Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkalAnak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini tapi bangkai dan wajah mati yang sia-siaApabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurkuMalam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurkuOleh : W.S. Rendra
Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi
Poesia[Complete] Puisi ini seputar kemerdekaan dari ku atau puisi dari beberapa pembuatan puisi terkenal yang akan ku sertakan namanya nanti.