Part 3

18 0 0
                                    

Kini hari berganti, hari baru yang muncul bersamaan dengan semangat baru tentunya. Tapi tidak untuk Fea, ia merasa seluruh tubuhnya remuk redam. Kepalanya yang kemarin sangat sakit, kini berangsur membaik. Tubuhnya lemas, suhunya pun sedikit lebih panas dari kemarin. Tapi ia merasakan hangat, karena ia masih dalam pelukan Arga.

Ia tak tega membangunkan Arga, karena ia tahu bahwa dari kemarin Arga terus menjaganya dan tak berpaling dari sisinya, sedikitpun tidak.

Ia merasa bahwa tubuhnya memang tak beres, mungkin ini efek lelah yang selalu di tahan dan di biarkan sangat lama. Tapi haruskah sesakit ini ? Ah, rasanya sudah cukup untuk mengabaikan perkataan tante Nuri --mama Arga--  untuk mengurangi kegiatannya dan mengistirahatkan tubuhnya. Sudah cukup !

" Ehm... Fe, lo udah bangun ya. " tiba tiba Arga terbangun tanpa mengenyahkan tangannya pada tubuh Fea, mungkin masih terlalu nyaman.

" Udah Ga, lu nggak sekolah ? Ini udah telat. " jawab Fea yang tadi sempat melirik jam kecil yang ada di atas nakasnya.

" Gue nggak mau ninggalin lo sendiri Fe. Lo lagi sakit, dan di sini si mbok lagi pulang kampung, keluarga lo ada di luar negeri. Nanti gak ada yang jagain lo. " jelas Arga dengan menatap manik mata Fea dengan jarak yang sangat tipis.

" Gue bisa sendiri Ga, lo sekolah aja. " jawab Fea lemah. Arga menggeleng kuat, dan menyembunyikan wajahnya di belakang bahu Fea dan menciumi bahu Fea.

" Cepet sembuh ya Fe. " ucapnya tulus tanpa menghentikan aksinya. Fea tersenyum tipis merasakan ciuman Arga di bahunya. Beginilah kebiasaan Arga jika ia ingin sesuatu yang harus Fea berikan saat itu juga, mencium bahunya atau keningnya. Selalu begitu.

" Iya Ga. " jawab Fea seadanya. Ia tak mau terlalu lama merepotkan Arga, ia tak mau membuat Arga membolos lagi hanya karena dia sakit.

" Ga, tolong ambilin hand phone gue. Gue mau ijinin lo ke bu Dewi kalo nggak bisa sekolah hari ini. " titah Fea.

" Tapi lo minta ijin juga kan?  Gue tau nggak mau lo di absen kena Alpha gara gara lo ga ijin. Udah cukup 3 kali aja lo di absen Alpha Fe. " ujar Arga sembari beranjak untuk mengambil handphone Fea yang ada di meja TV di seberang kasur itu. 

" Gue pasti ijin kok. Walaupun pasti kena semprot bu Wulan juga. " jawabnya pasrah.

Arga memberikan handphone tersebut pada Fea, dan setelah itu Fea langsung mendial nomor bu Dewi -- wali kelas Arga-- untuk mengijinkan Arga. 

" Assalamualaikum bu Dewi. "

" Iya Fea, wa'alaikum salam. Ada apa?  "

" Gini bu saya mau minta ijin buat Arga, dia ijin gak bisa masuk sekolah karena jagain saya lagi sakit. "

" Oh begitu, iya iya saya ijinkan. Semoga kamu lekas sembuh ya Fea. "

" Iya bu, terima Kasih bu karena sudah ijinin Arga jagain saya. "

" Saya sudah tau kalian berdua, jadi saya selalu mengerti dengan keadaan kalian berdua. Ya sudah, saya akan melanjutkan mengajar. Sekali lagi , semoga lekas sembuh Fea. "

" Baik bu. "

Sambungan telfon pun seketika terputus, Fea nampak ingin menjauhkan handphone yang ada di genggamannya menjauh. Seketika Arga menautkan alisnya bingung.

" Fe, nggak ijin sama bu Wulan kalo nggak masuk? Entar kena semprot bu Wulan lho. " tanya Arga bingung.

" Ijin atau gak ijin pun bu Wulan tetep bakal nyemprot gue Ga, mau gue bener kek mau gue salah kek, bagi dia gue itu sama aja. Tukang absen, nggak jelas nasibnya, dan selalu bikin dia darah tinggi. Percuma ngomong sama dia. " jawab Fea dengan suaranya yang terkesan di paksakan karena ia masih lemah sekali.

Great Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang