The Cliffhanger Pt. II

1 0 0
                                    

"Kuroshiki... aku masuk."

Sebelum aku mampu menyahut di depan pintu besi seperti ini, aku terlebih dulu harus meminta izin pada Kak Sherly dan Seymour dengan dalih untuk jika kini memasuki waktu bagi Kuroshiki untuk melanjutkan kegiatan makannya. Mereka berdua dengan tenang mampu memaklumi itu. Oleh karena itu, selama aku pergi –dan pastinya aku akan kembali lagi ke sana, aku membiarkan mereka untuk berbincang sesukanya di laboratorium yang menurutku mengerikan itu. Oh iya, mereka memaklumi itu karena bagaimanapun, Karin berhak tahu soal kepergianku kali ini. Dengan kata lain, kedatanganku kemari juga bermaksud untuk memberitahu siapa penggantiku selama aku pergi. Dan tentu saja, pembaca akan kaget siapa orang yang kumaksud itu.

Pintu berdecit menandakan jika pintu ini telah dibuka olehnya, "Er... Hazael? Oh, silahkan masuk."

Aku hanya mengangguk singkat sembari mendorong masuk trolley makanan ini ke dalam kamarnya yang seingatku kini menjadi sedikit lebih rapih dibanding sebelumnya. Hei, soal makanan ini, aku tak pernah menarik dan tak pernah main-main dengan seluruh perkataanku, bukan?

"Hei, Hazael. Kali ini, semua itu adalah masakanmu, bukan?" Dia bertanya untuk memastikan. Lagipula, memangnya penting untuk memastikan hal sepele semacam itu? Bukankah sudah sering kukatakan? Meski aku handal dalam memasak, namun itu tidak berarti jika selera masakanku sudah terlalu tinggi. Dengan kata lain, lidahku mampu beradaptasi dengan makanan apapun tanpa ada masalah yang berarti.

"Wah! Terimakasih, Hazael! Kutarik perkataanku barusan, kau ini ternyata orang yang cukup baik." Well... kurasa Karin memiliki hobi yang baru, yaitu "menarik-narik perkataan". Huh, seperti permainan tarik tambang saja.

"Itadakimasu!" Dia mengucapkan kata yang semakna dengan "selamat makan" dalam bahasa Jepang lalu memakan seluruh makanan yang telah dihidangkan dengan lahap dan antusias. Sungguh, Karin membuatku bingung. Memang semua itu adalah buatanku, tapi yang terhidang di depannya hanyalah sebuah spaghetti, lasagna, dan sebuah milkshake coklat kakao yang tidak seberapa –membuatnya saja hanya butuh sepuluh menit. Makanan yang sebelumnya tentu lebih mewah dan enak dibanding semua ini. Tapi yah, kurasa Karin memegang teguh prinsip "tak ada makanan seenak masakan rumah". Prinsip yang sungguh tidak berguna, menurutku.

"Kehampaan ada di dunia ini untuk menghitamkan sebuah pelangi yang telah terlahir kembali." Tentu saja, daripada senang, aku lebih memilih melihatnya sebagai keadaan yang miris. Maksudku... diriku yang sekarang, sangat tidak layak untuk melihat semua pemandangan seperti ini. Terlebih lagi, akulah yang memasak semua makanan itu.

Sesuai waktu pembuatannya, seluruh makanan itu telah habis dalam waktu sepuluh menit.

"Sudah selesai, Kuroshiki?"

Dia mengangguk pelan sembari membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di bibirnya –dengan gaya yang tidak elit tentunya. "Hn. Terimakasih atas makanannya, Hazael!"

Tentu saja, hingga kini aku masih meringis. Dan perempuan berkacamata ini rupanya menyadari perubahan yang terjadi di dalam diriku kini, "Er... kau kenapa?"

Aku segera menggelengkan kepala, mencoba mempertahankan ego, "Tidak, tidak ada apa-apa, Kuroshiki. Itu bahkan tidak berguna bila aku memberitahumu."

Dia sedikit tersentak. Tentu saja, mana mau aku mengatakan jika kini ada sebuah hal yang mengganjal di pikiranku. Memberitahunya sama saja dengan menghancurkan harga diri Kane Webster hingga berkeping-keping. Ya, hal yang kini mengganjal pikiranku adalah hari yang spesial. Hari yang spesial baginya.

Oh tidak, bukan itu. Pembaca pikir aku akan mengatakan "Selamat ulang tahun, Karina Evelyn"? Jangan membuatku tertawa. Aku masih ingat betul hari ulang tahunnya, dan itu cukup jauh untuk saat ini. Memang suatu hari itu akan terjadi, tapi tidak untuk sekarang.

Lustful & SacrificeWhere stories live. Discover now