Zarra Ameera Al-Khansa El-Sharkan

31.1K 1.5K 31
                                    

Hari pertama masuk sekolah bagi seluruh siswa-siswi SMAN Budi Luhur. Pun dengan murid SMA lain di kota  Kota Kembang, mulai membuat jalanan terlihat padat merayap.

Kedua anak memakai seragam dengan badge sekolah yang sama, tengah duduk di ruang keluarga bersama ayah dan tiga anak laki-laki berseragam putih biru.

"Hari ini Ara berangkat sama Fauzan ya," ujar Alif.

"Yah, kok gitu sih. Ara berangkat bareng Abi aja ah," sanggahnya. Seolah berangkat dengan sang kakak adalah hal yang paling dihindari.

"Hari ini Abi ada grand opening SDC cabang Bandung, Umi juga ikut," jelas Alif.

"Tapi kan masih tetep sejalur, Bi," ujarnya.

"Abi berangkat jam delapan. Kalau Abi gak berangkat jam segitu, Abi juga gak akan nyuruh berangkat bareng Abang."

Gadis dengan kerudung putih itu mengerucutkan bibirnya. Ia terlihat menimang keputusan apa yang harus diambil.

"Tapi Ara nggak mau berangkat bareng Abang. Ara naik angkot aja deh kalau gitu."

"Kak Ara berangkat bareng Ardhan aja." Ia menaikan alisnya. "Sekalian Ardhan ngeceng-cengin cewek SMA," katanya.

"Malesin," ujar Arza.

"Apaan sih Za, ngikut mulu lo," kata Ardhan. "Eh, ngikut mulu kamu," ralatnya.

"Emangnya kenapa kalo berangkat bareng Abang?" tanya Inaya yang baru bergabung.

"Tau nih, Mi. Adek gak pernah mau kalau berangkat bareng Ozan. Malu kali punya Kakak macam Ozan," ujar Fauzan. Ia mengusap dada dan menampilkan raut sedih di wajah tampannya.

"Bukan gitu. Ara gak malu kok, Ara bersyukur punya abang kayak Bang Ozan," tukasnya.

"Apalagi punya adik kayak Ardhan ya, Kak." Ardhan menyisir rambut dengan jarinya.

"Enggak." Gadis itu menatap datar adiknya. Ardhan merengut.

"Terus kenapa?" Inaya mengalihkan pembicaraan. Kalau tidak, kedua anak itu akan berdebat panjang.

"Gak kenapa-kenapa sih, Mi. Ya udah, Ara bareng Abang deh."

Alif melipat koran yang tadi dibaca. Kedua tangan ia gunakan untuk menopang dagu.

"Beres SMA kamu mau lanjut kemana, Zan?" tanya Alif pada putranya.

"Masih bingung, Bi," jawabnya.

Setiap hari Senin dan Kamis, tidak ada rutinitas sarapan. Namun, sahur yang dilakukan pada dini hari. Kebiasaan yang rutin dijalankan oleh keluarga ini. Mereka akan melaksanakan shaum sunnah bersama-sama, sahur bersama, dan buka bersama. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan ibadah lainnya bersama-sama, baik yang wajib maupun sunnah.

Mereka akan mengganti rutinitas sarapan forum diskusi. Membahas rancangan masa depan atau sekadar berbincang santai.

"Kamu jadi ngambil jurusan arsitektur?" kali ini giliran Inaya yang bertanya.

"Kayaknya sih jadi, Mi."

"Di MIT School of Architecture and Planning, Bang?" tanya Arkan.

"Iya, Abang maunya di situ sih. Tapi...."

"Tapi kenapa, Bang?" tanya adik perempuan yang duduk di sampingnya.

"Kalau Abang masuk situ, nanti gak ada yang jagain kamu." Ia mengetuk pelan kening adiknya.

"Whoa Abang, so sweet-nya." Cengiran gadis itu membuat matanya menyipit. "Tapi Ara gak apa-apa kok. Kalau Abang mau kuliah di sana, Ara dukung banget." Ia mengacungkan kedua ibu jarinya.

Hamasah ZarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang