5

11 1 0
                                    

Senyuman terlihat jelas di wajahnya sesaat dia membaca kalimat demi kalimat yang ia tulis tadi. Tanpa di sadari ternyata ada air mata terjatuh ke atas buku itu. Dia langsung mengusap perlahan bagian basah itu dengan menggunakan sehelai tisu.

Regina bukan sedih karena sisa hidupnya, melainkan kekecewaan yang di perbuat Riki dan Yola. Dia sudah memaafkan mereka berdua. Tapi, luka itu masih sangat berbekas di hati Regina.

Drrt... drrt... ponsel Regina bergetar. Dia meraih ponsel nya dan di lihat nya ada sebuah pesan masuk tanpa nama pengirim. Dia langsung membaca pesan tersebut.

hy re.. bs kta ktemuan?

Regina langsung mengerutkan dahinya. Regina mengetik satu demi satu balasannya. Regina membalasnya dengan sangat singkat. Dia sama sekali tak mengenal nomor itu.

Ni sp?

Dia mengetik-ngetik ponselnya itu untuk mengirim balasan darinya itu. Tak sampai 1 menit, ponsel Regina mulai bergetar kembali.

Aq Riki.. aku mau ngmng... bs ktmuan ga?

Regina membisu. Pesan dari Riki membuat semua kenangan yang berusaha ia lupakan kembali lagi. Tubuhnya mulai bergetar. Dia mulai menangis. Mengingat 1 tahun bersama Riki.

Regina? Kamu bs ga?

Pesan dari riki masuk sekali lagi. Regina masih tak berkutik. Riki menghancurkan dinding untuk membatasi kenangan mereka dengan kehidupan normal Regi tanpa Riki.

Dan pada akhirnya, Regina berpikir kalau dia harus bertemu dengan Riki dan mengatakan kalau Riki tak perlu kembali ke kehidupannya. Regina membalas pesan dari orang yang menyakitinya itu.

Bisa. Dmana?

Riki kembali membalas pesan dari Regina. Riki memberikan alamat tempat yang akan di jadikan tempat pertemuan mereka. Mungkin  pertemuan yang terakhir kalinya untuk mereka.

Taman komplek prumahan kamu. Oke? Ku tunggu ya?

Regina tak membalas pesan yang dikirimkan oleh Riki. Regina bersiap-siap dan berangkat menuju tempat yang di tentukan.

***

"Riki...!" Panggil Regina.

"Eh, Regina, gimana keadaan kamu?" Kata Riki tanpa basa-basi lagi.

"Baik. Ngapain minta aku kesini? Cuma berdua lagi..." kata Regina agak judes.

"Aku cuma mau ngomong, aku minta maaf sama kamu soal kemarin yang aku lagi jalan sama Yola. Aku mau jelasin ke kamu..."

"Udahlah...! Ga ada lagi yang perlu kamu jelasin, semuanya udah jelas! Aku udah maafin kamu ataupun Yola. Makasih atas luka yang kamu bikin di hatiku!" Kata Regina yang memotong pembicaraan Riki.

"Tapi, Re... aku tau tentang semuanya dari Sella! Aku tau itu! Aku tau kenapa kamu sekarang ga pernah aku lihat di kampus! Aku minta maaf... aku ga tau kamu semenderita ini... maafin aku ya?" Kata Riki. Regina tak merespon. Dia hanya terduduk, menundukan kepala dan menangis. Riki bertekuk lutut didepan Regina. Tangan kiri Riki menggenggam tangannya Regina, sedangkan yang kanan menghapus linang air mata yang terjatuh dari ekor mata cantik milik Regina. "Regi, aku tau kamu sedih, kamu kecewa sama aku, tapi kamu mau ga kasih aku 1 kesempatan buat perbaikin segalanya buat kamu, bisa nggak?" Kata Riki.

"Aku nggak mau kejadian hal yang sama, Rik!" Kata Regina yang semakin terisak.

"Itu semua nggak akan terjadi lagi, Regina, aku akan merubah itu semua, aku akan menjaga kamu, aku akan selalu ada buat kamu, semuanya cuma buat kamu! Please, kasih aku satu kesempatan lagi ,ya?" Kata Riki.

"Iya, oke, aku akan kasih kesempatan terakhir buat kamu! Aku masih sayang, Rik sama kamu!" Kata Regina.

"Makasih, Sayang! Aku juga sayang sama kamu! Aku nggak akan ulangin kesalahanku sama kamu kemarin, aku janji!" Kata Riki. Riki menarik Regina ke dalam pelukannya. Mereka pun akhirnya kembali bersatu.

Riki tak peduli apa kata orangtuanya yang masih menentang hubungan mereka berdua. Mereka tetap bersama. Cinta mereka kuat sekali.

***
Makin lama, penyakit Regina semakin parah. Sampai akhirnya Regina dibawa ke Rumah Sakit. Regina di temani oleh Sella dan Riki. Orangtuanya seringkali bertengkar dan nyaris bercerai. Karena itu lah Regina sering merasa bersalah, bahkan dia seringkali mengatakan dia ingin cepat pergi agar kedua orangtuanya tak selalu bertengkar.

Di masa-masa kritis nya masalah yang menimpa Regina semakin bertubi-tubi.

Kantin KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang