FS-3

189 10 19
                                    

Setelah mereka sampai disekolah, mereka pun mulai berjalan menyusuri koridor kelas XII. Saat dipersimpangan, Azzani dan Hervina berpisah dari yang lain, karena letak kelas mereka yang berbeda. Namun saat Hervina berjalan menuju kelasnya sendirian, tiba-tiba kaki Hervina diselengkat oleh Diana yang membuat Hervina terhunyung ke depan.

"Aduh," Hervina mengerang. Seketika itu juga para siswa yang ada di sekitar koridor pun menertawakan Hervina.

"What are you doing, hah?" Wajah Hervina merah padam, menahan rasa malu dan emosinya. Aksen Jerman nya pun keluar.

"Ups, sorry yah, gue sengaja." Diana memasang wajah sok bersalahnya dan beberapa saat kemudian dia tersenyum sinis.

"Salah gue ke lo itu apa, sih?" Mata Hervina melotot. "Belum puas lo nge-bully gue terus?" lanjut Hervina.

"Salah lo adalah sok kecakepan dan caper ke semua cowok! Lo ngambil semua yang gue punya!" Nada Diana naik satu oktaf. Hervina tau kemana arah pembicaraan Diana.

"Jadi lo ngiri gara-gara gue lebih famous dari lo, gitu?" Hervina tertawa sinis. "Ambil, tuh, gue gak butuh popularitas! Gue bukan orang haus popularitas kayak, lo!"

"Gue iri sama lo? Ha-ha." Diana tertawa garing. "Yang ada, gue itu lebih famous dari pada lo!" Diana mendorong sebelah bahu Hervina dengan telunjuknya.

"Terus, mau lo apa, hah?!" Hervina melotot marah.

"Gue mau, lo pergi jauh-jauh, dan Rahman balik ke gue."

Hervina mendekatkan wajahnya di depan Diana. "In your wildest dream, babe," bisik Hervina. Ia pun membenarkan lagi posisinya.

"Let's see later, gue bakal mewujudkan mimpi itu."

"Oke, silahkan, gue gak takut sama mulut sampah lo!"

"Lo bakal nyesel!" Diana makin tersulut emosinya.

Banyak siswa yang mulai memperhatikan perdebatan mereka.

"Gue ulangi lagi, ya. Gue gak peduli dan gak takut sama lo! Lagian lo siapa, sih, berani ngancem-ngancem gue? Jangan ngurusin hidup orang melulu, urusin hidup lo sendiri. Emang hidup lo udah bener semua? Udah ngerasa perfect? Lo itu harusnya malu sama orang tua lo yang udah kerja keras buat biayain lo sekolah disini, tapi kelakuan lo sama sekali gak beretika."

Siswa yang memperhatikan mereka pun bersorak atas ucapan yang dilontarkan Hervina dan membuat Diana terpojok.

"Heh, jangan sok ceramahin gue, ya! Emang hidup lo juga udah bener?" Diana menunjuk Hervina dengan wajah marahnya.

"Setidaknya gue bisa jaga sopan santun, gak pake make up berlebihan ke sekolah, gak pernah ngelabrak orang, gak-"

"Diem!" Diana memotong ucapan Hervina. Hervina tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Diana yang sudah merah padam.

Dan keributan pun berlanjut dengan aksi Diana yang menjambak rambut Hervina untuk melampiaskan kekesalannya. Hervina tak diam saja, ia pun balas menjambak rambut Diana. Perkelahian mereka semakin panas dan riuh., kala para siswa yang menonton ikut menyemangati mereka berdua bukannya memisahkan mereka.

Tak lama, sebuah suara menggelegar menginstrupsi mereka. Hervina dan Diana yang sedang jambak-jambakan pun seketika berhenti. Suasana menjadi hening. Suara itu berasal dari seorang guru berbadan gemuk yang merupakan salah satu guru BK di SIS.

"Kalian ini apa-apaan sih? Berentem di koridor kelas, mau jadi artis?" Bu Mega mendekat dengan wajah murkanya. "Sekarang kalian berdua ikut saya ke ruang BK!" perintah bu Mega.

"Tapi bu..." Hervina langsung dihadiahi tatapan tajam dari Bu Mega.

"Ayo, SEKARANG!" ujar Bu Mega dengan penuh penekanan.

Friendship Shattered [Telah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang