4. First Impression

69 5 0
                                    

Olive mengambil dongkrak dari dalam mobilnya. Dimas dengan cepat mengambil dongkrak itu dari tangan Olive, sampai-sampai Olive kaget.

"Gue kuat kali, Dim." Olive tertawa pelan. Lalu dia mengambil kesetan kaki empuk berwarna ungu dan juga beberapa peralatan lainnya.

Dimas hanya memperhatikan Olive yang sedang menguncir asal rambutnya dengan kagum setelah dia menaruh ban serepnya disebelah Olive. Gimana ya, Olive tuh sebenarnya nggak punya body seseksi Vero, tapi entah kenapa setiap gesture tubuhnya itu kelihatan seksi banget. Dari cara dia jalan, dia ngomong, dia senyum, dia ketawa, apalagi kalau dia ngelirik, sumpah ya, dia itu seksi. Banget.

Olive memulainya. Dia menaruh kesetan kaki ditempat dia akan berlutut. Tadinya sih Dimas agak bingung kenapa Olive bawa-bawa kesetan kaki keluar. Ternyata itu fungsinya. Ya iyalah, lututnya mulus banget. Sayang kali kalo lecet.

"Liatin nih, Dim. Supaya lo bisa ganti ban sendiri besok-besok." Olive menatap Dimas sambil mengambil dongkrak.

"Ya moga-moga nggak bocor lagi sih, Liv." Jawab Dimas sambil cengengesan. Lalu dia pindah posisi kebelakang Olive.

"Aamiin... tapi kan lo harus bisa lah. Masa sih cowok nggak bisa ganti ban sendiri. Malu kali kalo lo lagi jalan sama cewek, terus tiba-tiba ban mobil lo bocor dan lo nggak bisa ganti ban. Padahal punya ban serep."

Kan nanti cewek gue itu lo. Jadi nanti lo yang gantiin gitu. Dimas hanya terkekeh pelan sambil membayangkan kalau Olive jadi pacarnya. "Iya, Liv. Gue lagi liatin lo kok ini."

Olive menoleh kebelakang, kearah Dimas. Memastikan kalau Dimas benar-benar sedang memperhatikannya. Dimas hanya dapat terpaku melihat lirikan Olive. Lalu Olive mulai pekerjaannya. Dia serius banget. Dia menungging untuk memasang dongkrak dibawah mobil Dimas. Dress Olive terangkat dan memperlihatkan setengah paha Olive.

Aduh... asli ya, kalau kaya gini mulu, Dimas mah nggak akan kuat iman. Jantungnya udah berdebar nggak karuan. Bisa-bisa Dimas ngebayangin yang iya-iya aja kalau liat Olive macem kaya gini. Mana cuma berduaan sama Olive. Kayanya salah posisi nih. Dimas buru-buru pindah posisi. Karena nggak tau harus pindah posisi kemana, jadi Dimas nungging juga disebelah Olive. Ternyata dari situ dia bisa lihat dengan jelas bagaimana cara Olive memasang dongkrak dengan benar.

"Nah itu tuh, Liv, yang nggak gue bisa. Gue kaga ngerti masangnya dimana. Soalnya kan katanya nggak boleh salah naro dongkraknya kan?" Dimas memperhatikan Olive dengan seksama. Tapi sialnya dia malah (lagi-lagi) nggak bisa konsen, soalnya justru dari situ dia bisa nyium parfum Olive. Blueberry. Seger banget sore-sore gini.

"Kan dibuku manual ada cara naro dongkraknya. Emang nggak baca?" Olive tidak menoleh sedikitpun kearah Dimas. Dia masih berkonsentrasi memastikan dongkraknya terpasang tegak lurus.

"Nggak, liv." Jawab Dimas sambil cengengesan.

"Pasang dongkraknya ditempat yang kokoh, Dim. Raba aja bawahnya. Biasanya ada cekungan gitu. Nah itu tempat buat naro dongkraknya."

"Lah main raba-rabaan sama mobil. Mending ngeraba cewek, Liv. Gue masih normal kali." Dimas masih sempet aja bercanda.

Olive tertawa pelan. "Ya, otak lo mah pasti nggak jauh-jauh dari paha sama dada. Macem lagi ada di K*C aja."

Dimas tertawa juga. "Ya wajar kali. Kan gue cowok tulen."

"Yakin lo masih tulen?" Olive perlahan bangun dan duduk bersimpuh. Lalu menggelindingkan ban serep kearah Dimas. "Buka bautnya, Dim. Terus bautnya jangan sampe ilang." Olive menyerahkan obeng dan kunci roda.

Dimas mengerjakannya dengan tenang. "Terus kalo nggak ada cekungannya gimana, Liv?"

"Ya, lo ketok-ketok aja. Bagian yang keras itu kan bagian yang kokoh juga. Jadi bisa dipake." Jelas Olive sambil membuka baut-baut ban Dimas yang bocor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To Love and Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang