01

163K 3.7K 79
                                    

Ini sudah setahun lamanya sejak kepergian Aleta ke Jerman. Dengam segala tekadnya, Aleta kembali lagi ke Indonesia dengan satu tujuan, bukan balas dendam ke kembarannya, Alena. Tapi datang untuk pamannya tercinta, Fabian Lachowski. Aleta ingat terakhir kali ia bertemu dengan pamannya itu, saat pertunangan Alena berlangsung. Sebenarnya ia ingin menemui Fabian saat itu, tapi ternyata masih ada sedikit perasaan di hatinya untuk Steven. Oleh karena itu, Aleta bertekad untuk kembali setelah ia benar-benar melupakan Steven. Dan sekarang adalah saatnya.

Aleta sekarang berada di luar bandara Soekarno-Hatta. Ia sedang menunggu kedatangan Arsen dan Alena yang akan menjemputnya.

"Kak..."

Aleta menoleh kemudian membuka kacamata hitamnya ketika ia melihat Alena berlari ke arahnya, "Alena..." panggilnya, kemudian melebarkan kedua tangannya agar Alena dapat memeluknya. Mereka pun berpelukan.

"Aku kangen Kakak." Ujar Alena seraya mengeratkan pelukannya.

"Kakak juga kangen Alena, mana Papa?" Tanya Aleta sambil melepaskan pelukannya dan menoleh ke samping untuk mencari Arsen.

"Itu..." tunjuk Alena, dan Aleta tersenyum saat melihat Arsen yang dengan gagahnya berjalan ke arah mereka.

"Papa, kenapa nggak ngajak Mama?"

"Peluk dulu dong."

Akhirnya Aleta memeluk Arsen dengan erat.

"Mama lagi menyiapkan makanan untuk Aleta, lagipula disana ada Fabian."

Kedua mata Aleta langsung membesar, dan ia mulai melepaskan pelukannya, "Ayok, cepat!" Ujar Aleta sambil menarik koper dan tangan Arsen untuk menjauh dari tempat itu.

Arsen dan Alena sangat bingung dengan perubahan sikap Aleta. Sekarang ini, Aleta terlihat berbeda. Ia lebih agresif.

Setibanya disana, Aleta membiarkan Steven membawa kopernya dan ia sendiri langsung berlari ke dapur untuk menemui Fabian-ia bahkan melupakan Verina.

Disana terlihat Fabian yang sedang memotong beberapa sayuran, Fabian memang suka memasak dan masakannya tidak kalah enak dengan masakan para chef. Bahkan Aleta mengakui bahwa masakan Verina kalah dengan masakan Fabian.

Memang calon suami idaman, batin Aleta.

"Paman..."

Fabian langsung menoleh ke samping dan tersenyum menemukan Aleta yang berdiri di samping kulkas. Ia terpana sebentar karena penampilan Aleta yang semakin dewasa.

"Kebiasaan, jangan berteriak!" Ujar Fabian sambil mengarahkan telunjuknya pada Aleta.

Aleta hanya tersenyum, dan berniat berjalan ke arah Fabian, "Lagi apa?"

"Baca buku." Jawab Fabian santai.

"Ih, paman kok gitu jawabnya."

"Lasingan, udah tahu paman lagi masak pakai tanya segala."

Aleta mempoutkan bibirnya, "Paman, ada salam dari kakek dan nenek. Katanya kapan paman nikah?"

Fabian langsung menghentikan acara memotongnya dan menatap Aleta, "Mereka selalu saja begitu. Aleta, bisa carikan paman istri?"

Aleta langsung mengangguk, "Sama Aleta aja, Leta kan cantik. Cocok dijadikan istri."

Fabian tampak menimbang-nimbang perkataan Aleta, "Terus paman akan berhadapan dengan papa mu yang posesif terhadapmu."

"Paling paman cuma patah tulang-"

Ucapan Aleta terhenti karena jitakan Fabian di kepalanya, "Paman heran, di Jerman, Kakek mengajarkanmu apa?"

FABIALETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang