First Meet

2.5K 239 47
                                    

Jam pelajaran telah usai pukul 5 sore. Semua penghuni kelas 2-A berhamburan keluar hingga menyisakan 3 pemuda di dalam kelas yang mulai sunyi. Ketiganya sibuk mengemasi barang masing-masing.

"Seungkwan mau ikut membeli buku tidak?" Tanya si pemuda dengan kulit berwarna sedikit gelap pada pemuda berwajah chubby di depannya.

"Kalian saja. Aku ada janji untuk pulang cepat." Jawab Seungkwan sambil berdiri dari duduknya. "Jangan jahili Hao lagi loh, Gyu."

"Kenapa sih kau selalu membela Minghao, Seungkwan? Sekali-kali sekongkol menjahilinya denganku kan asyik."

"Heh! Aku ini sudah jera kena omel Wonwoo Hyung! Memangnya kau?! Sudahlah, jangan ganggu Hao kalau kau masih ingin PDKT dengan Wonwoo Hyung. Ya sudah, aku pulang dulu."

Mingyu melakukan gerakan pura-pura menggeplak kepala Seungkwan dari belakang dan disambut tawaan Minghao yang terdengar manis seperti orangnya. Pemuda tinggi dengan kulit tan itu mengerucutkan bibirnya sebal lalu menarik lengan kecil Minghao keluar kelas dengan tidak sabaran.

"Pelan-pelan dong, Gyu! Kau pikir aku ini manekin?!" Omel Minghao sambil mengibaskan tangan Mingyu yang menyeretnya.

Tapi Kim Mingyu tidak menggubris rengekan Minghao. Hingga menarik perhatian siswa lain yang masih ada di lorong dan koridor sekolah. Tapi memang sejak pertama kali menginjakkan kaki di Pledis SHS ini trio sahabat absurd - yang terdiri dari Seungkwan,Minghao, dan Mingyu - memang sudah terkenal karena kekompakan serta kelucuan ketiganya.

Bahkan tanpa ada Seungkwan yang biasanya heboh - dengan ceritanya tentang bocah bule yang selalu ditemuinya di les vocalnya - Mingyu dan Minghao sudah menarik perhatian karena mereka berdua sibuk bercanda satu sama lainnya.

Jika kalian masih anak baru di Pledis SHS maka kalian akan terheran-heran dengan sikap Mingyu dan Minghao yang bertolak belakang. Bahkan kalian akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih yang bagai langit dan bumi. Tapi nyatanya mereka berdua ini bersaudara. Bukan saudara kandung memang. Mereka adalah saudara tiri dan Minghao tidak memakai marga ayah Mingyu. Sudah nyaman dengan namanya sejak lahir. Xu Minghao.

"Beli buku satu saja, ya. Biar berhemat. Nanti kita membayar berdua." Usul Mingyu sambil menggoda saudaranya.

"Mana bisa?! Aku tidak mau berbagi buku denganmu tahu!" Marah Minghao sambil mengibaskan tangan Mingyu yang menarik-narik jas sekolahnya.

"Kan Ibu bilang untuk berhemat, Hao. Jadi beli satu saja, ya." Bujuk Mingyu dengan wajah pura-pura memelas.

"Jangan bilang uang yang diberikan Ayah kemarin kau habiskan duluan, Gyu."

Mingyu nyengir kuda mendengar ucapan Minghao. Pemuda yang lebih muda beberapa bulan darinya itu memang pandai menebak keadaan. Tapi Minghao memang tau kalau saudara tirinya itu bakal melakukan apa saja demi cintanya pada kakak kelas mereka yang bernama Jeon Wonwoo itu.

"Aku harus bagaimana, dong? Uangnya sudah habis. Masa iya nanti aku pulang dengan tangan kosong."

"Beli saja secukup uangmu. Nanti kupinjami."

"Kau memang saudara yang paling baik, Xu Minghao! Eh, namamu itu Kim Minghao sekarang!"

"Terserahmu sajalah."

.

.

Kedua siswa SHS dengan postur tubuh berbeda itu sedang berkutat dengan pilihan mereka. Memilih dan memilah buku mana yang harus mereka beli.

"Eh, aku ke toilet sebentar ya. Kau belikan untukku saja dulu. Mungkin aku bakal lama." Kata Mingyu sebelum pergi meninggalkan Minghao yang membalas ucapannya dengan anggukan.

Sebenarnya sih Minghao tahu kalau Mingyu pergi ke toilet itu sebagai kedok saja. Yakin sekali kalau saudaranya itu bakal menemui pujaan hatinya yang masih berstatus kakak kelas saja. Hanya saja Kim Mingyu saja yang terlalu berlebihan menganggapnya kekasih padahal Wonwoo belum tentu mau dengan si Hitam yang tercatat sebagai kakaknya itu.

.

.

"Ish! Dasar Tiang Listrik Hitam Jelek Menyebalkan! Bisa-bisanya meninggalkanku sendirian di toko buku seperti ini! Mati saja kau, Kim Mingyu!" Desis pemuda manis sambil memilih beberapa buku pelajaran.

"Mama.."

Pemuda dengan tumpukan buku di kedua lengannya itu mencari sumber suara itu berasal. Matanya membulat saat seorang bocah perempuan menarik celana sekolahnya dengan wajah memerah, bibir setengah tersenyum, dan air mata menggenang. Minghao - nama pemuda itu - membulatkan matanya sekali lagi. Matanya melirik sekeliling. Dia bisa dikira menyebabkan anak orang menangis.

"Mama! Huweee.."

Minghao dengan gelagapan meletakkan kembali buku yang tadi dibawanya. Tanpa sadar ia mengeluarkan gestur tubuh panik yang malah terlihat menggemaskan.

"E-eh, Dik.. J-jangan menangis." Bujuk Minghao dengan Bahasa China - karena gadis kecil itu bicara Bahasa China tadi.

"MAMA! XIAO RINDU MAMA!" Gadis cilik itu menerjang tubuh Minghao yang berjongkok di depannya dan memeluk pemuda yang sedang kebingungan itu dengan erat.

Minghao melirik ke sekelilingnya. Tidak ada terlalu banyak pengunjung. Jadi mungkin gadis cilik itu tersesat. Pikiran Minghao itu selalu positif. Tidak seperti Mingyu yang sedikit sedikit berpikir yang negatif.

"Mama kemana saja.. Hiks.."

Minghao ingin rasanya membenturkan kepalanya ke deretan rak buku yang ada di depannya. Minghao itu meskipun wajahnya imut dan manis tetap saja laki-laki kok. Dia masih sangat-sangat straight meskipun teman dan saudaranya belok.

"H-hei.. Aku bukan mamamu adik kecil. Aku laki-laki. Mana mungkin aku Mamamu?" terang Minghao lalu mengulas senyum.

"Mama jahat.. Huweeee!"

Entahlah, tanpa sadar Minghao malah menggendong gadis cilik itu dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Benar-benar terlihat seperti seorang ibu jika boleh dikatakan.

Sedangkan di sisi lain, satu sosok yang menatap keduanya dari jauh hanya tertegun dan membatu.

TBC

Hai, akhirnya chapter pertama up! /tebar kembang 1000 rupa/

Tetap vote dan comment, ya. Sebanyak-banyaknya biar saya up lagi chapter selanjutnya.

With love,

Bitter

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mama? ((JUNHAO))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang