END

3.3K 94 14
                                    

Beberapa hari setelah pernikahan, Naruto dan Sakura memutuskan untuk berbulan madu. Mereka berbulan madu di negara tropis yang kaya akan panorama wisatanya. Siapa lagi kalau bukan di negeri tercinta, Indonesia. Destinasi wisata yang mereka pilih adalah Malang Raya. Memang agak mengejutkan.

Saat tiba di kamar hotel, Sakura langsung merebahkan diri di kasur hotel yang empuk. "Lelahnya!" Gumamnya. Naruto berjalan kearah Sakura dan berbaring di sebelahnya. "Kau suka?" Tanya Naruto. Sakura mengangguk. "Aku bahagia jika kau bahagia. Aku tidak ingin kau meneteskan air mata kesedihan. Cukup air mata kebahagiaan saja yang kau tumpahkan. Aku tak sanggup melihatnya. Kau berusaha keras untuk mencapai semua cita-citamu dan harapan keluargamu," kata Naruto sambil mengelus wajah Sakura.

Sakura tersenyum. Ia sangat beruntung mendapatkan suami seperti Naruto. Benar kata dua sahabatnya, Ino dan Hinata, bahwa jodoh tidak akan pergi kemana. Meskipun Shikamaru dan Ino belum pernah pacaran mereka akhirnya bisa menikah; Sasuke dan Hinata yang menikah akibat perjodohan sepihak kedua orang tuanya; serta Sai dan Yakumo yang dipertemukan lewat kompetisi lukis. Semua temannya sudah menikah, kecuali Sai dan Yakumo. Dalam waktu dekat mereka akan menyusul. Tidak lama kemudian, mereka pasti memiliki anak-anak lucu dan mungkin kebanyakan seumuran. Pasti mereka akan mengisi kehidupan orang tuanya masing-masing dengan kebahagiaan. Kami-sama, mengapa ia berpikir terlalu jauh? Anak? Sudah siapkah ia menjadi ibu untuk anak-anaknya dengan Naruto?

"Kau baik-baik saja, Sakura-chan?" Tanya Naruto heran. Sakura lagi-lagi hanya mengangguk. "Aku bahagia sekali. Aku senang kau menerimaku dengan sepenuh hati. Aku ingin kau selalu ada di sisiku begitu juga denganku. Aku hanya ingin bahagia bersamamu. Memiliki anak, menjadi keluarga yang bahagia, lalu menua bersama. Kami-sama pasti memberkati kita," jawab Sakura jujur hingga tidak terasa air matanya turun.

Naruto juga ikut terharu. Ia menarik Sakura ke dadanya yang terasa hangat untuk membagikan kehangatan kepada wanitanya.

Sepanjang hidup seiring waktu
Aku bersyukur atas hadirmu
Kini dan selamanya aku milikmu

"Sakura-chan," kata Naruto membelai surai pink Sakura. "Aku dulu selalu mengejarmu. Entah itu hanya menggodamu atau menguntitmu. Aku dulu tidak bisa membedakan mana obsesi dan cinta sejati. Hingga aku menyatakan cintaku padamu," Naruto sengaja memotong kalimatnya. Sakura makin terisak. Ia tahu saat itu telah menyakiti Naruto. Namun, apa semua itu terlambat untuk merasakan cintanya sekarang?

Naruto mendekap Sakura lebih erat lagi. "Kau menolakku. Aku patah hati, menjadi pemurung, dan hampir tidak nafsu makan ramen." Lanjut Naruto. "Kenapa ramen, sih?" Inner Sakura. "Namun, ada dorongan kuat dari hatiku untuk berubah. Aku berusaha untuk mengubah diriku dan membanggakan orang tuaku. Lulus dengan nilai terbaik, melanjutkan studi di universitas ternama dunia, lulus lagi dengan nilai memuaskan. Semuanya sempurna. Namun, ada satu hal yang hilang."

Sakura makin penasaran tentang cerita Naruto. Ia berhenti terisak dan berani membuka mulutnya. "Apa itu?"

"Cinta." Jawab Naruto singkat. Mata Sakura melebar. Ia tidak menyangka Naruto menjawabnya dengan jawaban yang belum ia duga. "Uang, pesta, baju glamor. Itu yang ditawarkan dunia. Namun, Kami-sama menawarkan cinta. Karena cinta, kesetiaan, keikhlasan, ketaatan, penyerahan, perilaku baik, rendah hati, dan waspada adalah hal yang mengantarkan hambaNya pada satu jalan."

"Kebahagiaan," sahut Sakura. Naruto tersenyum. "Hingga aku menemukan serpihan yang hilang di tanah kelahiranku pada wanita sederhana dan pekerja keras sepertimu. Aku sangat bersyukur saat itu. Aku menyusun segalanya untuk membawamu kedalam dekapanku dalam ikatan suci yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia." Ucap Naruto panjang lebar. Sakura tertawa pelan. "Thanks for anything. I love you," kata Sakura. "You're welcome. I love you, too, My Spring." Balas Naruto.

Sepanjang Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang