2

38 9 0
                                    

Mr. Kim

2

@@@@@

"Mau ke mana, sayang? Acara kita bahkan belum selesai," ucap salah satu lelaki yang kurasa dia mabuk.

Menghadiri pesta bukan hal yang buruk, menjadi kemungkinan buruk ketika tangan-tangan serta tatapan menerkam memujamu untuk terbaring di ranjang bersama manusia-manusia... GILA!

Gara-gara Yura, aku harus memulai akibat gila. Ke mana wanita sialan itu? Kenapa malah meninggalkanku sendirian, sih?!

"Hei, ayolah... aku nggak sabar mencicipi kamu, sayang."

Tangan itu mulai kurang ajar, menyentuh gerai rambutku, lalu sengaja mengikuti alur bentuk tubuhku.

PLAKKK!

Apa lagi? Aku melakukan hal yang benar dengan menampar laki-laki itu, kan? "Jangan kurang ajar! Dasar bajingan!" maki ku kesal.

Kepala lelaki itu kembali tergerak, matanya menghunus kemarahan akibat tamparan kerasku. Jujur saja, aku takut. "Beraninya, kamu. Menamparku... Heuh!" laki-laki mabuk itu menarik pergelangan tanganku, merasa sakit? Sangat!

Gerakannya semakin membuatku tidak bisa melawan, tenaganya sangat kuat, bahkan dalam keadaan mabuk. Aku meringis, mungkin akan segera terjatuh bulir air mataku.

BUGH! BUGH! BUGH!

Aku yang sebelumnya menutup mata karena takut dengan jarak lelaki itu, sekarang terhuyung ke belakang tanpa menyadari yang terjadi. Aku membuka mata perlahan, tubuhku bergetar, setelah itu aku merasa kulitku yang semula terbuka dengan mengenakan gaun tanpa lengan terbalut oleh sesuatu. "Ayo kita pergi, aku antar kamu pulang."

Aku terlalu kalut, sehingga tidak memedulikan siapa orang yang membawaku ke dalam mobilnya sekarang. "Jadi, malem ini kamu pulang cepat meninggalkan putraku, hanya untuk merasakan rayuan serta sentuhan pria yang mabuk?"

Tuan, Kim?

Mendadak, aku melemparkan tatapan heran. "Kenapa? Kamu bingung saya menolong kamu, Haejin?" tegas tanya Kim Seokjin.

**

Tuan Kim membelokkan mobil ke arah rumahnya, ya... Aku yakin ini arah rumahnya. Selama berada di dalam mobil, aku dan Kim Seokjin sama sekali tidak membuka pembicaraan. Sebelum mengendarai mobilnya, Tuan Kim sudah memperingatkanku agar diam. Heran, kenapa hanya dia yang selalu benar?!

Sekarang, pagar rumahnya yang otomatis terbuka membuatku semakin bingung.

"Turun!" suruhnya ketus.

Aku hanya menurut, syukur-syukur aku tidak akan dipecat kalau tidak mengeluarkan argumen. "Kenapa kamu mengikuti saya terus?"

"Huh?" sudah kuduga, kebodohan siapa sebenarnya ini? "Bapak tadi menyuruh saya turun dari mobil, jadi saya-"

"Saya menyuruh kamu turun, bukan mengikuti saya!"

Apa pria ini psiko? Dia selalu meubah-ubah keputusan atas ucapan sebelumnya. Aku masih ingat, dia bilang akan mengantarku pulang, sekarang malah membawaku ke rumahnya yang megah. Menyuruhku turun... GILA!

Ya, Tuhan. Kenapa aku semakin sering mengatakan kata 'gila' itu?

"Maaf, pak."

Aku menunduk, bukan karena takut, hanya malas untuk menatapnya. Berdebat juga bukan menjadi satu-satunya cara terbaik agar masalah bisa selesai.

"Temani, Joon. Dia mengigau, dan terus menyebut nama kamu." Akhirnya, Tuan ku itu bisa bernada lembut. "Aku benci mempekerjakanmu," ujarnya seraya melonggarkan dasi yang ia kenakan sebelumnya. Belum ada satu menit sesaat dia berkata lembut, sekarang... Ku bunuh juga dia!

"Maksudnya, pak? Bapak mau memecat saya?" tanyaku menyimpulkan.

"Kamu terlalu mengikat terhadap putra saya. Sekarang, dia lebih dekat dengan kamu. Saya benci itu!" nada bicaranya benar-benar menekankan jika memang semuanya salahku. Hei! Siapa suruh jika Ayah seperti dia yang selalu mementingkan pekerjaan dibanding memberi kasih sayang anak. Jelas, Joon lebih dekat denganku.

"Mungkin bapak harus lebih memerhatikan, Joon. Ada saatnya bapak harus-"

"Kamu menyalahkan saya?! Menurut kamu saya tidak memerhatikan anak saya sendiri?!"

Astaga! Umurnya belum memasuki lansia, tetapi sensitifitasnya begitu tinggi. "Kalau begitu tarik ucapan saya sebelumnya," kataku membenarkan---tepatnya meringkas perdebatan. Bahkan sebelumnya aku menghindari perdebatan dengannya, brengsek! "Jadi, kapan saya harus menghampiri, Joon?"

"Tentu saja sekarang, bodoh!"

Heung! Kamu memang brengsek, Kim!

======================================================================


Mr. Kim?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang