Chapter 2

24 4 4
                                    

Selasa, 22 Agustus 2017
08.00 AM

Beep...Beep...Beep...

Oh, Tuhan!  Suara apa itu?
Oh, ya ampun. Aku sungguh bodoh. Itu hanya alarm saja.

Tunggu, jam berapa ini?
Oh, Tuhan, aku sungguh malas untuk membuka mata.

"Scarlett!"
Oh, ibu. Ayolah. Aku baru saja bangun.

"Scarlett! Buka pintunya! ibu ada kabar buruk!"

Terakhir kali Ia mengatakan itu, hal terburuk yang pernah terjadi adalah, ibuku merebus hangus mie instant yang dia ingin berikan untuk ayah.
Mari kita lihat sekarang.

Aku berjalan ke arah pintu dengan malasnya. Sungguh, aku masih mengantuk dan hari ini tidak ada pelajaran apapun di kampus. Untuk apa aku bangun pagi?

"Apa ibu merebus hangus—"

"Tidak Scarlett, aku sudah tidak sebodoh dahulu!"

Lalu aku menaikkan sebelah alisku terheran seolah bertanya 'lantas, apa?'

"Bill! Bill dirawat di rumah sakit! Dia kecelakaan!"

Kecelakaan?

Sepagi ini?

Dan mataku sukses melotot.

"Uh-oh, tidak, ibu, tidak. Kemarin dia baik - baik saja. Kau pasti mengada - ngada, dia itu baik - baik saja ha ha ha" ujarku dengan tertawa paksa.

"Tidak, Sca, tidak! Aku tidak bercanda kali ini! Dia sedang di rumah sakit Specticpie!"

Whoa, shit. Rumah sakit itu sangat elite.

Sejurus kemudian, aku sudah siap pergi ke rumah sakit tempat Bill dirawat.
Hey, tunggu. Di mana kunci mobilku?

"Ibu? Di mana kunci mobilku?! Aku harus cepat cepat pergi!" Kataku, berteriak.

"Kunci mobil? Oh! Ayahmu membawanya kerja, sayang! Aku sudah melarangnya tapi dia tidak mau mendengarkan!" Balasnya, berteriak juga.

Oh, haruskah aku menaiki taksi? Atau bus? Tidak, tidak. Taksi terlalu mahal.
Tapi halte bus terlalu jauh.
Sial, kuharap aku tidak terlahir sebagai manusia.

Dan untuk itu, kutekan nomor telepon Sam. Persetan. Aku akan meminta dia untuk mengantarku ke sana. Aku tidak akan rela uangku habis hanya untuk taksi sialan itu.

"Hey! Disini Samuel Harrold. Tinggalkan besan setelah bunyi beep."

Sial. Aku benar - benar berharap aku terlahir sebagai kucing ketimbang manusia.

Oh, aku sungguh beruntung! Bus menuju rumah sakit Bill melewati jalanan rumahku.

Dan kini aku merutuki diriku sendiri karena berharap untuk terlahir sebagai kucing.

***

"Bill, kau tidak apa - apa?"
"Bill, kau harus tahu, setidaknya sebelum kau kritis...,"
"Aku..."

Dan disaat itu pula tangan Bill bergerak. Oh, brengsek. Aku sungguh ingin dia tahu kalau aku menyukainya.

"Sca? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Tentu saja untuk tahu keadaanmu, bodoh,"

"Siapa yang memberitahumu?

Aku berpikir - pikir sejenak, lalu aku mengetahui seseorang yang tepat.

"Sam,"

Yeah, Scarlett! Kau berhasil membuat dia cemburu!

"Sam? Tunggu, dia sudah sadar?"
Lho, apa yang dia maksudkan?

"Aku tidak mengerti," jawabku asal.

Dan seketika itu juga, dia menatapku seolah mengatakan 'huh?'

Dan aku malah bertambah bingung, jadi aku menjawab asal saja, aku sudah malu.

"Oh, ya. Sam sudah baikan. Dia sudah sadar kalau hidup bukanlah hanya mimpi"

Oh, keparat. Mengapa itu yang aku katakan?

Dan, Bill, hanya mengangkat bahu tidak peduli.

***

"...lalu aku menabrak tiang lampu merah karena Sam, dan, boom. Di depanku ternyata ada truk sampah,"

"Pantas kau bau sampah. Tunggu, kau selalu bau sampah. Sampah yang memabukkan," ujarku terkekeh.

Dan dia seolah menatapku dengan tatapan 'apa kau gila?'

Oh, Scarlett, kau sungguh bodoh.

"Uh, um, maksudku, yah, kau bau sampah, dan sampah itu bau, memabukkan orang yang lewat, ya, 'kan?"

"Tidak, Sca. Truk sampah yang kutabrak adalah truk sampah daur ulang, hanya botol bekas," ujarnya serius.

"Oh," sial, aku memasang tampang bodohku.

"Kau ingin sup? Aku membawanya dari rumah,"

"Oh, buatanmu atau buatan ibumu?" Tanyanya penasaran.

"Buatan ibuku, aku tidak sempat membuatnya karena mandi,"

"Kalau begitu, aku tidak mau," katanya sembari membuang muka.

Oh, Bill. Buang sifat kekanakanmu yang menggemaskan itu.

"Baiklah. Ada sandwich. Kau mau?"

"Buatanmu atau buatan ibumu?" Tanyanya sambil mengernyitkan mata.

Kalau aku berkata itu buatan ibuku, pasti dia tidak akan memakannya, maka, aku harus mengatakan kalau ini buatanku.

"Ini aku yang buat, tadi aku tertinggal bus dan sempat membuat sandwich," kataku, tersenyum.

"Hmm. Baiklah," ujarnya mengangkat bahu tidak peduli.

***

"Bill!" Sam mendobrak masuk ke kamar rawat Bill.

"Sam? Apa yang kau lakukan disini? Kau sudah baikan?"

"Kau melihat Scarlett?"

"Baru saja dia pulang. Dia mengantarkan sandwich untukku. Apa dia mengantarkannya juga untukmu?"

"Oh, tidak, tidak. Dia hanya peduli kepadamu, 'kan? Apa kau sudah bisa berjalan?"

"Meh, kakiku masih sakit, bung. Rasanya seperti tertusuk duri yang besar sekali,"

"Oh, Tuhan, Maafkan aku, Bill. Aku benar - benar tidak sengaja soal kemarin sore,"

"Tidak apa - apa, bung. Jangan beri tahu Scarlett bahwa aku menabrak truk bahan bakar yang meledak, oke?"

"Rahasiamu aman denganku, kawan. Baiklah. Sampai ketemu besok,"

Dan dengan itu Sam pergi.

"Rahasiamu aman denganku, kecuali untuk menyogok Scarlett agar mendekatiku. Cih. Dasar Bill brengsek."

###

Asyik. Baru update lagi nih hehe maafkan author yang masih labil.
Hayoloh yang brengsek Bill atau Sam?

Anw, gaes, kayanya author cuma bisa update seminggu sekali atau 2 minggu sekali kedepannya ya. Soalnya gue gaada hp dan gaada laptop ataupun komputer. Mau nulis dimana?

Yg mau kontak kontak gue silahkan ke akun instagram gue ya
@kyarandj

Thank u!

Give me vomments, pls?

~w.S

What A MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang