Hari ini aku kebagian jadwal menemani Mama belanja ke salah satu pusat perbelanjaan di dekat rumah. Berhubung sekarang sabtu dan besok kata Mama, Arshana akan datang kerumah bersama Gilang dan mas Levi, suaminya Shana.
Jadi sekarang kami sedang mengelilingi pusat perbalajaan ini untuk mencari bahan-bahan masakan dan semua keperluan yang dianggap mama perlu untuk menyambut anak dan cucu-nya."Ambilin bahan puding di rak sebelah sana ya Ka. Yang dalam kemasan itu loh, ambil aja rasa yang kamu mau. Oh juga sama buat Gilang jangan lupa"
"Oke Mam" aku berjalan ke arah ujung rak di lorong ini sambil memperhatikan setiap merk kemasan berbagai macam bahan pembuat puding.
"Arshaka bukan?"
Siapa tuh? Aku langsung menoleh ke sisi kiri-ku
"Oh tante Seila. Apa kabar, Tan?" Bundanya Gifeena ternyata saudara-saudara. Kalo Bundanya ada, anaknya bisa jadi ada nih. Waah bagus banget ini. Kok udah berdebar gini sih?
"Baik-baik. Sama siapa kamu?
"Sama Mama, Tan. Itu lagi milih-milih bumbu. Aku disuruh ngambil bahan puding" aku mengumbar senyum terbaik-ku.
"Manis banget sih kamu, mau nemenin Mama-nya belanja. Jarang loh ada anak cowok kaya kamu. Biasanya gengsinya gede banget" Tante Seila terkekeh manis
"Bisa aja tante mah" dipuji calon mertua rasanya begini amat yaa. Tersanjung banget gue. Walaupun tadi sanjungan basi banget. Cuma gue bahagia aja.
"Bun, yang ini bukan?" seorang gadis gaya anak kuliahan banget datang mengahampiri kami sambil membawa sekantong mangga.
Adiknya Gifeena. Tapi aku tidak tau namanya. Aku cuma mengetahui Gifeena punya satu adik perempuan dan wajah mereka rada-rada mirip. Dan ini dia. Memang agak mirip ternyata. Sama-sama berkerudung juga.
"Iya bener. Oh iya, Shaka kenalin ini adeknya si Mbak, si Gifeena maksud tante"
"Desyira mas. Panggil De aja" senyumnya gak kalah manis dari Gifeena. Tapi lebih manis dan cantik Gifeena kalo buat aku. Mutlak itu
"Shaka. Arshaka, mas temen sekantornya Gifeena" boleh nih deketin adeknya dulu
"Mbak Feena jarang sih mas cerita tentang temen kantornya, apalagi cowok. Palingan cuma tentang Mbak Noza sama Mbak Bunga aja"
"Eh ketemu kamu disini Sel. Berdua aja?" Mama tiba di dekat kami. Dan langsung menyapa tante Seila. Mama emang memanggil Tante Seila dengan Sel, kalo Seil ribet banget katanya. Ada-ada saja.
"Iya nih. Gifeena kebagian tugas beresin rumah sama masak. Aku sama Desyira yang belanja. Banyak banget belanjaan mu, Ta"
"Iya nih. Cucu mau pulang. Masak banyak deh di rumah"
Ibu-ibu kalo sudah bercerita gak ada habisnya. Akhirnya Mama dan Tante Seila belanja berdua, gak mau diganggu katanya. Sedangkan aku dan Desyira disuruh menunggu di cafe dekat sebelah, masih di lantai yang sama dengan para Ibu-ibu.
--
"Udah semester berapa De?" aku memulai percakapan untuk pedekate dengan adik Gifeena.
"4 mas. Hampir selesai sih, mau UAS lagi. Trus semester 5 deh"
Agaknya gadis ini anakanya ceria, dan mudah bergaul.
"Mas satu divisi sama Mbak Feena?"
"Gak. Beda. Lantai ruangan kerja kita juga beda"
"Kok bisa kenal sama Mbak, mas?"
Kepo dia. Hahaha "waktu nganterin Mama ke bandara buat acara arisan itu loh, kan Mbak-mu juga nganterin Tante Seila. Kenalan disana deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diampun Kita Satu Rasa
RomanceAku tahu dia. Aku kenal dia. Namun aku tak banyak berbicara denganya. Aku ingin, tapi ku urungkan karena aku mencintainya - Arshaka Yudhigara Aku tahu dia. Aku pernah dikenalkan dengannya. Aku meyimpan rasa untuknya. Namun untuk saling tegur pun aku...