Bab 5: Keputusan Mendadak

85 4 1
                                    

HALOO READER YANG BAIK BUDIII

Here's Author speaking. So, aku udah putusin kalo "New York and You" bakal Up setiap hari Selasa dan Jum'at. gimana pada setuju? 

Tapi, aku mohon maaf kalo suatu waktu up-nya nggak sesuai jadwal, karena aku juga sibuk persiapan Ujian Nasional nih. tolong dimengerti yaa.

Maaf juga kalo banyak Typonya dan maaf kalo ada bahasa yang kurang cocok karna ini Story pertama Author hehehe:))

SO, ENJOY THE STORY YA. KALO ADA SESUATU JUST COMMENT BELOW. DON'T FORGET TO VOTE!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ria, Papa mau ngomong sama kamu."

Suasana berubah menjadi lebih serius. Mama dan Rio saling bertatap dengan penuh keingintahuan.

"Iya pa, mau ngomong apa?" Tanya Ria serius.

"Tahun depan kamu lulus SMA kan? Papa mau kamu kuliah di New York dan kita semua akan pindah semua kesana." Jawab Papa tegas.

"Tapi pa, Aku nggak mau ke luar negri. Aku mau di Indonesia, Aku punya cita-cita sendiri dan Aku mau itu terwujud."

"Memangnya kamu harus kuliah di Indonesia buat ngewujudin cita-cita. New York jelas lebih bagus untuk mulai karir kamu."

"Kenapa nggak Papa aja yang ke New York, Aku kuliah di Jakarta?"

"Jangan nak, kamu masih terlalu muda untuk tinggal disini sendiri. Tante Mira udah di Australia. Kamu nggak punya siapa-siapa di Jakarta."

"Aku emang nggak pernah bisa dapetin apa yang aku mau. Mulai sekarang, semua terserah papa, semua terserah mama, semua terserah bang Rio. Aku udah nggak perduli lagi!."

Sudah beberapa kali Ria dan keluarganya beradu mulut. Semua dimulai sejak Ia lulus SMP. Mereka berdebat tentang masuk SMA A dan SMA B. Ria akhirnya memilih masuk ke SMA pilihan orangtuanya.

Perdebatan kedua, kurang lebih setahun lalu. Saat orangtuanya mengetahui bahwa Ria berpacaran dengan Rey. Orangtuanya sangat menentang. Alasannya mereka masih dibangku SMA, Rey bukan orang berada, apalagi bukan sosok yang berprestasi. Rey bandel, balapan liar dan sebagainya.

Kenyataanya, Ria selalu mengalah. Baik dalam urusan Pendidikan, Keluarga, maupun masalah Cinta.

Saat keluarganya tahu bahwa hubungan Ria dan Rey berakhir, mereka merasa bahwa ini merupakan keputusan yang tepat meskipun ada sedikit rasa kecewa. Meskipun selama seminggu Ria mengunci diri, tapi keluarganya tetap mendukung keputusan Rey.

Hanya Abang Rio yang mengerti perasaanya. Namun, Ia juga tidak bisa berkutik tentang keputusan orangtuanya. Bang Rio lebih banyak memberi dukungan kepada Ria untuk tetap kuat dan sabar.

Ia berharap keputusan untuk kuliah di New York ini merupakan perintah terakhir dari orangtuanya. Ria tidak ingin hidup dikekang lagi.

Esoknya, Ria kembali ke sekolah seperti biasa. Namun, hari ini Ia pucat. Semalaman ia tidak tidur memikirkan perintah kedua orangtuanya. Ia bahkan tidak sarapan ataupun minum susu seperti biasa.

"Pagi Riaa~" Sapa William.

"Ya." Jawab Ria bersungut-sungut.

"Lo pucet banget, lagi sakit ya?" Tanya Will penuh perhatian.

"Nggak."

"Galak banget sih neng."

"Bodo."

Selama pelajaran pertama, Bahasa Indonesia. Ria lebih banyak tidur. Ia merasakan pening di kepalanya, sehingga memutuskan untuk tidur.

Sayangnya, hari ini ada pelajaran olahraga. Padahal, Ria sudah sangat lelah dan pening. Ia merasa ingin banyak beristirahat. Tapi ia memutuskan untuk bergabung olahraga meningat nilai olahraganya yang kurang memuaskan di tahun lalu.

"Yakin lo gapapa?" Tanya Will cemas.

"Nggak elah, nggak usah ngurusin orang napa." Jawab Ria ketus.

"Oh yaudah deh Princess. Hati-hati yaa.." kata Will.

Selama kurang lebih 20 menit pemanasan, Ria merasa lelah dan berkeringat.

Ria akhirnya ambruk pada putaran pertama lari marathon. Semua orang berkumpul mengelilingi Ria. Will yang panik langsung berusaha menggendong Ria dan membawanya ke UKS.

Sesampainya di UKS, Ria langsung ditangani oleh Tita Petugas UKS yang sedang piket. Will duduk disamping Ria sambil mengipasi tubuh mungil Ria yang tak sadarkan diri.

"Ria kenapa?" suara asing itu, Rey.

"Dia kecapekan aja tadi. Lo siapa ya?" Tanya Will

"Oh iya kita blom kenalan. Gue Rey, mantannya Ria. Lo pasti William kan? Anak-anak udah banyak ngomongin hubungan lo sama Ria." Jawab Rey.

"Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Ria. Tapi Iya, gue suka dia." Kata Will tegas.

"Oh, gue kesini cuma khawatir aja kok bro, nggak ada maksud lebih. Tolong jaga Ria ya." Ungkap Rey tegar.

"Ya." Jawab Will

Lalu Rey berlalu meninggalkan mereka. Cemburu? Iyaa, Sakit Hati? Pasti. Tapi tak ada yang bisa Rey lakukan selain memperhatikan Ria dari jauh. Keputusan yang Ia ambil dahulu, sekarang Ia sesali.

"Masihkah ada cinta-mu untukku?" Tanya Rey dalam hati.

Setelah kurang lebih 30 menit, akhirnya Ria sadarkan diri. Ia melihat sosok Will yang sudah duduk tertidur di samping tempat tidur UKS.

"Thank you Will." Bisik Ria.

William terbangun di UKS, entah saat itu pukul berapa. Tapi, Ia sudah tak melihat Ria lagi di tempat tidur UKS. Lekas, Ia mencari handphonenya untuk melihat jam.

14:10PM

"Gila, gue tidur berapa jam disini?!" Seru Will panik.

Ia kemudian keluar dari UKS dan kembali ke kelas. Beruntungnya, saat itu guru mata pelajaran sedang tidak masuk. Sehingga kelas bebas tanpa guru. Ia langsung duduk ditempatnya.

"Eh Ria mana?" Tanya Will ke Dhita.

"Udah pulang kali anaknya daritadi.." jawab Dhita

"Lah pulang sama siapa?"

"Sama Abangnya. Tadi dia ijin karna sakit." Sambung Salma.

"Ohh." Jawab Will datar

Sesampainya di rumah, Ria langsung masuk kamar dan minum beberapa obat yang sudah disiapkan bibi. Fisiknya lelah. Ia terlihat pucat dan tak bertenaga. Setelah beberapa menit terkapar di tempat tidur, akhirnya Ia tertidur lelap.

Entah berapa lama Ia tertidur. Entah mimpi apa yang terlintas. Ria hanya ingin merasa tenang. Tiba-tiba ponselnya berdering.

0892*******

"Siapa nih?" pikir Ria sambil menekan tombol menjawab

"Halo, Ini Ria bukan?" suara yang tak asing terdengar di ujung telepon

"Iya, ini siapa?" Tanya Ria

"Ini William, temen sebangku lo."

****

New York and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang