part 2

83 1 2
                                    

Alicia berjalan mendekati mesin Virtue miliknya dan berbaring didalamnya diikuti oleh Ivy. Mesin Virtue itu tertutup otomatis dan memperlihatkan isinya yang berwarna biru yang lembut. Alicia memejamkan matanya dan menghela nafas. Sensasi berikutnya yang Alicia rasakan adalah sensasi seperti jatuh kebawah yang selalu dia rasakan setiap memakai mesin virtue. Wanita itu sangat menyukai sensasi jatuh selama beberapa detik itu. Ketika Alicia membuka matanya, wanita muda itu berdiri di sebuah ruangan hangar yang luas dengan Ivy di hadapannya.

                “Baiklah, kita akan memulai latihan simulasi kita hari ini. Kalian berdua siap?” terdengar suara Molly menggema di dalam ruangan itu yang hanya ditanggapi anggukan kecil dari Ivy.

                “Lalu misi apa yang akan kita lakukan hari ini?” tanya Alicia.

                “Misi hari adalah menemukan jalan keluar dari hangar ini. Ivy hanya akan kuberikan pistol dengan beberapa peluru, sisanya dia harus menghabisi Quilla yang ada dengan benda disekitarnya. Ketua seperti biasa memberikan sedikit bantuan pada Ivy. Tugas Alicia disini adalah menemukan tombol pintu hangar yang tersembunyi.” jelas Kevin.

                “Kedengarannya tidak begitu sulit.” sahut Alicia menatap pistol dan beberapa blok peluru yang muncul ditangan Ivy.

                “Oh? Kurasa tidak semudah itu. Kalian berdua hanya punya waktu 10 menit. Semakin lama ketua menemukan pintunya, semakin banyak Quilla yang muncul. Kalau dalam waktu 10 menit tidak bisa menemukan pintunya, hangar akan meledak.” sambung Molly.

                “….aku benar-benar lupa sekejam apa misi kalian.” desis Alicia sambil tersenyum.

                “Baiklah, selamat berjuang!” seru Molly semangat.

                Ivy berjalan ke tengah ruangan. Gadis itu mengeluarkan sebuah pisau lipat kecil yang terselip di pistol pemberian Kevin tadi. Gadis berkulit pucat itu dengan gerakan cepat menggoreskan lengan kanannya dengan pisau lipat tadi, membiarkan darah segar mengalir ke satu-satunya senjata yang bisa digunakan Ivy tadi. Luka gadis itu dengan cepat menutup dan mengering dan darah yang tadi melumuri lengannya seperti terhisap ke dalam pistolnya. Ivy menutup matanya perlahan.

                “Mereka datang.” kata Ivy lirih tapi bisa terdengar jelas di telinga Alicia.

                “Mereka?” tanya Alicia.

                Ivy membuka matanya dan berbalik menatap Alicia. Alicia belum sempat berkomentar apapun ketika Ivy menodongkan pistol ke arahnya dan menembak. Peluru dengan cepat melesat nyaris mengenai pipi wanita berambut coklat susu itu. Alicia dengan cepat menoleh kebelakang dan melihat monster yang disebut Quilla di belakangnya. Quilla itu berubah hangus dan menghilang hingga tak bersisa.

                “Ge-gerakan yang bagus, Ivy.” puji Alicia tertahan karena masih kaget dengan kejadian yang berlansung dalam hitungan detik tadi.

                Ivy hanya mengangguk pelan dan berlari melewati Alicia sambil menggenggam pistol di tangannya. Quilla mulai bermunculan di dalam hangar dan Alicia harus melaksanakan misinya mencari pintu keluar yang tersembunyi disana. Wanita berkacamata itu sempat menoleh pada Ivy dan melihat gerakan lincah gadis itu berkelit dari Quilla yang menyerangnya.

                Alicia hanya menghela nafas dengan berat. Ivy, gadis berperawakan remaja berusia 17 tahun dengan rambut hitam legam sepinggul miliknya memang bukan manusia biasa. Gadis dengan kode nama : Ivy itu hidup di dalam Eve selama 15 tahun sebagai tawanan dan objek penelitian. Terlahir berbeda membuatnya harus hidup ditawan.

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang