19:55

136 18 0
                                    

Alhamdulillah udah ada ide nulis lagi hehe

Amanda memalingkan wajahnya karena malu. Dia bukan tipe orang yang gampang nangis, apalagi di tempat umum dan di depan orang asing.

"Pasti nangis gara-gara cowok ya?" Kata laki-laki itu, "Duh cowok ganteng di luar masih banyak kali."

Entah laki-laki itu mengatakannya dengan serius atau hanya untuk sekedar menghibur Amanda.

Amanda memejamkan matanya. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya kemudian mengulangi langkah yang sama. 1, 2, 3, 4, 5... Begitulah yang selalu diajarkan ibunya setiap kali dia mengalami mental breakdown di tempat publik.

"Gue udah gak kenapa-kenapa kok." Ucap Amanda sambil memamerkan senyum terbaiknya saat ini.

Laki-laki itu hanya mengangkat bahunya seakan-akan tidak ingin tahu lebih lanjut tentang hal yang membuat Amanda menangis.

Tapi memang itu yang Amanda inginkan. Dia paling tidak suka jika orang-orang mengasihaninya. Terutama orang yang tidak dia kenal.

"Lo nanti turun di mana?" Tanya laki-laki itu mengubah topik pembicaraan.

"Gambir." Jawab Amanda singkat, "Lo?" Tambah dia beberapa detik kemudian. Dia tidak ingin obrolan berhenti sampai di situ saja.

"Sama." Jawab laki-laki itu, "Pulang atau pergi?"

"Pulang."

"Lo di Bandung ngapain? Liburan?"

Amanda menggeleng, "Gue kuliah di sana."

"Hmm, coba gue tebak... pasti ITB?" Tebak laki-laki itu dengan wajah serius yang dibuat-buat

Anehnya, Amanda tertawa. "Unpad. Gue gak pernah minat masuk ITB sama sekali."

"Jir keren juga lo anak unpad."

"Dulu," Kata Amanda dengan mata menerawang, "Gue udah di DO makanya sekarang pulang ke Jakarta." Tambah dia.

"Gara-gara apa?"

Pertanyaan itulah yang membuat Amanda tidak ingin melanjutkan obrolan mereka. Amanda sudah berbicara terlalu banyak dengan orang asing itu, seharusnya dia diam saja sedari tadi.

Amanda memalingkan wajahnya ke arah jendela. Tidak ada hal menarik yang bisa dilihat disana mengingat hari sudah malam. Tapi Amanda juya tidak mau melihat laki-laki yang duduk di sebelahnya.

"Makasih."

Amanda melirik sedikit ketika laki-lalki itu meletakkan headset di pangkuannya. Dia tetap mendiamkan laki-laki itu.

Waktu pun berlalu, Amanda masih tak bergeming menatap jendela. Laki-lalki itu sepertinya mengerti dan tidak ingin mengganggu Amanda lebih lanjut. Syukurlah.

Amanda bukan tipe yang penakut sampai ketika dia melihat seperti sesuatu yang melayang-layang.

Entah itu nyata atau otak dan matanya sedang mempermainkan dia saat ini, namun itu berhasil membuat Amanda kaget bukan main. Dia menutup matanya dan tanpa sadar bersandar ke bahu laki-laki yang di sebelahnya.

"Eh, eh, lo kenapa?" Tanya laki-lali itu yang juga tidak kalah kaget melihat tingkah laku Amanda yang tiba-tiba.

Amanda membuka matanya, dia melirik sedikit ke arah jendela. Tidak ada apa-apa. Yang ada hanya kegelapan. Tuh kan, cuma ilusi mata.

"Gue ngantuk. Gue boleh tidur di bahu lo kan?" Jawab Amanda.

Laki-laki itu mengangguk namun Amanda tidak menyadarinya.

***

Stay tune ya guys karena chapter berikutnya tentang sudut pandang Michael.

Whoaaaaa???

Btw sori udah lama ga update, karena gue bener-bener gapunya ide. Tapi akhirnya gue putusin buat ngelanjutin cerita ini sampe selesai. Yeay!

Next update minggu depan ya.

Vote, comment, share!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kereta Malam • mgc [Very Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang