9

3.1K 329 18
                                    

"Selamat pagi Ibu guru kesayangannya Kinal. Pagi ini aku dateng sengaja pengen bikin bidadari kesayangannya Kinal biar lebih sehat." ujar Kinal berdiri di ambang pintu apartement Ve dengan pakaian khas olahraga, celana training dan hoodie abu-abu. Sedangkan Ve, Ve masih acak-acakan dengan baju tidurnya, matanya tertutup dengan tubuh menyender lemas di pintu. "Yah, masih ngantuk ya? Hmm, aku ada ide."

Kinal mendekatkan wajahnya ke arah Ve yang masih setia memejamkan matanya lalu ia daratkan kecupan singkat di kening Ve. Mata Ve langsung terbuka dengan sempurna, Kinal yang melihat itu langsung menyengir. "Nah, bangun juga."

"K-Kinal? Sejak kapan kamu disini?" tanya Ve panik. Ia menatap pakaiannya lalu kembali menatap Kinal. "Astaga, tunggu disini."

Ve berlari masuk ke dalam apartementnya dan merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa menemui Kinal tanpa sadar dengan pakaian khas tidurnya yang terlihat minim, dengan kaos oblong yang sedikit transparan serta celana hotpants sebatas pahanya.

Kinal menggelengkan kepalanya. Ia menyandarkan tubuhnya di tembok. "Duh, duh. Untung aja Kinal masih bisa menjaga iman. Coba aja enggak, udah habis kali ya si Ve. Dasar, bidadari penggoda."

"Yuk!" ujar Ve yang kini sudah berganti pakaiansama seperti Kinal. Ve memakai celana training dengan jaket berwarna biru dongker. Rambutnya ia kuncir khas buntut kuda. Sempurna.

"Ve, pasti pagi ini matahari enggan buat terbit deh." ujar Kinal berjalan beriringan disamping Ve dengan jari ia tautkan dengan jari Ve. "Lho, kenapa emangnya?" tanya Ve cepat.

"Takut kalah cantik sama kamu." kata Kinal saat mereka sudah berada di dalam lift. "Habis kamu cantik banget sih, bagi-bagi gitu ketemen aku yang mukanya pas- pasan. Kasian, cantiknya di ambil kamu semua."

Pipi Ve bersemu merah. Ve menundukan kepalanya dengan sebelah tangan menutupi wajahnya. Kinal langsung menarik tangan Ve yang menutupi wajahnya dengan cepat. "Jangan di tutupin dong Ibu guru. Ibu guru lucu tau kalo lagi blushing."

"Ish, apa sih!" ujar Ve salah tingkah. "Jangan panggil aku Ibu guru."

"Terus? Maunya apa? Sayang? Baby? Honey? Bunda? Atau apa hm?" tanya Kinal. "Gak ada yang pantes Ibu guru. Nah tuh, kalo Ibu guru pas gitu. Lucu. Jadi gak papa aku panggil kamu Ibu guru aja. Panggilan sayang."

"Iya deh, suka-suka kamu. Asal kamu bahagia." jawab Ve malas.

"Bahagia aku itu kamu Ibu guru." ujar Kinal sambil menarik tangan Ve keluar dari lift.

Kinal mengarahkan Ve menuju taman dekat apartement Ve yang sebelumnya sudah ia survey pagi-pagi buta tadi. Terlihat sudah banyak orang yang melakukan aktifitas di taman itu. Ada yang jogging, senam atau hanya sekedar untuk duduk-duduk santai menghirup udara segar. Kinal mulai berlari pelan dengan Ve mengikuti di sebelahnya.

"Ve?" panggil Kinal yang hanya dijawab dehaman oleh Ve. "Yah, masa 'Hm' doang."

"Apa sih, Kinal? Kok kamu hari ini nyebelin?" ujar Ve menatap Kinal malas. Kinal terkekeh. "Gak, aku cuma mau bilang aku sayang kamu."

"Bilang gitu mulu," Ve memutar bola matanya malas. "Nanti ujung-ujungnya kamu bosen sendiri."

"Et enggak!" jawab Kinal cepat. "Gak mungkin lah. Masa bosen sayang sama Ibu guru cantik. Dosa aku sayang sama kamu setengah-setengah, nanti apartementku di kirim badai lagi sama Tuhan."

"Nal?"

"Apa Ibu guru? Ibu guru mau bilang sayang sama aku juga, kan?" jawab Kinal dengan pedenya.

"Enggak. Siapa bilang. Orang aku mau bilang, awas tuh ada tiang." ujar Ve kalah cepat dengan gerakan Kinal. Kening Kinal terlanjur membentur tiang yang ada di depannya. Kinal mengusap keningnya sambil menggerutu pelan. Sedangkan Ve hanya cekikikan disebelahnya.

Blinded [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang