21 - Egois !

7.1K 364 0
                                    

***

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, akhirnya keluarga kecil bahagia ini tiba ditempat tujuan.

Ketiganya turun, tak lupa Sisi juga membantu Algino keluar dari mobil Jazz hitam yang dikemudian oleh Ali suaminya.

"Yeee ahilnya sampai juga.." Algino bersorak riang. Nampaknya sangat senang sekali bocah tampan ini.

"Iya dong udah sampai. Yuk masuk ? Kita temuin Om Satria dan temenin Mamah kasih kado ini buat Kak Luna." Sisi meraih lengan mungil Algino lalu menuntunnya.

"Iya Mah. Jino pasti temenin." Algino mengangguk setuju tanpa ada penolakan. Meski ia tidak terlalu akrab dengan Satria dan Aluna, tapi Algino berusaha menyenangkan sang Mamah dengan mengikuti ajakannya.

Sisi tersenyum. Ada kebanggaan tersendiri saat melihat raut wajah serta senyum tulus dari jagoan kesayangannya ini. Poni hitam Algino diusapnya pelan. Tangan mungil itu pun ia tuntun masuk kedalam rumah mewah dihadapannya tempat Satria tinggal.

"Ayah ayo Yaah ?" tiba-tiba Algino menolehkan pandangannya menatap kearah Ali. Mengajak sang Ayah yang entah kenapa menjadi pendiam seperti itu.

"I..iya sayang. Ini Ayah juga mau masuk kok." ujar Ali setuju. Raut wajahnya berubah menjadi tersenyum. Ia berlari kecil menyusul Sisi dan Algino. Berjalan beriringan bersama istri dan jagoan kecilnya.

"Kerumah Mamahnya siang aja ya ? Aku mau main-main disini dulu sama Satria dan Aluna. Aku kangen sama mereka." ujar Sisi menatap wajah suaminya.

"Iya. Apapun yang mau kamu lakukan, lakukanlah. Aku gak akan mungkin marah kok sayang. Sore juga gak papa kerumah Mamahnya. Asal kamu seneng itu udah kebahagiaan besar buat aku.." balas Ali lembut. Sisi tersenyum, ada rasa bangga dan kagum akan sikap suaminya ini.

"Makasih. Maaf aku kalau sempat marah sama kamu. Aku ternyata salah. Kamu itu benar-benar suami terbaik dan teradil yang pernah aku miliki. Makasih Ali, makasih suamiku.."

"Hihi iya istriku. Sama-sama. Kamu lucu deh, jadi gemes denger kamu ngomong kayak gitu.." Ali sedikit terkekeh.

"Hehe abis kamu tuh baik banget. Aku beneran kagum sama kamu Li, nyesel banget aku udah marah-marah gak jelas dan cemburu sama kamu. Padahal kamu begitu baiknya sama aku, aku benee.."

"Usstt udah ah, apapun akan aku lakukan selama itu positif dan bisa membuat istri aku senang. Aku pasti akan coba lakuin.
Kebahagiaan kamu, Prilly, dan Algino. Itu adalah kebahagiaan terbesar aku. Jadi jangan pernah berfikir macam-macam lagi ya ? Aku tuh sayang banget sama kamu Si. Sama halnya aku sayang sama Prilly dan Jino. Kalian sumber kebahagiaan terbesar aku." jelas Ali. Ia menghentikan langkahnya dan memandang wajah Sisi serius penuh arti.

Sisi tersenyum. Senyumannya begitu lebar, ada rasa haru bercampur bahagia terlihat dari raut wajahnya. Tak lama satu kecupan pun ia daratkan dipipi kiri Ali. Mengecupnya sekilas namun penuh arti.

"Aku juga sayang kamu. Kebahagiaan aku sepenuhnya karna kamu. Aku sayang kamu Li.." ujarnya lagi-lagi mampu membuat Ali terdiam dan tersenyum.

Seukir senyum pun ikut Ali sunggingkan dari bibir tipisnya. Ia merangkul pundak Sisi. Menarik pelan kepala Sisi lalu mengecupnya. Ali tidak banyak bicara lagi. Ia segera melangkahkan kakinya karna tak mau berlama-lama membuat Algino menunggu untuk segera masuk kedalam.

"Kok Jino dadi ingat Bunda ya ? Hmm coba Bunda ada disini. Pasti akan lebih lame dan selu. Jino kangen Bunda.." Algino membatin.

***

Rangga kini masih terlihat berbaring diatas tempat tidurnya. Kedua kelopak mata sipitnya tiba-tiba ia buka. Pandangannya pun menyorot menyapu isi ruangan kamarnya. Sosok Prilly ia cari, namun perempuan cantik itu tidak terlihat disana.

Rumah Tangga Bersama [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang