Prolog

741 41 23
                                    

Aku benar-benar bangga dengan diriku saat ini! Kenapa aku bangga? Itu karena aku telah diterima di sekolah impianku, sekolah yang disebut-sebut sebagai "Sekolah Harapan", yaitu Kibougamine Gakuen.

Dari dulu, sejak aku kecil, masuk dan sekolah di Kibougamine Gakuen adalah cita-citaku. Berkumpul bersama para Ultimates dan berteman bersama mereka adalah mimpi yang sering kuhinggapi dalam angan fantasiku. Ultimate sendiri adalah julukan bagi mereka yang bersekolah di sekolah ini, dan seperti namanya, mereka adalah orang-orang dengan bakat khusus di bidang tertentu. Berkumpul bersama mereka artinya berteman dengan orang-orang hebat. Memikirkannya saja sudah membuatku sangat bersemangat!

"Tidak... tidak bisa. Aku tidak pantas untuk memasuki kelas itu."

Tetapi, itulah perasaanku sebelum aku mengetahui bakat yang kumiliki. Berbeda dengan para Ultimate yang lain, aku bisa dibilang memiliki bakat teraneh di sekolah ini. Sebuah bakat yang bahkan tidak membuatku bangga sama sekali, yang membuatku akan dikucilkan oleh siapapun yang mendengarnya. Terpayah, terjelek, tidak keren. Tidak ada sedikit pun hal yang dapat kubanggakan dari bakat yang kumiliki.

"Apa-apaan itu? Bakat apa-apaan ini!? Payah sekali... harapan macam apa yang bisa ditimbulkan oleh bakat ini?"

Oleh karena itu, aku tidak ingin memasuki upacara pembukaan pagi ini. Aku justru terus duduk di sebuah bangku di dekat air mancur sembari menatapi gedung sekolah dari jauh, tempat yang seharusnya aku tuju sekarang. Perasaan paranoid pun menghampiri diriku, takut kalau aku akan diejek oleh para Ultimates di sana, karena kehampaan dan kekosongan bakat yang kumiliki. Apakah ini tindakan yang benar untuk dilakukan? Entahlah. Yang jelas, aku tidak ingin ke tempat itu sekarang. Itulah yang hatiku katakan sekarang.

Aku menutup mataku pelan-pelan, lalu merangkul setelan jas di dadaku. Kutarik erat-erat dan ingin kucoba untuk membulatkan tekad, namun percuma. Aku tetap takut akan ejekan dan cemoohan yang akan kuterima di tempat itu. "Kenapa orang sepertimu bisa diterima di tempat ini?" "Kenapa orang tanpa bakat sepertimu bisa berdiri di sini?". Kata-kata seperti terus membanjiri kepalaku, membuatku terus menutup mataku tanpa sedikit pun keberanian untuk membukanya. Aku... aku...

"Hei, ada apa denganmu? Apa kau sakit?"

Seseorang memanggilku, lalu aku membuka mata dan mendapati seorang gadis berambut ungu berdiri di depanku. Dia memakai seragam Kibougamine Gakuen, pastilah seorang Ultimate pikirku.

"Ah, ti-tidak. Aku baik-baik saja..." balasku lirih kepadanya."H-hei, apa kau murid di sini?"

"Ya, namaku Chiaki Nanami, Ultimate Gamer," dia menguap sedikit lalu melanjutkan kalimatnya lagi,"kalau kau?"

Aku terdiam, tidak langsung menjawabnya. Sembari menunggu jawaban dariku, dia perlahan duduk di sampingku dan terus menatapku dengan penasaran.

"Aku..." aku masih ragu untuk menyebut namaku."Namaku adalah..."

Gadis itu, Nanami, terus menatapku, membuatku sedikit takut lagi kalau dia akan sadar betapa payahnya bakat yang kumiliki. Terus kucoba untuk mengumpulkan tekad, namun percuma. Tak sedikit pun keberanian muncul dalam benakku. Akan tetapi--

"Hei, kau murid baru, 'kan?" gadis itu masih tersenyum.

"Y-ya, ada apa?"

Lalu, tanpa peringatan gadis itu menyandarkan kepalanya kepadaku, membuatku tersipu malu. "T-tolong gendong aku..." ucapnya pelan kepadaku.

Aku masih terhanyut dengan tindakannya barusan, membuat tampangku sedikit bodoh. "Eh?" gadis itu lalu mengulangi kalimat sebelumnya, yaitu memintaku untuk menggendongnya.

"Malam tadi... aku menghabiskan waktuku untuk bermain Gala Omega... dan itu membuatku belum tidur sampai sekarang... jadi, bisakah kau gendong aku?"

The Blooming Hope (HinaNami Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang