Part 20

75.3K 1.4K 168
                                    

"Benarkah, Nat? Berjanjilah Nat, kau tak akan pergi dariku"

"Tentu Prince. Tentu"

Ya, tentu Prince. Aku tak akan meninggalkanmu lagi. Tak akan. Kau benar Prince kurasa aku telah menjadi bagian dari hidupmu. Meninggalkanmu hanya tak hanya melukai diriku, tapi juga melukaimu. Aku tak mungkin membiarkanmu terluka. Karena aku benar-benar mencintaimu. Sungguh.

Prince kembali memeluku lagi.

"Aku sangat mencintaimu, Nat! Sangat, mencintaimu" bisik Prince lembut.

--

"Sekarang kau harus istirahat kembali, Prince" ucapku sambil membenarkan selimutnya.

"Aku tak apa-apa, Nat. Sungguh. Aku terlalu banyak beristirahat dan aku sudah pulih. Aku hanya kelelahan" katanya sambil tersenyum.

Aku hanya mencubit gemas pipinya.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara pintu diketuk. Aku bangkit dari kursiku dan membuka pintu. Terlihat suster berseragam putih tersenyum kepadaku. Ia membawa nampan berisi makanan serta obat-obatan. Aku pun mengizinkanya masuk. Suster itu masuk dan menaruh nampan berisikan makanan itu di meja. Ia mengecek selang infus milik Prince dan memberitahuku mengenai takaran obat yang harus diberikan kepada Prince. Setelah itu, suster itu meninggalkan ruangan ini.

"Kalau begitu, kau harus makan" kataku sambil mengambil semangkuk bubur.

"Tidak mau"

"Kenapa tidak, Prince? Kau harus makan agar kau cepat pulih"

"Maksudku aku tidak mau makan, jika kau tidak mau menyuapiku"

Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang begitu manja.

"Baiklah bayi besarku, aku akan menyuapimu"

Prince pun terkekeh lagi. Ia pun duduk diranjangnya.

Aku menyendok bubur dan menyuapinya.

"Kenapa kau beridiri, Nat? Ayolah duduk disini, disampingku"

Aku pun menurutinya, dan ikut duduk diranjangnya tepat disisinya. Tiba-tiba Prince melingkari tanganya di pinggangku dan memeluknya. Aku sedikit terkejut karena aku takut mangkuk bubur yang kubawa ini tumpah.

"Aku merindukanmu, Nat. Sungguh!" bisiknya lembut.

Aku tersenyum, tanganku mengelus lembut pipinya dan berkata "Aku juga."

Setelah makan, Prince masih saja memeluk diriku. Ia menyandarkan kepalanya dibahuku.

"Selama ini, kau kemana saja?" tanyaku membuka pembicaraan.

Prince pun menceritak semuanya kepadaku. Aku cukup tersontak kaget.

"Apa? Kau menemui ayahku? Jadi, yang membuat dirimu memar seperti ini ayahku?"

"Ya. Tapi itu wajar, karena aku telah lancang menyentuh putrinya. Cukup lama untuk meyakinkan ayahmu, Nat"

"Jadi, ayah... ayahhh.. ayahh sudah tau, apa yang selama ini terjadi kepada kita?" kataku sambil menelan ludah.

"Tentu saja."

"Kau gila ya? Aku bisa dipecat jadi anaknya" kataku setengah berteriak.

"Yaaaa, tak masalah, kau kan akan menjadi istriku."

"Astaga Princeeeee. Kurasa otakmu benar-benar gila"

Aku langsung bangkit dari pelukan Prince dan mengambil ponsel dari tasku. Aku langsung menelpon ayahku.

"Halo, Nat. Ada apa?" terdengar suara disebrang telepon.

Aku hanya menelan ludah.

"Halo, Nat. Kau kah ini? Hallo? Apakah ini Nathasa anakku?"

"Haahaloo ayahhh."

"Ah, Natasha anakku. Ayah disini sangat merindukanmu. Bagaimana keadaanmu, sayang disana?"

"Ayah.. ayah tak marah padaku?"

"Marah? Maksudmu, ini soal pemuda itu ya? Ah, siapa namanya. Aku sungguh lupa, nama pemuda gila itu"

"P..Prince, ayah."

"Ah, iya. Prince, si pemuda gila. Aku tak mungkin marah kepadamu, Ini semua salahnya"

"Jadi, ayah benar benar sudah tau semuanya?"

"Ya, tentu saja."

Tiba-tiba Prince langsung merebut ponselku.

"Hallo, ayah mertua."

"Apa, kau?! Apa yang kau lakukan? Kau lancang sekali, kembalikan telponnya kepada putriku. Bagaimana kau bisa merebut telponya? Apa kau sedang bersama putriku?"

"Tidak. Aku sedang tidak bersama putrimu. Aku sedang bersama bidadariku. Dan dia sedang merawatku dengan cinta. Oh iya ayah, persiapanya nyaris selesai. Kau tinggal menunggu kabar dariku saja. Aku menyayangimu ayah mertuaku"

Klik.

Prince mematikan teleponya Dan dia tertawa terbahak-bahak.

"Kau benar-benar gila, Prince" ucapku sambil menelan ludah dan masih tak percaya.

Prince masih saja tertawa.

"Kau yang gila, Nat! Kau nyaris saja mengatakan pada ayahmu kalau kau sudah tak perawan karenaku. Kau ingin aku dibunuh oleh ayahmu?"

"Apa? Kau sendiri tadi bilang kepadaku seperti ini, 'Ya. Tapi itu wajar, karena aku telah lancang menyentuh putrinya.' " kataku sambil menirukan gaya bicaranya.

Prince pun tertawa.

"Ayo lah, Nat. Aku hanya menggodamu. Jika aku mengatakan bahwa aku sudah menyentuhmu dan membuat putrinya tak perawan, aku pasti tak akan pulang hidup-hidup, Nat."

"Lalu, apa yang yang terjadi sebenarnya?"

"Aku hanya menceritakan bahwa aku cemburu padamu, karena ras cemburuku aku memakimu. Dan kau kesal padaku. Aku pun langsung meminta ayahmu untuk menikahiku denganmu agar kau tak pergi meninggalkanku. Aku langsung dipukulnya. Aku bahkan dikira pemuda gila. Aku tetap meyakinkanya. Saat aku berhasil meyakinkanya kalau aku ini waras. Aku dipukuli lagi karena telah berani menyakiti dan memakimu. Tapi aku tak menyerah begitu saja. Hingga ayahmu mengetes diriku. Aku lolos tes darinya dan kau tau? Tes dari ayahmu bukanlah halangan bagiku untuk mendapatkan kamu. Setiap hari, aku selalu meyakininya dan selalu berakhir dengan pukulan. Aku heran, mengapa bidadari sepertimu harus mempunyai ayah segalak dia. Oh ya, ibumu sangat lembut dan cantik. Sampai akhirnya, aku berhasil meyakinkan ayahmu. Aku langsung pulang malam itu. Pukul tiga dini hari, aku sampai di Jakarta. Selama perjalanan, aku menyuruh orang kepercayaanku untuk menyiapkan berkas-berkas untuk pernikahan kita. Pukul tujuh aku rapat tentang perencanaan pernikahan kita. Hingga aku kelelahan."

"Apa? Jadi kau benar-benar membohongiku?"

Aku langsung mencubit Prince. Prince pun terkekeh sambil meringis kesakitan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NaughtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang