"Gue duluan, ih."
"Apaan, sih, Ma, gue duluan yang megang."
"Biar adil, gue duluan.'
"Gak! gue duluan, Tha.'
"Pokoknya, yang paling muda duluan."
"Gue aja yang duluan, siapa tau ada racunnya."
Athaya menyusuri anak tangga menuju lantai bawah rumahnya. Sayup-sayup suara keributan menyusup di indra pendengaran Athaya. Suasana pagi hari yang tak asing baginya.
Cewek berambut dark brown itu geleng-geleng kepala melihat kelakuan enam sahabatnya yang sedang berebut selai coklat kesukaan mereka, nuttela.
Itu lah rutinitas mereka setiap pagi di rumah Athaya. Mereka berangkat bersama ke sekolah, sarapan di rumah Athaya, dan berakhir ricuh berebut nutella. Mulai jengah dengan kelukan sahabat-sahabatnya, Athaya menggebrak meja makan yang membuat mereka semua refleks berhenti dan menoleh ke arah Athaya dengan posisi selai berada di tengah-tengah mereka dan satu tangan berada pada wadah selai.
"Kalian bisa gak sih, gak usah rebutan mulu? Bisa, kan, dengan cara bergiliran tanpa harus ribut," ujar Athaya dengan satu tarikan nafas. "Biar adil yang punya duluan."
Athaya mengambil selai tersebut dan megoleskannya pada roti tawar menggunakan pisau makan. Setelah sadar dari keterkejutan, semuanya kembali duduk di tempat masing-masing.
"Lo, curang, Ya, selalu menggunakan alasan itu melulu." Amara memberengut kesal dan dihadiahi tatapan tajam dari Athaya. "Gak usah protes."
"Lo kenapa, Thay? Kayak yang lagi ada masalah," Tanya Thalita penuh selidik.
"No, i am fine." Athaya mengedikan bahunya sambil terus memakan rotinya.
Semuanya sibuk memakan sarapan mereka. Athaya melirik sekilas ke arah Hervina yang duduk dua meja sebelah kanan di seberangnya atau lebih tepatnya sebelah Elena. Ia melihat Vina tersenyum penuh makna padanya. Athaya segera membuang muka ke arah lain. Sebisa mungkin menghindari tatapan mata coklat terang milik Hervina.
Kita jabarkan satu-satu keetujuh manusia berbeda karakter ini. Yang pertama, Athaya, Sifatnya kadang kekanak-kanakan, selalu terlihat ceria, paling berambisi, dan terkadang blak-blakan.
Kedua, Amara, cewek berdarah Indo-Rusia dan memiliki mata berwarna biru dan rambut blode ini kerap disapa Ama. Suaranya yang menggelegar dan cempreng bisa membuat telinga orang bermasalah. Ia adalah sahabat paling dekat dengan Athaya.
Ketiga, Thalita, cewek berkacamata minus ini yang paling banyak di dekati oleh cowok-cowok. Suaranya hampir sama dengan Amara.
Keempat, Elena, ia memiliki pipi yang chubby dan lesung pipit di pipi kanannya yang membuat Elena terkesan manis.
Kelima, Asyifa, ia adalah yang paling pendiam.
Keenam, Azzani, sifatnya terkadang egois tapi disisi lain ia adalah sahabat yang solid.
Ketujuh, Hervinallyssa, cewek yang akrab disapa Vina ini adalah asli Jerman. Ketika masuk SMP ayahnya di mutasi ke Indonesia, ia sekeluarga ikut pindah. Vina adalah siswa yang paling mencolok di anatara yang lain. Ia juga memiliki kemampuan unik yang tak semua orang miliki.
***
"Yah, kita gak sekelas," ujar Amara dengan nada lesu.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Mereka sedang berdesakan dengan murid lain di depan mading untuk melihat daftar kelas stelah upacara. Setelah menemukan nama masing-masing, mereka keluar dari kerumunan para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Shattered [Telah Dibukukan]
Teen FictionBagaimana perasaan kalian saat orang yang kita cinta mencintai sahabat kita sendiri? Itulah yang terjadi pada persahabatan Athaya. Yang menyebabkan persahabatannya terpecah.