kamu, Aku itu gimana sih bie?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) menengadahkan kepalanya dan menatap Iqbaal. "Maksudnya?" Lalu (Namakamu) kembali ke posisi semula.

"Ya Aku ini gimana, kok bisa Kamu nerima Aku?" Tanya Iqbaal

CONVERSATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang