Chapter 10 - Flowers

300 10 1
                                    

"Saya ulang ya Bu, Lavender 5tangkai , Lily 7 tangkai , Mawar merah 10 tangkai" ucap ku di telepon. Lucu sekali, pesanan Ibu ini adalah bunga bunga yang aku sukai

"......"

"Baik Ibu, akan kami segera antarkan ke alamat yang dituju"

"......"

"Sama sama Ibu"

Huh baru sadar ternyata toko bunga Bunda laris juga, meskipun kerjaan ku daritadi hanya menerima telepon tapi cukup melelahkan karena yang dipesan bukan hanya satu bunga tapi bermacam macam

"Capek Net?" Terdengar suara dari arah belakang ku

"Lumayan Bun, padahal aku cuma angkat telepon" jawab ku kepada Bunda

"Yaudah pulang aja gih, biar si Sri yang angkat telepon nya" ujar Bunda

Aku segera mengiyakan untuk kembali ke rumah, lelah rasanya harus berlama lama mengangjat telepon dan mencatat ini itu.

"Yaudah Bunda suruh Dimas untuk antar kamu, kamu rapih rapih dulu" tawar Bunda kepadak

For Your Information aja Dimas adalah karyawan Bunda ku yang bertugas untuk mengatur perkembangan bunga bunga di toko Bunda misalnya bunga apa saja yang sudah habis, yang cepat terjual, yang ini yang itu dan lain lain

Dimas cukup tampan untuk lelaki sepantaranya, memiliki badan yang bagus dan tubuh yang tegap. Gak geran kalau pacar nya dimana dimana. Namanya juga anak muda

"Yuk mbak Netta, mau pulang sekarang?" Ucap Dimas tiba tiba sudah ada di depan ku

"Eh ayo Dim, ngagetin Mbak aja" ucapku seraya menaiki motor merah besar miliknya.

Dimas cukup easy going, dia mudah untuk berkomunikasi dengan siapapun termasuk aku

"Gimana Mbak kabarnya? Makin cantik aja ya?" Tanya Dimas saat kami masih dalam perjalanan

"Ya gini deh kamu liat aku gimana? Gak heran kalo pacar mu banyak. Jago banget gombal" balas ku

"Ya ampun mbak, aku engga pernah gombal. Semua yang aku bilang memang benar lok" balasnya lagi

"Iya deh iyaa, tapi kasian tuh pacar kamu. Kamu mau pilih yang mana? Kan gamungkin semua diajak nikah" tanyaku

"Aduh mbak, aku belum berfikiran sampe kesitu. Nanti aja ah. Tapi kalo boleh semua nya aku nikahin" ucap nya ngawur. Aku hanya tertawa tertawa saja mendengar ucapanya

**********

Sesampainya aku dirumah, terluhat Mobil Dokter Andrea terpakir di halaman rumah ku.

Tiba tiba terlintas ide untuk membalas apa yang ia lakukan du Mall bersama seorang wanita.

"Dim, kamu mau bantuin mbak gak?" Tawar ku kepada Dimas sebelum dia pergi dari halaman rumah ku

"Kalo bisa sih ya aku bantu mbak" ucapnya

"Jadi gini ....................... " jelasku panjang lebar kepadanya

Akhirnya dia menyetujui rencana ku untuk membalaskan dendam ku ke Dokter Andrea karena ulahnya kemarin.

Belum siap siap apa yang akan aku lakukan dengan Dimas, terlihat Dokter Andrea baru saja keluar dari rumah ku

Dengan gerakan sigap langsung saja aku menarik tangan Dimas u tuk aku genggap seperti layaknya orang berpacaran dan akhirnya kami berpapasan

"Eh Dokter, ada apaa? Maaf saya baru pulang" ucapku sok manis sambil masih tetap menggengam tangan Dimas

Terluhat dari sini mata Dokter Andrea yang mengatah ke pegangan tanganku dengan Dimas

"Tadi saya ada perlu. Tapi sekarang tidak jadi" balas nya seperti acuh

Hahaha rasakan, emang nya kamu doang yang bisa bawa gandengan? Aku juga bisa kali...

Tiba tiba Dokter Andrea mendekat ke arah ku dan 'Cup'

Bibirnya menempel pas di kening ku dan ia berbisik di telinga kanan ku

"Kalau kamu masih menggunakan kata Dokter untuk memanggil saya diluar rumah sakit, hukumanya akan lebih berat daripada ini. Saya pamit" ucapnya seraya pergi dari hadapanku

Aduhh ini jantung kenapa begini tiba tiba, padahal ini kan udah dicium kedua kalinya sama tuh Dokter

"Ciye mbak Netta, pacarnya keliatan cemburu banget tuh. Berhasil berarti akting kita kan mbak?" Ucap Dimas meledeku

Aku hanya mengangukan kepalaku atas apa yang diucapkan Dimas.

Dimas kemudian berpamitan untuk kembali ke toko Bunda dan aku segera masuk ke dalam rumah untuk mengistirahatkan badanku

Belum sadar dari keterkejutan ku, aku kembali dikejutkan dengan beberapa tangkai Bunga di meja ruang tamu ku

'Siapa yang ngasih?' Batinku bertanya

"Tiittt.... Tiitt..." Dering telepon menghentikan pemikiranku

Ku lihat id caller bertuliskan nama Dokter Andrea, segera ku angkat siapa tahu ada hal penting yang ingin disampaikanya

"Hallo dok? Emm maksud saya Hallo Andrea?" Ucapku canggung karena menyebutkan namanya secar gamblang tanpa identitas nya seorang Dokter

"Bunga itu dari saya, tolong dijaga dan dipelihara" ucapnya

Entah darimana dia bisa menebak apa pikiranku mengenai bunga itu. Oh ternyata bubga dari dia, aku kan punya toko bunga, ngapain dikasih bunga lagi

"Iya saya rawat" balas ku singkat

"Yasudah kalau begitu, selamat sore" akhir dia di telepon

Tuttt....

Segera ku ambil bunga bunga tersebut dan menaruh nya di vas yang berisikan air.

Terdapat 5 tangkai Lavender , 7 tangkai Lily dan 10 tangkai Mawar Merah, banyak juga ya bunga yang diberikan

Belum tersadar dari apa yang aku kerjakan tiba tiba aku teringat tentang banyaknya bunga ini dan jenis bunga ini.

Ini persis apa yang tadi ibu ibu pesan toko ku dan aku sendiri yang melayani nya, kebetulan atau emmang dia yang membelikanya yah?

Kalau memang dia yang membeliya aku merasa bersalah sekali harus berakting dengan Dimas untuk membuatnya jengkel

Huh maafkan aku ya Dok

*SORRY FOR THE TYPO
I NEED UR VOTE TO CONTINUE MY STOY

"BACK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang