Aneh

28 1 0
                                    

Keputusan Irina untuk bekerja sebagai ART disebuah pulau sudah bulat. Hari ini kakinya resmi menginjak pulang seseram untuk pertama kalinya. Seseram namanya... Batin Irina dalam hati. Di pinggir pulau, Irina disambut oleh seorang bapak2 tua bersama anak gadisnya yang kira kira berumur sama dengan Irina.
"Mbak irina?" Tanya bapak tua itu sambil tersenyum ramah. Irina menjawab dengan anggukan dan senyum yg lebar.
"Iya pak, saya irina. Bapak, pak amad ya?"
"Betul mbak, mbak pasti lelah ya datang jauh2 dari kota, sini barangnya saya bawakan".
"Hehe, nggak kok pak.." Kata irina berbohong. Padahal, Irina memang sangat lelah. Belum lagi, mabuk laut yang dirasakan olehnya.

"Ini anak saya mbak, namanya dewi. Dia kuliah di jakarta, sekarang lagi libur makanya pulang ke pulau".
Wow hebat juga ya, ada anak yang bisa kuliah dari pulau kecil ini. Ke jakarta pula..
Lagi lagi irina berkata dalam hati.
"Nanti dia yang akan memberi tahu mbak semuanya tentang tuan.."
Tuan... Sampai sekarangpun, Irina belum tahu siapa nama majikannya itu. Irina mengikuti pak amad dan dewi menelusuri jalan setapak yg membawa mereka masuk ke dalam pulau lebih jauh. Pulau kecil ini tidak banyak penduduknya, di pinggir pantai tadi hanya ada dua rumah geribik. Irina hampir hampir tidak percaya ketika ia melihat rumah seperti kastil yang berdiri gagah ditengah pulau ini.

Bulu kuduk irina berdiri semua saat ia melangkahkan kaki masuk melewati gerbang. Rumah besar ini seperti tidak terawat. Rumput rumput dipekarangan tumbuh dengan liar, ada sebuah kolam yang sudah lumutan dan airnya, sangat butek sekali. Sepertinya bekas kolam renang.
Kreeeek...
"Silahkan masuk mbak." Kata pak amad ramah. Irina bergetar. Tiba tiba semangatnya untuk jauh dari nenek hartati ciut, rasanya ia ingin pulang saja.
"Jangan takut" Dewi berkata sambil mendahului Irina. "Mbak irina, saya tinggal ya, nanti dewi yang pesen pesen ke mbak.."
"Tapi, pak..."
Belum sempat irina berkata, pak amad sudah buru2 pergi. Tinggallah Irina berdua dengan dewi diruang tamu yang besar itu. Irina kikuk karena takut, dia juga tidak nyaman karena dewi menatapnya dingin dari atas hingga bawah. Irina penasaran apa sebenarnya yg sedang dipikirkan dewi.
"Duduklah.." Perintah dewi. Irina menurut. Dewi menyerahkan map kuning diatas meja. Irina membuknga, kontrak kerja.

Pertama, irina diwajibkan bekerja dari pukul lima pagi, hingga pukul delapan malam. Irina dilarang menggunakan handphone atau alat komunikasi dalam bentuk apapun juga. Irina dilarang menonton televisi. Irina tidak mendapat izin cuti keluar pulau selama tiga bulan pertama. Dan, ini yg paling aneh, irina tidak boleh memakai baju berwarna merah. Kontrak yg aneh...
"Maaf, mbak dewi, saya akan tinggal dengan siapa ya dirumah ini?"
"Dengan tuan. Berdua saja. Ayah biasanya datang saat pagi dan pulang saat petang."
"Saya takut mbak dewi.." Irina berkata jujur.
"Tidak perlu takut, tuan orang yang baik. Ayah saya juga akan banyak membantu kamu. Rumah kami tepat berada dibelakang kastil ini, jangan khawatir."
Irina mengangguk ragu ragu. Siaaaal. Kenapa juga aku baca iklan lamaran kerja ini tempo hari di koran. Irina menggerutu dalam hati.
"Mari saya tunjukkan kamarmu, irina." Ajak dewi yang sekarang sudah lebih ramah. Irina mengekor dibelakangnya.

"Ini adalah lantai dua, ada 10 kamar dilantai ini. Setiap hari harus kamu bersihkan, kamar kamu juga di lantai dua, kamar nomor 9, yang itu, nomor dua dari ujung." Dewi menunjuk kamar no 9, irina mengangguk mengerti. Lantai dua ini hanya sperti lorong dengan 10 kamar. Suasananya lebih seram dibanding lantai satu. Lalu, mereka naik kelantai tiga. Disini ada dua kamar yang sangat besar.
"Irina, yang pintunya berwarna hitam itu adalah kamar tidur tuan. Yang pintunya berwarna coklat adalah kamar untuk tuan bersenang senang. Kamu jangan pernah masuk kesana tanpa ijin." Dewi mengingatkan irina tentang larangan yang tidak tertulis dikontrak kerja ini.
"Kamu bebas masuk ke kamar tidur tuan, jam 6 pagi kamu sudah harus berdiri ditepi tempat tidur tuan. Jam 6.30 kamu boleh bangunkan tuan. Ketika tuan selesai mandi, sarapan sudah harus siap. Kamu tidak boleh menyentuh barang apapun tanpa seizin tuan, mengerti?"
"Mengerti,mbak"
"Ada yang ingin kamu tanyakan lagi, rin?"
"Nama tuan siapa ya mbak?"
"Jangan pernah tanyakan itu!" Dewi menjawab pertanyaan Irina dengan tatapan seram yang bisa membuat seseorang ciut dalam waktu sedetik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang