Rainbow in my heart

15 3 1
                                    

 "Iya Hen, kamu hati – hati ya" hanya itu yang sanggup aku katakan dengan hendi, aku menutup telpon dan tangisku pecah tak tertahankan.

Fikiranku kacau, aku hanya ingin menangis malam ini.

"Hendi, mengapa kamu selalu seenaknya. Kamu datang dan pergi semau kamu" tanpa sadar aku berteriak. "Ya Tuhan, apa ini takdirMu, apa aku harus kehilangan dia lagi sekarang" air mataku mengalir dengan deras, aku sudah tidak bisa untuk menahannya dadaku sakit terasa sangat sakit.

Aku menangis sepanjang malam, mungkin karena kelelahan menangis akhirnya aku pun tertidur. Sepertinya aku hanya tertidur 2 jam, setelah itu aku dikagetkan oleh bunyi alarm yang menyuruhku bangun untuk shalat subuh.

Setelah subuh aku menghubungi Alvian dan bercerita bahwa hendi akan pergi ke Jakarta pagi ini. Lagi-lagi aku menangis, benar kata Alvian semalam kalau sudah begini pasti aku akan menghubunginya dan menangis di depannya. Habis aku harus gimana lagi, hanya dia sepupu yang dekat denganku dan bisa aku ajak bicara tentang apapun.

Hari ini aku sangat kacau, aku nggak ingin melakukan apa – apa, hanya ingin tidur – tiduran saja di kamar. Aku keluar kamar sebentar hanya untuk menyeduh coffe lalu masuk lagi kekamar. Belum lama aku memejamkan mata tiba-tiba hp ku berbunyi, sepertinya ada sms. Tapi aku sedang malas, jangankan membuka untuk melirik dimana keberadaan hp ku saja rasanya malas. Tapi tidak lama kemudian hp ku berbunyi lagi ternyata Alvian yang menelpon.

"Woii sms gue bukannya dibales, udah jangan nangis mulu kayak film utaran aja, hahaa. Cepetan lu mandi setengah jam lagi gue jemput" baru mulutku terbuka ingin membalas malah hp sudah dimatikan oleh alvian. Anjiiir, pake ngatain gue lagi ni bocah.

"Tttiiiin" seperti suara mobil Alvan, benar saja baru setengah jam dari dia menelpon orangnya sudah datang. "Ngapain sih ni orang pake ngajak-ngajak gue pergi segala ketauan kepala gue lagi mumet. Paling mau curhat tentang Tara, aaaaaaahh apalagi sih ini, dia kan tau gue lagi pusing malah bikin gue tambah pusing" gumamku menggerutu pelan.

"Kok lu masih tiduran an, ayo ganti baju gw tunggu didepan" Alvan langsung melangkahkan kaki keluar kamar, tapi sebelum dia keluar aku bertanya.


"Mau ngapain emang, lu enggak liat mata gue bengkak gini, malu gue al keluar"

"Cepetan ! gw tunggu didepan"

Eh elaaah ini anak gayaya sok merintah

Aku hanya menuruti perkataan Alvian, lagi pula dari pada hanya dikamar yang ada kepikiran Hendi mulu, siapa tau Alvan kasian dengan ku lalu mau mau mengajak aku jalan - jalan, mentraktir nonton, makan. Tapi rasanya aku benar-benar tidak bernafsu untuk senang-senang saat ini, jadi percuma saja kalau Alvan melakukan hal itu.

"Kita mau kemana sih Al, gw lagi males banget jalan" kataku saat bertemu Alvan di teras bawah, aku hanya menyender dipintu rumah tidak melangkah mengikuti Alvan yang berjalan menuju mobilnya

"Lu lama banget sih ah, lagian siapa yang mau jalan kan kita naik mobil, hahaa" jawab Alvan sambil menarik tanganku menuju mobilnya

"Yee, gue juga tau pea" jawabku kesal

"Ya kita kestasiun lah! Hendi pulang pagi ini kan, lu nggak boleh nyakitin perasaan lu lagi hanya karna amarah sesaat. Lu sama hendi harus ngomong setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua Diana"

Aku hanya diam, berfikir cemas apa yang akan aku bicarakan setelah bertemu hendy disana. Lagi pula ini baru jam 8 pagi kan, sedangkan Hendi naik kereta jam 10. Dasar Alvian bego, enggak pake nanya dulu sih Hendi pulang jam berapa.

"Al.." belum sempat aku melanjutkan ucapan buru-buru Alvan memotong.

"Udah deh An, lu enggak usah ngebantah. Mata lu aja sampe bengkak semaleman lu nagisin dia kan. Masih untung gue keponakan lu baik bersedia jadi penyelamat hubungan lu sama doi" nada bicaranya songong, sok jadi super hero! Iya sih tapi, superhero kepagian !!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Missing RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang