Chapter 2

38 1 0
                                    

"Ryuma-san," panggil Misaki sambil menatap lelaki yang lebih tua 10 tahun di depannya, tangannya bergerak mengambil kotak obat kecil yang ada di tangan penuh tato itu, "Aku bisa mengobati diriku sendiri," tambahnya. Ryuma bisa mengerti, putri bosnya ini pasti ingin sendiri saat ini.

"Kau tau Misaki-chan, kau memang bagian inti dari keluarga ini, tapi kau harus ingat, kau sendiri bukan lah bagian dari orang-orang seperti kami," satu usapan dirasa Misaki di puncak kepalanya, yang anehnya terasa lembut meski datangnya dari tangan yang Misaki yakin pasti sudah ratusan kali digunakan untuk memukul orang lain.

. . . . . . . . . . . .

Tiga hari berlalu sejak Misaki mendapat luka di bibirnya, banyak yang dia pikirkan selama 3 hari itu, memikirkan apa yang dia alami, apa yang dia perbuat, reaksi ayahnya bahkan kata-kata Ryuma malam itu, dia tau dia salah, meski Ayahnya tak pernah ada untuknya selama ini tapi dia selalu merasakan apa yang Ayahnya perbuat untuknya melalui Ryuma atau bahkan dari anggota kelompok lain.


Misaki bukan remaja labil yang suka menyalahkan, dia lebih memilih mempertanyakan sebab dan mempertimbangkan akibat, dan jujur saja, dia bahkan heran kenapa dia tak berpikir panjang hari itu, benarkah kesabarannya sudah benar-benar habis atau karena dia lelah menjadi pembicaraan dan selalu saja sendirian tanpa teman?

Kemarin malam Ryuma tak pernah seheran itu melihat dirinya nekat ingin menemui Ayahnya dan meminta maaf meski dia berterus terang tak akan meminta maaf pada tiga orang yang telah dia lukai dan tak menyesal telah melakukannya.

Dia memang mengetahui kesalahannya, tapi meminta maaf atas kelakuannya yang terjadi karena kesalahan orang lain, dia takkan melakukan itu, dia akan meminta maaf kalau memang itu 100% kesalahannya.

Misaki tanpa sadar menjadi lebih dewasa dari remaja seusianya.

Kereta tak seberisik biasanya hari ini, meski banyak yang berbicara satu dengan yang lainnya, setidaknya tak ada pembicaraan tentang khasus pemukulan atau tawuran antar kelompok hari ini.

Meski begitu, ada yang berbeda dari Misaki hari ini, gadis yang biasanya hanya memakai atribut yang di haruskan sekolah hari ini menambah satu aksesori di handphonenya. Gantungan kunci berbentuk panda dengan jubah di belakangnya.
Barang itu akhir-akhir ini menjadi sangat populer, tapi hanya sedikit yang bisa memakainya, Pandaman, nama gantungan kunci itu adalah figur dari animasi yang lagi hits musim ini, gantungan kunci itu dipercaya bisa mengabulkan satu permintaan bagi pemiliknya, karena itu hanya dibuat sedikit, hanya ada 10 buah.

Misaki masih ingat kata-kata Ryuma pagi ini saat memberikan gantungan kunci itu padanya.
'Gantungan kunci ini sangat berharga lo, katanya bahkan bisa mengabulkan permintaan, karena itu Misaki-chan, jaga baik-baik, dan satu permintaan itu aku berikan padamu saja, kalau aku mau sesuatu aku tinggal minta pada Khasira,' senyum Misaki mengembang mengingat dengan entengnya Ryuma menaikkan jempolnya saat bilang tinggal minta pada Ayahnya, dia mengerti Ayahnya mudah memberi pada orang yang setia pada kelompok.

Sekali lagi dilihatnya panda berjubah yang tergantung di handphonenya, senyum tipisnya menghilang berubah menjadi mimik serius, bisakah panda ini mengabulkan permintaannya?

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

"Hirano, kau sudah mengerjakan PR?"

"Oy Yuya, mau kau apakan sapu itu?!"

*chatter*

*chatter*

*chatter*

Suara pintu digeser, kaca bergetar, obrolan-obrolan yang seakan tak berhenti, pagi selalu ramai, di sekolah manapun, tapi Misaki tak pernah menjadi bagian dari keramaian itu, dia juga tak pernah berharap bisa berbicara di sekolah ini.

Bel berdentang bertepatan dengan langkah kaki Misaki yang menapak di antara daun pintu, dia tepat waktu.

"Save!! Oh, pagi," siapa orang ini? Misaki berjalan, mengabaikan sapaan tak terduga dari entah siapa laki-laki di belakangnya tadi, dia tak pernah disapa sebelumnya.

"Are, Shoma-kan?! Kau sudah sembuh?"

"Sebulan penuh untuk sembuh huh."

"Nee Shoma, kau tak seharusnya menyapa gadis tadi, ....."

Ugh lagi, bisikan yang terdengar jelas, dia tak tahu, tentu saja dia tidak tahu, sebentar lagi laki-laki itu juga akan menatapku sama seperti mereka, Misaki mengeluarkan buku-bukunya, menatap handphone yang juga ada dalam tasnya, benda keberuntungan kah, ini hanya boneka panda biasa, apa yang bisa boneka panda lakukan.

"Are?!" teriak seseorang tiba-tiba, membuat Misaki berjengkit kaget, hampir saja handphone yang ada di tangannya terlempar, "Aa, apa aku mengagetkanmu, maaf yaa," Misaki menatap kaget, juga bingung, gadis ini ... berbicara dengannya??

Jujur saja hanya sebagian kecil dari orang-orang di kelas ini yang dia ingat namanya, dan dia tak pernah tahu siapa nama gadis yang sedang tersenyum padanya sekarang ini, gadis ini cukup manis, dengan tubuh yang lebih tinggi dari kebanyakan gadis-gadis Jepang lainnya, dan logatnya agak sedikit berbeda, mungkin dari Kyoto?! Pindahan ?

"Benda yang ada di tanganmu itu limited edition kan? " Heh? Misaki terus menatap, senyuman gadis itu masih tertuju padanya, apa gadis ini tak tahu siapa dirinya? "Hentikan tatapan apa-kau-berbicara-denganku itu, dan ya aku memang bicara denganmu, Misaki kan, aku Yuzuru, kau bisa memanggilku Yuzu-chan kalau kau mau," Misaki masih menatap, entah apa artinya, tapi mata yang menatap itu sedikit memikat.

"Kau..." kali ini Yuzuru yang hanya menatap, menunggu kata-kata yang akan di ucapkan gadis yang kata semua orang berbahaya ini, dia memang baru pindah ke sekolah ini saat kenaikan kelas sebulan yang lalu, "...kenal Ryuma?" tebak Misaki, entah kenapa dia merasa gadis ini datang menyapanya bukan karena harapannya ingin teman pada boneka panda ajaib, dan ya tanpa sadar memang hal itu lah yang dia inginkan, dia tak percaya hal yang seperti itu, jadi mungkin saja Ryuma yang mengirim anak ini.

"Ryuma? Siapa Ryuma? Hmm, aku baru sampai di Tokyo sebulan yang lalu, mungkin aku mengenalnya, entahlah, aku sedikit sulit menghafal nama-nama orang yang baru ku temui," jelas Yuzuru.

Misaki masih terdiam, seketika dia sadar sudah menjadi bahan tontonan juga pembicaraan, tatapan itu, bisikan-bisikan itu, tak sadarkah mereka dia sangat terganggu dan takkan pernah terbiasa dengan pandangan dan bisikan mereka terhapnya.

"Hey," panggil Misaki pada gadis yang bernama Yuzuru di depannya ini, "Mau tahu rahasia umum di sekolah ini?" ucapnya sambil tersenyum, membuat entah kenapa Yuzuru seperti antusias ingin mendengarnya.
Misaki menatap wajah Yuzuru yang sedikit mendekat, "Kau tak seharusnya mengajak bicara gadis bernama Yamaguchi Misaki di sekolah ini," ucapnya tanpa berbisik sama sekali, senyumnya menghilang.

Wajah yang tadinya medekat bergerak menjauh, menyadari senyuman yang di dapat sama sekali tanpa ketulusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang