Part 3

24.7K 2.1K 84
                                    

Apaan tadiiii? Gue diciuuumm... dicium oleh orang yang bahkan tidak gue kenal sama sekali!!!!

Vidya menangis dan menggosok pipinya dengan air sabun berkali-kali, gadis itu berada di dalam toilet kantor. Ia membuka keran hingga maksimal agar isakannya tidak terdengar oleh orang lain yang berada di dalam toilet.

Vidya bersumpah ia tidak akan mencari masalah lagi dengan laki-laki yang bernama Mika itu.

***

"Bagaimana Mika, besok projectnya mulai bisa dikerjakan?" Pak Chairun bertanya sambil menyeruput kopi nya. Mereka berdua berada di salah satu gerai cafe franchise amerika yang sangat populer.

"Bisa, Om... omong-omong, hanya 3 orang dalam satu tim?" Mika asyik menyendok tiramisu yang baru ia beli dari gerai toko roti di sebelah kafe.

"Cukup bertiga. Nanti kamu lihat deh si Vidya, cara kerja anak itu bagus banget. Plus dia cerdas sekali. Kamu tidak butuh banyak orang kalau ada Vidya."

"Wah, sepertinya Vidya staf kesayangan Om ya. Anak itu cukup lucu.." Mika kembali tersenyum lebar apabila ia mengingat kejadian tadi.

"Wah, kamu jangan bilang dia 'anak' lho... Vidya itu usianya jauh di atas kamu Mika. Usia kamu berapa sekarang? 27? Vidya usianya 33 tahun Mike. Penampilannya saja yang kekanakan. Kamu jangan sampai salah kaprah ya. Dia juga lulusan terbaik di Birmingham ketika mendapatkan gelar pasca sarjana tahun kemarin. Makanya Om mendukung dia menduduki jabata eselon 4 ketika dia udah lulus dan kembali ke Indonesia." Pak Chairun menjelaskan panjang lebar tentang sang gadis yang ia kerjai habis-habisan dan tidak menyadari wajah Mika yang shock mendengar kata-katanya. Sendok mungil tiramisunya terlepas dari tangan pemuda itu.

"Apa? 33 tahun?" Mika tiba-tiba memotong ucapan paman jauhnya itu.

Pak Chairun mengerutkan keningnya melihat tindakan lancang Mika, tumben-tumbennya keponakan nya yang paling santun ini menyela ucapan orang yang lebih tua.

"Iya, 33 tahun. Kenapa, kamu suka dengannya?" Pak Chairul nyengir dengan jahil kepada Mika. Paman dan keponakan ini begitu mirip apabila mereka sedang mengerjai orang lain.

"Nggak kok, Om, cuma kaget." Mika menyadari kecerobohannya dan memutuskan menutup mulutnya apabila tidak ingin digoda pamannya yang terkenal usil ini.

"Oh.. begitu. By the way, jangan sampai ada orang kantor yang tahu kalau kamu keponakanku ya, Mika. Tidak apa-apa sih sebetulnya, cuma tidak enak saja."

"Oke."

Pak Chairun kembali menyeruput kopinya dan Mika diam, mata pemuda itu menatap jauh ke keramaian di mall itu. Dan ia memikirkan Vidya kembali, tapi kali ini penuh dengan rasa bersalah.

***

"Vidya, makan malam dulu."

"Sebentar lagi, Bu, lagi tanggung nih." Vidya masih berkutat didepan notebook, menyelesaikan catatan hasil rapat tadi siang. Gadis itu bertekad kalau ia ingin membuktikan ia tidak akan tergantung pada Mika sebagai leader, dan Vidya berusaha seminimal mungkin berinteraksi dengan laki-laki kurang ajar itu. Hasil rapat ini akan dikirimkannya pada Laura dan Pak Chairul.

"Vidya..." Ibunya duduk disamping gadis itu, penasaran dengan apa yang dikerjakan anaknya.

"Kerja melulu toh, Nak."

"Ini penting, Bu." Vidya menoleh dan tersenyum pada wanita yang paling ia sayangi di dunia.

Ibunya menatap Vidya dengan penuh sayang, anak perempuannya yang mungil ini memang sangat berbeda dari anak-anaknya yang lain. Penuh semangat dan tidak pernah menyerah adalah karakter Vidya. Ia mengingat dengan jelas, ketika masih bayi, Vidya selalu sakit-sakitan. Hal itu mempengaruhi fisiknya yang terlihat kurang normal dibanding anak-anak lain seusianya.

Vidya's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang