Keesokan harinya, dengan tekad yang kuat, Aleta pergi ke hotel dan berniat menemui Fabian. Bukan untuk bicara mengenai kandungannya, dan masalah mereka, tapi ia akan memberikan Fabian surat pengunduran dirinya. Ya, Aleta sudah bertekad bahwa ia akan keluar dari hotel itu.
Dengan langkahnya yang kecil, Aleta berjalan ke ruangan Fabian yang super duper megah. Setelah mengetuk pintu ruangan Fabian dengan keras, Aleta pun membukanya dan langsung melihat Fabian yang sedang duduk dengan santai di kursi kebesarannya. Aleta menghembuskan napas nya sejenak, dan berjalan ke arah Fabian.
Kemudian ia meletakkan amplop putih di hadapan Fabian, dan itu berhasil membuat Fabian mengernyitkan keningnya.
"Aleta, ap---"
"Saya akan keluar besok pagi, permisi."
Hanya itu yang bisa Aleta katakan. Kemudian ia berjalan meninggalkan ruangan Fabian sebelum pria itu mencegahnya. Disaat ia pikir Fabian tidak mengejarnya, pria itu malah mengejar Aleta yang sudah turun melalui lift. Ia mengejar Aleta melalui tangga darurat.
"Alet---"
Terlambat. Aleta sudah menghilang di kerumunan pegawai yang berlalu-lalang. Fabian menoleh ke kanan kiri untuk menemukan gadis itu, dan kedua matanya tertuju ke arah Aleta yang sedang ditopang pria muda.
***
"Kau tidak apa-apa?"
Aleta mendongak, dan kedua matanya bertemu dengan mata biru yang sangat indah. "Aku tidak apa-apa."
Aleta mengernyitkan keningnya. Ada hal yang ia pikirkan. Mata biru, rambut cokelat, logat yang aneh. Apa pria ini bule?
"Anda ingin kemana? Akan saya antar."
Aleta berusaha tersenyum. "Tidak perlu, saya bekerja di sini."
Pria itu manggut mengerti. "Jika begitu, izinkan saya mengantar anda ke ruang kerja sebagai permohonan maaf, bagaimana?"
Aleta menggelengkan kepalanya cepat, tapi pria dengan mata biru itu malah menggendong tubuh Aleta ala bridal style, dan membawanya memasuki lift. Pria itu seperti tahu di mana ruangan Aleta.
Tapi, tunggu...
Aleta berniat ke kantin untuk membeli camilan, bukannya kembali ke ruangannya!
Dan... Kenapa ia digendong?
Dengan cepat, Aleta meronta dan berhasil menurunkan dirinya. "Maaf, sebaiknya anda pergi. Saya tidak membutuhkan bantuan anda."
"Really?"
Aleta mengangguk.
Ting Nong...
Pintu lift terbuka, dan memunculkan sosok Fabian yang ternyata sengaja masuk ke dalam lift dari lantai yang berbeda. Aleta yang melihat itu hanya bisa terdiam, sedangkan pria baru itu berusaha untuk mengobrol lebih banyak dengan Aleta.
Fabian yang merasa diabaikan Aleta, hanya bisa berdiri di depan kedua orang itu.
"Namamu siapa? Aku Gerald."
Aleta mengernyitkan keningnya, entah kenapa nama itu tidak asing di telinganya. Begitu juga dengan Fabian, ia seperti tidak asing dengan nama itu.
"Apa aku menanyakan namamu, tampan?" tanya Aleta sinis.
Tanpa Aleta sadari, Fabian tersenyum mendengar nada sinis Aleta. Ia bangga dengan gadis mungilnya itu.
Sedangkan Gerald hanya terkekeh dengan kecil. "Aku menyukaimu, manis. Ngomong-ngomong aku kemari untuk menemui tunanganku." ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FABIALETA
RomanceAleta mencintai Pamannya sendiri, Fabian. Lalu semua kerumitan muncul. || Copyright ©2016 by Kyuri.