*Deandra Avele POV*
Apa kalian pernah merasa menjadi diriku? Hidupku yang penuh dengan tangisan pilu. Hidupku yang penuh dengan derita yang selalu ku rasakan. Hidupku yang penuh dengan kesesakan. Hidup yang sering kali membuatku menyerah akan semuanya. Mencintai, tapi tak berujung kebahagiaan yang selalu ku impikan. Mungkin kalian berfikir bahwa aku ini sosok yang lemah, ya! Semua yang kalian pikirkan tentang diriku itu memang benar. Aku lemah karena cinta. Dari aku lahir, aku tak pernah merasakan dicintai ataupun disayangi sekalipun dari orangtuaku. Keluargaku yang tak pernah menerima diriku sampai aku 16 tahun hidup di tengah-tengah mereka. Tak ada yang ku tahu alasan mereka tidak menerimaku dikeluarga ini. Papaku bernama Derry Hazz, ia adalah sosok yang berwibawa, gagah dan berambisi kuat umurnya pun belum terlalu tua yaitu 42 tahun untuk tetap bekerja di perusahaan ternama yang didirikannya bersama mamaku. Sedangkan mamaku bernama Dania Verz, ia adalah sosok ibu yang tegas, pemberani dan disiplin tapi ia juga memiliki kasih sayang yang luar biasa lembutnya dan itu hanya berlaku kepada kakak laki-laki ku dan kakak perempuan ku. Kakak laki-laki ku bernama Verrel Hazz, kak Verrel memiliki wajah yang tampan dan badannya atletis walaupun sekarang ini ia bekerja di perusahaan papa tapi dia selalu melakukan olahraga fisik. Sedangkan kakak perempuan ku bernama Vania Rossaline Hazz dia memang lebih cantik daripada diriku, sekarang ini dia sudah kuliah di universitas ternama di Jakarta. Banyak yang mengatakan bahwa aku tak pantas menjadi adik mereka. Karena wajahku yang jauh dari kata cantik. Ya memang ku akui aku tak cantik sama sekali rambut panjang yang tak terawat serta mata yang selalu sembab setiap pagi.
Menangis? Ya kalian tau setiap malam adalah waktu istirahat banyak orang tapi tidak dengan diriku, saat malam datang aku hanya ingin menangis meratapi kehidupanku yang jauh dari kata bahagia. Terkadang aku putus asa akan hidup ku yang alurnya hanya seperti ini saja. Aku juga pernah berfikir bahwa pergi untuk selama-lamanya adalah jalan yang terbaik. Tiap malam aku tak pernah berhenti berdoa pada Tuhan agar aku diberi iman yang teguh dan tegar untuk menjalani hidup yang diberikan Tuhan. Aku pernah mendengarkan kata-kata yang masih aku pegang yaitu "akan ada pelangi sehabis hujan". Itulah yang membuat ku masih menunggu pelangi tersebut sampai Tuhan mengirimkan sosok laki-laki yang mampu membuatku tegar kembali menjalani hidup ini. Dia adalah Adheva Rezesky teman sekolahku di SMA Bina Nusa. Dheva adalah nama panggilan teman sekolahku untuk dirinya. Wajahnya penuh dengan kedamaian dan tatapan matanya yang tajam seperti elang membuat siapa saja mengaguminya. Dia teman sekelasku dari aku kelas 10 sampai kami kelas 11 dan aku bersyukur tentang itu. Aku dan Dheva memang tidak memiliki hubungan khusus karena orangtuaku melarang keras agar aku tak boleh berpacaran. Kami hanya sebatas teman.
Yang membuatku sedih adalah saat Dheva sudah memiliki pacar yang sangat cantik dan juga berprestasi di sekolah. Iya bernama Tania Verin. Disitulah aku merasa hidupku sudah tak berguna lagi.
*Deandra's Home*
"Papa sama mama mau berangkat ke Bali hari ini, karena ada urusan penting yang harus papa selesaikan disana. Mungkin kami akan pulang minggu depan, jadi mama sama papa harap kalian bisa jaga diri baik-baik ya". Ucap mama dengan bijak. "Tenang aja ma kita bisa kok jaga diri baik-baik, terus Verrel bakal jagain Vania kok ma. Mama sama papa jangan khawatir" jelas kak Verrel yang membuat hatiku semakin sakit. "Oh iya ma, bi Minah bakalan ikut mama sama papa dong.. Terus yang beresin rumah siapa? Vania kan capek mah, pah kalau harus beresin rumah pulang dari kuliahan". Kak Vania sedikit melirik ku dengan sinis. "Kamu sama Verrel tenang aja, kan ada Deandra yang beresin rumah terus dia juga bakalan masakin kalian makanan kok sayang. Dan kamu Deandra! Kamu harus beresin rumah ini sampai papa sama mama pulang.. Dan kamu juga harus masakin makanan buat Verrel dan Vania! Kalau kamu telat ngerjainnya kamu bakalan papa hukum! Ngerti?!". "I..iya pa, Dean ngerti kok, t..t..tapi Dean ga bisa hari Sabtu pa, soalnya Dean ada les tambahan" jawabku dengan ragu-ragu. "Heh kamu ini bisa ga sih nurut sedikit kata papa! Papa ga peduli kamu les tambahan lah, atau apapun itu! Yang papa mau kamu harus gantiin posisinya bi Minah selagi kami pergi! Ngga ada bantahan lagi". Bentakan papa kepadaku membuat nyaliku menciut untuk menjawabnya lagi. "Sadarlah Dean, elo itu cuma bikin susah aja tau ga?! Apasih yang bisa dibanggain dari elo? Pinter? Nggak tu! Cantik? Apalagi! Kalah lo dari Vania!". Sentak kak Verrel ikut memojokkan aku, "Kamu harusnya bisa tau diri kalo kamu itu bukan bagian dari kami! Kamu ga sadar?! haa?! Setidaknya kamu bersyukur kami masih mau menampung kamu!" Suara mama kembali terdengar dan inilah yang selalu membuat aku bertanya, apa maksudnya itu? "Maksud mama apa? Aku ini keluarga kalian kan?! Anak dari papa dan mama?" Tanyaku penasaran. "Cukup! Masuklah ke kamar kalian ini sudah malam dan kamu Dean jangan membantah apa yang papa suruh ke kamu tadi!" tanpa menjawab papa aku segera masuk ke kamar ku. Kamar yang sederhana, tempat dimana saksi bisu tangisan yang ku tunpahkan. Aku tau! Sangat tau bahwa sampai mati pun aku menangis tak akan pernah ada yang perduli dengan ku! Aku memang sakit dan rapuh di keluarga ini, tapi sampai kapanpun aku tak bisa membenci keluarga ini. Aku mencintai mereka yang selalu melukai hati ini.Tuhan setiap langkah yang berat ini
Setiap nafas yang sesak ini hanya ku serahkan padaMu.. Berilah aku kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani tantanganMu ini ya Tuhan. Amin
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Hai gaes selamat membaca..
Ini sebenarnya cerita yang pernah aku buat, tapi aku buat lagi versi barunya. Semoga suka ya gaes..
Vote dan comment gaes, diusahakan di next secepatnya..
Btw, maapin kalo ada typo yang bertebaran oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya (IF)
Teen FictionSeandainya aku tidak terlambat(?) Seandainya aku sadar dengan cepat(?) Seandainya aku dapat melihatnya lagi(?) Seandainya semua dapat diulang kembali(?) . . . Aku hanya manusia bodoh yang selalu berandai dengan kesalahan lampau ku , ketika aku telah...