12

2.9K 336 66
                                    

Ve POV

Kinal Gambrot : Ve, keluar dong. Udah berapa jam nih aku disini. Maafin aku!

Aku mendengus malas saat melihat pesan yang ia kirimkan untukku. Aku me-lock kembali layar ponselku. Namun beberapa detik kemudian, ponselku kembali bergetar. Ish, dasar gembrot! Udah tau aku lagi ngambek sama dia.

Kinal Gembrot : Veeee, aku capek tau diri. Betis aku nambah gede nih entar. Buka dooong. Aku beliin Toby yang baru deh, serius.

Ck, kenapa harus bahas Toby lagi sih? Ya! Aku marah sama Kinal gara-gara aku meninggalkan Toby di taman bukan aku yang meninggalkan Toby! Ini karena ulah si gembrot. Kinal ingin cepat-cepat pulang karena lapar. Dan saat aku balik lagi ke tempat dimana aku meninggalkan Toby, si Toby dan kandang-kandangnya sudah hilang. Jangan tanya aku nangis atau enggak. Ya jelas aku nangis layaknya orang gila. Di taman, siang-siang bolong aku menangis sambil memukuli tubuhnya. Bodo amat yang liatin aku nyangka aku orang gila, pokoknya aku sebel sama Kinal! Liat aja, ikan-ikan yang dia pelihara di apartementku, aku hanyutin ke selokan!

Ve : ikanmu udah aku buang!

Beberapa detik kemudian, ketukan. Salah. Pukulan di pintu apartementku semakin brutal. Kinal terus-terusan berteriak memanggil namaku. Memohon padaku untuk membukakan pintu. Tapi, bodo amat. Emang kalo aku buka pintu apartement si Toby bakal muncul lagi gitu di hadapan aku? Kan enggak!

Kinal Gembrot : Ih, Ve. Kamu jahat banget. Masa ikan-ikanku yang lucuk-lucuk itu kamu buang sih? Tega kamu, Ve. Tega.

Dia bilang tega? Lebih tega dia! Toby kan masih kecil fufufu :(

Daripada aku kena laporan dari tetangga-tetanggaku akibat teriakan Kinal yang seperti orang kesurupan, dengan berat hati aku membuka pintu apartementku. Sedikit. Aku menyembulkan kepalaku. Menatapnya datar. Sedangkan yang di tatap langsung memasang wajah memelas. Gak mempan!

"Maaf," lirihnya sambil memanyunkan bibirnya. Bodo amat! Gak ada lucu-lucunya. "Maapin Kinal, Ve. kamu jangan ngamuk dong. Nanti bisa-bisa badai nerpa apartementku. Nanti aku tinggal dimana?"

Aku memutar bola mataku malas. "Bodo, Nal."

"Ish, aku kan gak bermaksud buat ninggalin si landak nakal itu," aku tidak terima ia bilang Toby nakal. "Toby namanya!" selaku cepat.

"Iya deh, iya. Si Toby itu. Aku gak bermaksud. Lagi kamu ngapain coba bawa-bawa Toby ke taman. Kan dia gak bisa jogging kayak kita. Yang ada dia keinjek sama orang. Mati deh entar. Badannya seuprit gitu." balas Kinal lalu diakhiri dengan cengiran khasnya. Entah kenapa, saat ini aku tidak menyukai cengiran itu. Rasanya ingin aku injak-injak wajahnya saking kesalnya.

"Udah salah, malah nyumpahin Toby mati pula." jawabku sinis. "Udah sana mending kamu pulang! Cari Toby sampai ketemu. Gak usah balik sebelum Toby ada di tangan kamu."

"Ya elah Ve. Aku harus cari kemana coba? Kalo dia bawa HP gampang. Bisa aku LINE, Free Call atau Video Call sekalian." jawabnya melucu. Masih sempat ya dia dalam keadaan seperti ini melucu.

Aku menarik sebelah telinganya dan aku pelintir kuat-kuat. Kinal langsung berteriak kesakitan. Biarin aja telinganya merah nantinya, putus sekalian gak papa! Abis, orang lagi kesel malah di ajak bercanda. Ish.

"Eeeh, Ve sakit dong. Duh, putus telinga aku nanti. Udah dong Ve. Maafin aku. Aku kan gak sengaja." teriaknya histeris sambil mencoba menarik tanganku yang sedang memelintir telinganya.

Emang dasarnya aku orangnya gak tegaan, akhirnya aku melepaskan jeweran di telinganya. Aku melipat kedua tanganku di depan dada. Kinal mengusap telinganya sambil bergumam kata sakit. Kasian juga sih, huft. Tapi kan...dia udah jahat sama aku. Sama Toby juga. Huhuhu.

Blinded [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang