Prologue

95 7 7
                                    

Senin, 12 Mei 2014,
7.00 AM

Aku terbangun saat matahari menembus kaca jendelaku. Kulirik jam di sebelahku, jam 7 pagi. Senyumku merekah saat ingat ini hari pertamaku untuk bersekolah, jadi aku segera berlari ke kamar mandi dan menanggalkan pakaianku secara sembarangan lalu menyiram diriku dengan air di bawah shower.

***

Sekitar 10 menit kemudian, aku sudah berpakaian lengkap saat ibuku memanggilku untuk sarapan.

"Scarlett! Sarapan sudah siap, aku memanaskan salad untukmu," teriaknya.

Sontak aku langsung keluar kamar dan menuju ke ruang makan.

Aku melihat ayah dan kakakku sudah berada di meja makan, sedangkan ibuku sedang membuat teh untuk kami berempat.

"Hari pertama sekolah, huh?" kakakku Joseph memecahkan keheningan diantara kami.
Dia memandangku sambil mengunyah baconnya.

"I-iya hehe," aku tersenyum malu malu.

"Kau tahu, aku pernah hampir dikeluarkan dari sekolahku dulu, hanya karena aku melempar sebuah kertas kearah guruku," sambung ayahku.

Aku hanya terkekeh mendengarnya. Aku tidak pernah bersekolah, orangtuaku hanya membolehkanku untuk home-schooling, aku benci itu karena akhirnya aku tidak pernah mempunyai teman.

Alicia-dia kucingku-sangat agresif jika bermain atau sekedar bertemu denganku.

Bulunya putih bersih, selembut sutra. Ia satu satunya temanku di rumah.

***

Ayahku mengantarku ke sekolah, namun aku harus berjalan sendirian untuk masuk ke dalam gedung.

Jujur, aku sangat gugup dan aku takut jika ada yang tidak menyukaiku nantinya.

Oh ayolah Scarlett. 45 menit yang lalu kau sangat bersemangat, mengapa kau menjadi takut? Aku menanyakannya kepada diriku sendiri.

Sambil terus berjalan mengikuti petunjuk, 3 menit kemudian, aku sampai di ruang kepala sekolahku.

"Scarlett Jonathan? silahkan masuk," sapanya, dia tersenyum dan aku membalas senyumannya dengan malu-malu.

Setelah berdiam agak lama, akhirnya dia bertanya padaku.

"Berapa umurmu?"

"18 tahun, sir,"

"Apa kau ingin sekolah disini?"
"Te-tentu sir,"

"Kudengar dari ayahmu kau sangat berbakat dalam menyanyi dan menggambar, apa itu benar?"

"Aku tidak tahu-maksudku aku tidak dapat menilai diriku sendiri," ucapku, lebih terdengar seperti berbisik daripada berbicara.

"Baiklah, kau akan masuk kelas seni, apa kau mau?"

Oh tentu saja aku ingin sekali.

"Y-ya sir,"

Kemudian aku diantar oleh perempuan yang memakai kemeja putih degan hiasan hitam di dadanya serta rok pendek selutut berwarna hitam dan sepatu pantofel berwarna hitam. Dia juga memakai kacamata tebal. Umurnya mungkin sekitar 35-40an.

What A MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang