Pernah ngeliat perempuan yang cantik, seksi, pintar, dan percaya diri dalam waktu yang bersamaan? Ya, Adrian lagi ngeliat perempuan kaya gitu sekarang. Bahkan dari tadi dia nggak bisa berhenti ngeliatin Olive. Mimpi apa dia semalam sampai-sampai setiap pagi dia bisa liat perempuan secantik itu duduk diseberang mejanya. Perlu digaris bawahi ya. Diseberang mejanya.
Entah sudah berapa lama Adrian nggak pernah liat makhluk yang namanya "Cewek" (dalam artian sebenarnya) di lantai 8. Kebanyakan ya laki-laki. Sebenarnya ada Riska dan Nadia sih. Tapi itu juga kalo mereka bisa dihitung sebagai perempuan. Saking susahnya liat barang langka (baca: cewek), sampai-sampai mereka semua (para laki-laki)pada ngeces ngeliat Olive waktu pertama kali masuk kantor ini.
Pagi itu Olive memakai rok span warna merah selutut dan dipadu dengan kemeja warna putih yang ngepas banget dibadannya. Kakinya jenjang dengan kulit putih yang menyegarkan mata. Rambutnya lurus, hitam berkilau, sepunggung dan wangi, itu kata Irfan sih, yang menang banyak karena tempat duduknya sebelahan sama Olive.
Tak butuh waktu lama Olive untuk menyesuaikan diri dikantor barunya. Humble, smart, dan murah senyum. Siapa coba yang nggak mau temenan sama cewek model begini? Bahkan dia hanya butuh 3 hari untuk bisa gabung bareng cewek-cewek first class di kantor ini.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Irfan mengatakan sesuatu pada Adrian tanpa mengeluarkan suara. Wangi banget, katanya. Kan sial, umpat Adrian. Pagi-pagi udah buat pikiran orang kacau aja.
Adrian mengamati gerak-gerik Olive. Jari-jarinya yang lentik sedang mengetik sesuatu. Entah apa yang dikerjakannya. Adrian tidak tahu betul apa saja yang dikerjakan Olive dan tidak berniat buat cari tahu juga. Bahkan kerjaan Irfan aja dia nggak tahu.
Perlahan dia mengangkat cangkir besarnya yang bergambar Snoopy dan kemudian menyesap tehnya. Loh? Kok Adrian tahu kalo Olive lagi minum teh? Ya tau lah. Kan Irfan sering bagi-bagi informasi pada mereka. Secara, Irfan sekarang udah jadi teman dekatnya Olive (baca: Cuma tetangga), jadi wajar aja kalo Irfan tau banyak kebiasan Olive.
Merasa diperhatikan, Olive mengangkat wajahnya dan menatap orang yang sedang mengamatinya. Dia melempar senyumnya. Dan refleks, wajah Adrian memerah. Tapi tak lupa dia membalas senyuman Olive.
Anjir... malu banget gue. Pikir Adrian. Dia langsung sok-sok sibuk gitu. Tapi dia bisa melihat Olive tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Setelah itu Adrian makin nggak bisa konsen ngerjain kerjaannya. Padahal hari ini dia harus meeting nanti jam 1.
* * *
Pagi itu, Adrian yang lagi kepagian banget datang ke kantor memilih langsung ke pantry. Mau sarapan bubur yang tadi dia beli dideket stasiun Sudirman, yang kata anak-anak kantor sih enak banget. Karena Adrian bukan pecinta bubur jadi dia belom nyobain, makanya dia hari ini mau nyoba.
Dengan pede-nya Adrian melangkahkan kakinya ke pantry. Deg... tiba-tiba dia deg-degan. Matanya menangkap sosok yang bikin dia mengucap istighfar berkali-kali. Refleks , Adrian menelan ludah. Bukannya takut. Tapi justru ngebuat kaki Adrian jadi gemetaran saat dia melihat seorang perempuan yang sedang memberikan senyumannya saat dia baru saja membuka pintu.
"Pagi..." Sapa Olive masih dengan senyumannya yang seger banget.
Suaranya merdu banget, bro... Ucap Adrian dalam hati.
"Pagi, Liv." Jawab Adrian. Dia makin grogi saat tahu gerak-gerik lagi diperhatiin sama Olive. Tangannya bahkan tambah gemetaran waktu menarik kursi untuk duduk. Dia memilih duduk berhadapan dengan Olive dibandingkan harus sebelahan dengan Olive. Sebenarnya dia risih banget duduk didepan cewek cantik plus seksi kaya gini. Apalagi pagi-pagi gini. Bahaya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
To Love and Be Loved
ChickLit"Because there is only one happiness in life. To love and be loved" Manusia nggak ada yang sempurna. Begitu juga Olive, Adrian, dan Dimas. Tapi hidup rasanya akan lebih indah bila bisa merasakan cinta. Because there is only one happiness in life. To...