Vania's POV
Ditengah keheningan malam, Entah kenapa dan mengapa aku terus memikirkan Bagas.
" Apa Iya yang aku pikirkan selama ini benar-benar terjadi. Ahhh, itu nggak mungkin.Nggak mungkin aku suka sama Bagas." Aku menghela nafas.Tapi kenapa aku harus benci ketika melihat Bagas dan orang lain. Kenapa aku harus marah, jika Bagas bisa tertawa sama oramg lain. Tuhan apakah ini yang dinamakan cinta? Tapi kenapa Bagas nggak bisa liat itu?..
Hanya hembusan langit malam yang menemaniku dalam kesedihan di waktu ini.
Vania's POV END.
*****
Waktu terus berjalan, bersama dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang tak pernah bisa untuk aku menjawabnya. Hingga suatu ketika Bagas datang kerumahku. Terlintas dibenakku, Bagas pasti akan bercerita mengenai Adelia.
"Van, besok malam aku mau nembak Adelia. Dan aku mau kamu ada disitu untuk kado saksi." Ungkap Bagas.
Seketika hatiku sakit ketika harus mendengar Kata itu hatus keluar dari mulut Bagas. AKU mencoba menahan tangis.
"Emangnya harus pake saksi segala apa,kayak nikahan aja." Jawabku kepada Bagas dan berusaha tegar.
" Yah jelas dong. Kamu harus jadi orang pertama yang tau tentang ini,kamukan sahabat aku. Pokoknya kamu harus datang oke?. Yaudah aku pergi dulu, daaahhh." Ungkapnya dan beranjak pergi.Vania's POV
Seiring langkah kaki Bagas, air mataku menetes membasahi pipiku yang tak bisa untuk aku menahanya.
"Cuma seorang sahabat, apa itu nggak bisa lebih?". BatinkuVania's POV End
*****
malam yamg ditunggu Bagas pun tiba, malam dimana dia akan menyatakan perasaannya ke Adelia. Di suatu cafe yamng memang cukup romantis untuk mengungkapakan perasaan kepada orang yang kita sayang. Karema permintaan Bagas, aku pin ikut ke cafe itu, dan duduk di meja yang sama dengan Bagas. Ketika menunggu Adelia,aku berharap Adelia Tidak akan datang malam itu. Tapi benerapa menit kemudian Adelia pun datang dan duduk di meja yang sama. Karena tak sanggup jika harus mendengar Bagas mengungkapakan perasaannya kepada Adelia, akipin berlari dan meninggalkan temparpt itu, dengan bercucuran air mata.
Vania's POV
"Bagas,kamu terlalu bodoh, sehingga kamu nggak bisa liat cintaku ke kamu. Kamu nggak pernah bisa rasaai makna dalam tarikan dan hembusan nafasku. Tuhan ini nggak adil, kenapa rasa ini harus datang disaat seperti ini. Ingin rasanya aku pergi ketempat dimana aku tak mendengar tentang kalian, tempat dimana aku tak bisa bertemu kalian.tapi aku nggak bisa. Karena cintaku ke kamu."
Aku meluapkam kekesalanku dalam tangisku.*****
Hari demi haripun terus aku jalani, bersama denhan hubungan mereka berdua. Aku masih Belum bisa membuang perasaanku kepada Bagas. Dan sampai detik ini Bagas tak pernah tau akan perasaanku kepadanya. Aku harap Bagas tak
pernah tau akan hal ini. Jika bagas sudah bahagia dengan orang lain , jadi untuk apa dia tau tentang perasaanku ini. Meskipun mungkin cintaku kepada dia lebih besar daripada cinta yang telah dimiliki saat ini. Dan hanya tatapan yang bisa kubiaskan padanya. Bagiku itu semua telah cukup membuatku bahagia. Biarlah aku memendam perasaan ini ,sampai akhirnya Bagas akan mengetahui dengan sendirinya. Entah kapan eaktu itu, dan Entah bagaimana cara Tuhan akan menyelesaikan semua ini. Aku hanya berharap Tuhan memberiku kekuatan untuk dapat terus memendam cinta ini, hingga akhirnya semua akan terasa indah pada waktunya.
Vania's POV End
The End
-------------------------------------------
Alhamdulillah akhirnya udah selesai.. maaf ya kalau ceritanya ngauur... terima kasih ya udah mau baca cerita ini.. jangan lupa komen dan vote ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terpendam
Romance"Memendam perasaan bukan berarti tidak berani mengungkapkannya tapi takut jika nanti dia menjauh" "Mencintai seseorang apa harus sesakit ini???"