1

38 9 0
                                    

Mr. Kim

1

@@@@@

"Pergilah, bodoh! Kalau mau mengundurkan diri, nggak usah izin! Aku nggak membutuhkan asisten sepertimu! PERGI! PERGI KAU JALANG!"

Apa dia baru saja mengatakan aku jalang? "Maaf Kim, apa yang kamu sebut jalang? Aku cuma mau mengundurkan diri, bukan meminta kamu membayarku setelah meniduriku, bahkan aku tidak merayumu untuk melakukan itu."

Sejujurnya, aku tidak terkejut mendengar makian busuk Kim Taehyung. Tapi, ini pertama kali dia mengatakan aku jalang. Memangnya dia pikir aku akan mau menjadi asistennya, jika bayaran jalang lebih memuaskan dari pada makan hati selama mendampingi artis gila seperti dia!

"Dengar, aku nggak suka kamu. Aku nggak mau melihat wajahmu, lagi! Pergi, enyah, dan menghilang-lah selayaknya debu! Kalau sampai aku ngeliat kamu... Aku nggak akan bersikap baik."

Hei! Sejak kapan dia bersikap baik?! Kenapa orang ini berkata yang aneh-aneh?

"Tae, aku ke sini baik-baik, bukan meminta penghinaan atau kata-kata kasar kamu. Aku anggap kamu mempersilakan dengan baik pengunduran diriku, permisi."

Aku melangkah pergi, membuka kenop pintu kuat, membuat pintu berdentum cukup keras. "PERGILAH, JALANG SIALAN!"

Aku bisa mendengarnya, Kim Taehyung, manusia gila!

**

Kim? Merek parfum apa ini? Kenapa hari-hari belakangan ini membuat perutku mual untuk melihat atau mendengar marga itu?

"Arghh! Aku bisa gila," dengusku seraya melewati deretan botol parfum dalam pameran tersebut.

Bukan niatku berkeliling di tempat ini, hanya saja...

"Haejin! Kenapa jalan kamu lama banget, aku mau makan roti itu." Aku mengernyit, Joon menarik tanganku cukup keras karena merengek masalah makanan? Eungh! Sialnya, aku. "Haejin... kenapa diam? Ayo, belikan aku makanan itu."

Aku menunduk, melihat anak laki-laki berumur lima tahun yang sangat cerdas---sekaligus menyebalkan seperti ayahnya itu. "Joon, aku bisa membeli makanan yang kamu mau itu. Tapi Ay-"

"Ayah akan memarahimu, begitu, kan?!" sepertinya anak ini memang terlahir sangat kritis, kurasa otaknya mencerna lebih cepat dari anak-anak lainnya.

Aku mengangguk, mengusap surai Joon lembut.

"Anak pintar," ujarku mencoba membuat Joon mengerti.

"Tapi aku mau..." rengek Joon tidak mengalah akan teguran halusku. Wajahnya membuat aku tidak tahan, matanya, pipinya, dan Joon mulai berkaca-kaca.

Aku akhirnya menyentuhkan lutut pada dasar lantai, mengeratkan sentuhan pada bahu Joon. "Akan aku buatkan lazagna kesukaanmu, bagaimana?" senyum Joon mulai terkembang kembali, aku lega, anak itu sangat riang jika aku membuatkan makanan untuknya.

"Aku mau semua yang kamu masak, Haejin. Buatkan aku semua yang bisa kamu masak," jawabnya antusias. "Kita pulang sekarang, kamu masak secepatnya buatku." Lagi-lagi Joon menarik tanganku cepat. Entah bagaimana, aku tidak risih dengan sikap menyebalkan nan menggemaskan Joon.

**

"Haejin, aku mau ayam goreng buatanmu..." Joon kembali merengek.

"Joon, kamu sudah banyak menghabiskan makanan malam ini. Apa perutmu tidak sakit?" sekali bertanya saja, Joon langsung menggeleng keras. Ya, ampun... Bisa mati aku jika terus-terus an memasak di dapur.

"Tidak Haejin, aku tidak merasakan apa-apa. Aku sangat menyukai masakanmu, Haejin."

Wuwww, apa aku baru saja mendapat pujian? Anak berumur lima tahun itu, bagaimana bisa dia membuatku sebahagia ini? Hingga mau menurutinya berkali-kali. "Heummmm, baiklah... kamu berhasil, Joon. Tunggu sebentar, ayam gorengmu akan segera datang."

Bukan hanya Joon yang senang, aku juga merasa ada kesenangan lain saat berhasil membuat anak itu tersenyum puas.

==============================================================================

Komen, boleh?

Mr. Kim?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang