*kriiiinggg*
bell sekolah berbunyi dan semua siswa keluar kelas masing masing. badluck untuk mereka mungkin, yaaa hujan turun sore ini.
"tidak pulang?" seorang laki laki tinggi kurus dan putih itu bertanya layaknya teman yang sudah kenal
"tidak, hujan. Ayahku belum menjemputku, banjir mungkin" jawab laki laki tinggi hitam manis
"memangnya jauh?" tanya laki laki putih itu
"yaa lumayan.. ahh sudah waktunya Shalat kau muslim, bukan?" tanyanya
"yaa tentu saja aku muslim" jawab laki laki putih itu
"ayo, sambil menunggu hujan reda." ajaknya
"ayo, tapi kita belum berkenalan... Devan" laki laki putih itu menjulurkam tangannya
"Habib" jawabnya sambil membalas jabatan tangannya.
.
.
.
Alief's Pov
hujan masih belum berhenti, padahal kamar kost ku tidak jauh dari sekolah ini.
"ah lebih baik aku sticking saja" ucapku mengisyaratkan diri sendiri. Aku mengambil headphone lalu menyalakan lagu dari mp3 yang aku bawa. Aku mengeluatkan stick drum dengan pad nya dari dalam tas ku.
"kau tidak pulang?" ucap seseorang yang tiba tiba duduk disebelahku, entah siapa aku tidak mengenalinya. Penampilannya tidak meyakinkan. aku terus memandanginya aneh
"hey, jawab aku" ucap laki laki berambut gondrong itu. sekali lagi aku tidak menggubrisnya, aku melanjutkan sticking ku.
"kau sombong sekali" ucap laki laki itu lalu pergi. aku merasa tidak enak sudah menyuekinya.
"Hey! aku tidak sombong!" ucapku baru saja menghentikan langkahnya lalu ia berbalik.
"siapa namamu?" tanyaku lagi
ia menghampiriku
"Sandi, Vokal." jawabnya. Oh, ternyata dia anak Vokal. bagus.
"Alief! ayo! hujan sudah reda!" itu Reggy, sahabat sekaligus teman sekamarku di Kost.
"jadi namamu Alief?" tanya Sandi
"iya, Drum." aku menjulurkan tanganku mengisyaratkan untuk bersalaman
"kau tinggal di kost? kenapa?" tanya sandi lagi sambil menjabat tangan ku
"iya, aku tinggal di luar kota. aku tak punya keluarga disini" ucapku melepaskan tangan sambil membereskan stick dan pad ku.
"kau tidak pulang?" tanyaku sambil menggendong tas ku
"tidak, masih gerimis. Jalan kedepan jauh." ucapnya
"mau mampir sambil menunggu hujan?" tawarku pada Sandi
"memangnya boleh?" ia menanyakan sekali lagi, mungkin untuk meyakinkan
"boleh" ajakku
"ayo cepat nanti hujan besar lagi!" teriak Reggy dari kejauhan yang ternyata sudah berjalan mendahuluiku
"ayo!" ajakku sekali lagi.
.
.
.
.
.
.
Sangkan's Pov
Hujan tak kunjung berhenti. kelas sudah bubaran, aku memutuskan untuk masuk ke ruang Piano dan bermain sebentar sambil menunggu hujan reda. aku memainkan beberapa lagu klasik.
"Never mind i'll find.. someone like you~"
suara perempuan, agak berat, siapa itu? mengganggu ku saja. suara nyanyian itu semakin dekat ke arahku. ia masuk ke ruangan ini.
"mengganggu saja" ucapku sambil meliriknya dan ia pun melirikku. tapi aku mengacuhkannya, masa bodo, aku tak mengenalinya. aku memutuskan untuk bermain Piano dengan lagu lagu klasik lagi.
"maaf"
terlihat dari ujung mataku seorang wanita berdiri tepat disisiku.
aku hanya mengangguk tanda mengiyakan
"aku tak bermaksud mengganggu permainanmu, lanjutkanlah aku akan keluar dari sini"
perasaan aku tidak melarangnya untuk tetap disini, tapi yasudahlah aku tidak peduli. perempuan itu berjalan keluar meninggalkan ruangan ini. sunyi. tidak ada suara apapun kecuali suara hujan. dan dentingan Piano yang aku mainkan, aku sangat menyukai suasana seperti ini..
.
.
.
*brukkk*
pintu terdobrak, seorang perempuan terjatuh
"eh? maaf, apa kau melihat temanku? aku rasa ia berjalan masuk kesini?"
penampilannya berantakan. lengan baju yang dilipat menjadi ngatung, tas seperti laki laki, dengan rambut kuncir kuda nya membuat penampilannya terlihat agak tomboy. tidak, bukan agak, tapi memang tomboy."apakah dia penyanyi?"
"yaaa!! ia tadi berjalan sambil bernyanyi!!" ucapnya semangat
"ia tadi kesini" ucapku tenang
"LALUUUU?"
"lalu keluar." aku membuang pandanganku lalu melanjutkan permainan Piano ku
"siapa namanya?" tanya perempuan tomboy itu
"mana aku tau" jawabku tanpa meliriknya
"Cicelia bukan?" tanya perempuan itu lagi
"mana aku tau" jawabku lagi
"singkat sekali, yasudah. terimakasih" aku mendengar langkah kaki keluar dari ruangan ini.
tunggu. Itu apa? Gitar? apa perempuan itu sengaja meninggalkannya disini? atau tertinggal? aku menghampiri Gitar itu dan terdapat sebuah kata kata di balik gitar itu
"you can, you will, you must. -Airin"apakah ini namanya? instrumen pokoknya Gitar? lebih baik aku membawanya keluar.
Aku berjalan menyusuri lorong Musik.
"Tunggu sebentar! Gitarku tertinggal di ruang Piano!" terdengar suara perempuan, lalu suara langkah berlari menaiki tangga. Oh tidak. perempuan berantakan itu lagi."ini milikmu?" tanyaku singkat
"eh? terima kasih." ucapnya menghentikan langkahnya tepat dihadapanku
"sama sama, Airin" ucapku lalu memberikan Gitar itu lalu berjalan pergi.
"Tunggu!" suaranya menghentikan langkahku
"apa lagi?" jawabku tanpa membalikan badanku
"darimana kau tau namaku?" tanyanya sepertinya berjalan menghampiriku
"tulisan itu" aku menunjuk tulisan dibalik gitarnya.
"Oh, terima kasih kalau begitu Sa..ng.. aku tak bisa membacanya dengan jelas, siapa Namamu?" ucapnya sambil berusaha membaca nametag ku.
"Sangkan, sama sama" ucapku singkat lalu berjalan pergi. nampaknya hujan sudah reda, aku memutuskan untuk pulang saja.
hahaha maaf yaa kalo agak gajelas gitu, btw pasti kalian nyangkanya cewe yg pertama dateng itu Airin ya? padahal bukan hahahaha
DONT FORGET TO VOMMENTS!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Rainbow
Teen Fictionsebuah Band remaja yang terbentuk secara tidak sengaja dengan nama awal "Black Forest" yang dibilang agak konyol oleh sebagian orang, lalu bercita cita untuk Go Internasional dan pernah mengalami masa sulit. keluarga, cinta, sekolah, dan perkembanga...