[1]

21 0 2
                                    

In her eyes there's no lies, no lies
There's no question, she's not in a disguise

🍃🍃🍃

"Seriusan lo?"rahang besar Taza sukses jatuh menggantung kebawah, mata membelalak besar.

Aryo memutar matanya, "Orang gue kemaren satu mall sama dia. Ya gue lihat lah dia jalan ama cowok. Dia seneng banget tuh kelihatannya."

Taza menggaruk kepalanya yang agak plontos, "Aduhh mati deh gue. Mana susah lagi ngedapetin hati Sofie balik."

"Lo sih za, belagu sok sok-an kayak gitu. Jangan munafik makanya. Gini kan jadinya. Gue sama Vito yang repot, duh."Aryo memperbaiki letak kacamatanya.

"Bantuin dong yo. Gue traktir bakso bude kantin deh, ya?"bujuk Taza sambil menunjukkan wajah memelasnya.

Aryo menghela napas berat, "Oke. Gue mau. Tapi gue gak bisa maksain dia ya za. Seperti kata lo ke dia dua minggu yang lalu, gak bisa memutuskan keputusan sepihak."

Taza terdiam, mendadak hatinya nyeri dan ngilu seperti bermandikan air es.

"Iya yo."Taza hanya berharap Sofie bisa kembali kedekapannya.

🍃🍃🍃

"Ohh, jadi Taza mau ngejar Sofie? Ha gasalah tuh?"Vito melipat tangannya didepan dada.

"Gatau tuh anak. Kesandung karma kali dia."cerocos Aryo.

Vito mendengus, "Gak. Gue gak bisa bantu!"

Aryo menarik tangan Vito agak kuat, "Ihhh bantu kek vit. Tolongggg!"

"Maaf yo."Vito melepas tarikan tangan Aryo, "Gue gak mau sahabat gue disakiti lagi sama cowok kayak dia. Gue hampir kena tabok sama Sandi karena ngizinin Sofie nemuin Taza. Dan setelah ketemu Taza, Sofie pulang-pulang udah nyucur air matanya."

Aryo tetap keukuh membujuk Vito, namun tetap saja Vito menolak ajakan kerja sama Aryo.

"Kalo emang Taza mau perbaiki hubungannya sama Sofie. Dia harus ngadep gue sama Sandi secara langsung."ujar Vito akhirnya, lalu melenggang pergi tanpa memperdulikan Aryo.

🍃🍃🍃

"Ahhh takut gue nemuin mereka. Pulang-pulang muka gue udah hancur di gampar Sandi."ujar Taza menahan tubuhnya yang kini sedang di dorong Aryo.

"Resiko lo dong. Itu akibatnya lo sok sok-an kayak gitu!"ujar Aryo tajam sambil terus mendorong tubuh Taza.

"Tapi gue belum siap bonyokin muka. Yaa ampunnn."Aryo menoyor kepala Taza.

"Bego lo. Sok ganteng!"Aryo kembali mendorong tubuh Taza kekelas XI IPS 3, kelas yang diduduki oleh Sandi.

Taza dan Aryo masuk kedalam kelas itu. Disana sudah ada Vito, Sandi, Melvin, Dani, dan Gani duduk menunggu Aryo dan Taza.

"Tuh San, si Banci."Gani merapikan roknya yang agak berantakan, "Berani juga ya lo kesini Za. Nguji nyali lo?"

Tangan Taza bergetar mendengar perkataan Gani. Sandi yang sedari tadi diam, bangkit dari kursi dan mendekat kearah Taza.

What A FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang