12 - Rujuk

8.8K 478 0
                                    

***

Kini Ali sudah berada didalam rumahnya. Ia tengah Sisi obati karna wajahnya yang babak-belur akibat pukulan Rangga saat dirumah Prilly tadi.

"Sebenarnya siapa yang udah pukulin kamu sampe memar gini sih Li ? Kok dia tega pukulin kamu ? Memangnya kamu udah buat kesalahan apa sama dia sampai dia pukulin kamu kayak gini ?" Tanya Sisi sambil terus membersihkan darah segar dari suduh bibir Ali dengan kapas kecil yang sudah ditetesi alkohol.

"Aaw..! Pelan-pelan sayang, a..aku gak papa kok, ini memang kesalahan aku, makanya aku dipukulin sampai seperti ini" jelas Ali sedikit meringis memegangi luka diwajahnya.

Sisi menghela nafasnya. Ia menaruh betadine juga kapas yang sudah dioleskan pada luka suaminya itu. "Oh iya, gimana sama Prilly ? Kamu udah jelasin semuanya sama dia ?" tanya Sisi tiba-tiba. Ali hanya menoleh sekilas dengan gelengan pelan penuh rasa sesal.

"Kok belum ? Memangnya kamu gak mau jelasin semuanya sama dia ? Katanya kamu kamu pingin tanggung jawab. Aku ikhlas kok Li kalau pun kamu mau menikahi Prilly sekalipun, asal kamu bahagia aja, aku ikhlas... Tapi kamu jangan cerai'in aku ya ? Kalau udah nikah sama Prilly nanti..." Sisi memandang wajah Ali dengan sorotan mata berkaca. Sebenarnya Ia sangat berat harus mengatakan hal tersebut, tapi demi kebahagiaan Ali Ia rela menyakiti hatinya sendiri asalkan Ali bahagia.

Ali menarik tubuh Sisi dan mendekapnya erat. Ia juga mengecup puncak kepala Sisi, mengelusnya lembut dengan air mata yang tiba-tiba saja menetes saat mendengar apa yang Sisi ucapkan tadi.

"Aku gak bisa kasih kamu keturunan, tapi Prilly bisa Li, dia bahkan udah kasih kamu anak tanpa kamu duga sebelumnya.
Aku yakin kamu pasti bisa bahagia sama Dia. Tapi jangan kamu ceraikan aku setelah kamu menikahi Prilly nanti, aku ikhlas kamu madu, asal kamu masih memberi aku kesempatan lebih lama memiliki kamu. Aku sangat mencintai kamu Li, sangat..." lirih Sisi menenggelamkan wajahnya di dada bidang Ali.

"Enggak sayang, aku gak mungkin cerai'in kamu. Aku udah berjanji saat didepan penghulu dan kedua orang tua kita kalau aku akan terus bersama kamu sampai maut sendiri yang memisahkan kita.
Tapi apa kamu mau membagi cinta aku sama Prilly ? Aku takut itu justru akan menyakiti hati kamu nantinya. Aku memang berniat ingin menikahi Prilly, kamu yakin mau aku madu ?" Ali melepaskan pelukannya. Ia memandang teduh wajah cantik istri tercintanya ini.

"Aku yakin Li, jika itu membuat kamu bahagia aku sangat rela membagi cinta kamu dengan Prilly, menjadi istri pertama kamu, asal kamu jangan tinggalin aku dan jangan ceraikan aku" ujar Sisi. Ali mengusap pipi Sisi yang berderai air mata. Rasanya begitu berat harus melakukan hal yang sangat sulit ini.

"Makasih sayang... Aku janji gak akan pernah menceraikan kamu, aku sangat mencintai kamu tulus Si, meski kamu gak bisa kasih aku keturunan, tapi aku bisa menerima semua itu. Tapi gak bisa aku pungkiri kalau aku juga ingin memiliki Prilly, aku sangat menginginkan dia menjadi pendamping aku, menjadi istri sah aku. Aku gak tega lihat dia terus menerus menderita akibat ulah bejat aku, aku gak tega sayang..." batin Ali lirih. Ia kembali mendekap tubuh Sisi kedalam pelukannya.

Sungguh benar-benar sulit berada diposisi Ali saat ini.

***

"J..jadi Algino itu benar-benar cucu kita Pah ? D..dia anak kandung Ali ? D..dia Ali kecil kita kan Pah ?" Tante Utty memandang lirih wajah Om Kris setelah mendengar semua penjelasan yang dituturkan oleh suami tercintanya ini.

"Iya Mah, Algino itu memang cucu kita, dia anak kandung Ali, Ali kecil kita..." jelas Om Kris ikut merasa haru akan kenyataan yang tidak pernah terduga ini.

"Tapi kenapa bisa Ali menyakiti Prilly sampai selama ini Pah ?
Kalau memang Algino anak Prilly dan Ali, kenapa juga Ali malah menikah dengan Sisi ? Mamah tidak tahu bagaimana yang Prilly rasakan akibat ulah anak kita ini, dia pasti sangat menderita Pah, Prilly pasti menderita karena ulah Ali..." air mata Tante Utty kembali menetes.

Rumah Tangga Bersama [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang