Cahaya yang silau memaksa Vera untuk segera membuka matanya. Ia pun mengedipkan matanya beberapa kali, lalu melihat ke arah jam dindingnya. Setelah itu, Vera pun segera mengambil handuk dan bergegas untuk mandi.
Lima belas menit waktu yang dibutuhkan Vera untuk mandi dan juga berpakaian. Vera bukan seperti remaja perempuan lainnya yang harus ribet dandan dan segalanya hanya untuk berangkat sekolah. Vera pun keluar dari kamarnya, dan menuju tempat makan.
"Bi, mama sama papa mana?" Tanya Vera kepada Bi Idah, pembantu di rumah ini.
"Non Ve--"
"Stop bi, panggil Vera aja. Kan udah aku bilangin jangan manggil kayak gitu." Vera memutar bola matanya malas.
"Iya Non-- eh Vera, udah bangun? Mau bibi siapin rotinya?" Tanya Bi Idah agak canggung
"Enggak usah deh, buru-buru pengen berangkat ke sekolah." Vera menyalimi tangan Bi Idah, lalu berjalan menuju pintu keluar.
Namun ia membalikkan badannya lagi, "Bi, enggak usah ngalihin pembicaraan gitu deh. Aku tahu, bibi itu udah biasa manggil aku Vera. Jawab aja pertanyaan aku, walaupun menyakitkan."
Vera melengos pergi begitu saja. Bi Idah menundukkan kepalanya, menahan air matanya agar tidak keluar.
-BGF-
Vera berjalan melewati tatapan para siswa yang mengagumi Vera diam-diam. Tidak ada yang berani mendekati Vera. Seperti ada sebuah tembok yang sangat kuat, sehingga tidak ada yang bisa menembusnya.
Vera terus berjalan tidak menghiraukan para siswa itu. Ia melirik ke kelas yang ia lewati, menurutnya tidak ada yang penting. Jadi ia menatap ke depan lagi.
Tunggu! Tadi sepertinya ada seseorang yang Vera kenal saat ia melewati kelas itu. Vera pun berjalan mundur ke kelas yang ia lewati barusan. Seketika senyum Vera mengembang. Itu Vinnan!
"Ini kelas sebelas-- Vera melihat papan diatas pintu kelas tersebut-- IPA satu! Tunggu gue ya, Nan." Ucap Vera sambil terkekeh lalu pergi menuju kelasnya.
-BGF-
"Heh! Kenapa lo! Dateng-dateng udah senyum-senyum aja" ucap Aqila sambil memukul pelan kepala Vera.
"Suka-suka gue dong, untung hari ini gue lagi seneng. Kalo enggak, habis lo sama gue." Ucap Vera masih dengan senyumnya
"Ih, Vela selem, jadi atut nich" ucap Salsa menirukan suara anak kecil
"Geli, bego!" ucap Aqila sambil mendorong kepala Salsa ke belakang, Salsa memberenggut kesal.
"Jadi, kenapa ini Vera ku tersayang?" Tanya Salsa sambil mengedipkan sebelah matanya
"Gapapa." Ucap Vera sambil tersenyum cerah
"Ganti warna rambut lagi, Sa?" tanya Aqila sambil menarik pelan rambut Salsa
"Yoi, dark blue. Keren kan?" Salsa menaikturunkan alisnya
"Enggak capek kena omel ketos galak mulu?" tanya Vera dengan sebelah alisnya yang terangkat
"Kita sering tawuran aja, enggak capek kan denger omelan guru? Ketos doang masa nyerah." ucap Salsa sambil mengibaskan rambutnya sementara Aqila mengangguk-anggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Feeling
Teen FictionVinnan Anindito. Murid baru, pria, tampan, dingin, dan juga cerdas. Siapa yang tidak terpesona dengannya? Tentunya para siswi mudah jatuh ke dalam pesona Vinnan. Termasuk Vera Angelica, bad girl di sekolah ini. Secara mendadak, Vera mengumumkan kepa...