Rasa

70 9 5
                                    

Aku bertemu dengannya ketika aku berada di perpustakaan. Saat itu aku lagi sibuk membaca buku pelajaran. Tiba-tiba dia datang bersama temannya sambil tertawa, yaah tau aja kan? Namanya juga perpustakaan, jadi dilarang buat keributan, seketika penjaga perpustakaan yang sedang bertugas menghampiri dia dan teman-temannya. Suasana tiba-tiba mencekam, karena penjaga perpustakaan hari itu adalah Ibu Wanis, guru bahasa Indonesia yang terkenal paling galak dan sangar, aku yang awalnya fokus membaca hilang konsentrasi dan ikut menyaksikan kejadian itu. Bukannya takut, dia malah menjawab dan melawan setiap perkataan penjaga perpustakaan dengan lawakan yang terbilang kekinian, tapi herannya dia bisa buat penjaga perpustakaan yang galaknya minta ampun jadi ketawa karena lawakannya.

Aku yang menyaksikan kejadian itu dari jauh, hanya senyam-senyum gak jelas dibalik buku yang ku baca. Dia orang pertama yang bisa buat penjaga perpus hari itu ketawa.

Mendengar bel istirahat telah selesai, aku bergegas menuju tempat peminjaman buku, lalu menuju kelas sambil membawa banyaaaak sekali buku referensi yang ku pinjam.

Di perjalanan menuju kelas, tanpa sadar aku menabrak seseorang. Buku yang ku bawa berserakan dilantai. Aku mengucapkan maaf sambil merapikan buku yang berserakan dilantai. Ketika aku ingin mengambil buku yang letaknya paling jauh, saat itulah mata kami bertemu. Dia memberikan buku itu sambil tersenyum ke arah ku.

Dia memiliki mata dan bulu mata yang indah. Aku terpesona, hingga lupa untuk mengambil buku yang diberikannya. Dia melambai-lambaikan tangannya dihadapan wajah ku, membuatku kembali dari lamunanku. Dia kembali tersenyum lalu berkata "Nih, lain kali hati-hati, jangan sampai nabrak dinding~~"

Aku hanya membalasnya dengan anggukan, lalu mengambil buku dari tangannya sambil berlari menuju kelas. Aku tak menyangka bisa bertemu dengannya dengan cara seperti itu, rasanya maluuu banget, mungkin mukaku udah semerah tomat sekarang.

Sesampainya di kelas, teman sebangkuku menjadi heran ketika melihat wajahku yang memerah, semerah tomat.

"Lo kenapa, Rin? Sakit? Muka lo merah banget tuh," Kata teman sebangku sekaligus sahabatku, Rachel, kami udah kenal sejak SD. Rachel satu-satunya teman yang mengerti dan memahami diriku.

"Gak papa kok, Hel" sambil senyam-senyum gak jelas.
"Dasar aneh" kata Rachel.

Arini POV
'Aduuuuhh, kok keinget kejadian tadi siih?! Kenapa pula aku senyum-senyum sendiri pas ngingetnya? Itu tadi si Bintang kan?? Cowo yang baru aja bikin buk Wanis ketawa, kan?'
Berbagai macam pertanyaan pun mulai bermunculan di pikiranku. Hingga si Rachel menatapku dengan tatapan heran bercampur kepo. Kayaknya dia bakal nge-introgasi pas pulang sekolah deeeh, apa aku harus cerita sejujurnya?  Hmmmm, ntar palingan juga dia malah ngetawain aku.

Untuk menghilangkan pikiran-pikiran aneh di benakku, aku berencana untuk main HP. (Kan lagi di jam pelajaran, jangan ditiru yaaaa)
Akupun merogoh saku, tapi aku terkejut, menyadari bahwa barang yang ku maksud tidak ada di saku.
'Loh, HP ku mana? Hilang? Ato ketinggalan di perpus? Ato jatuh waktu menuju kelas?? Duuuuh, gawat nih, kakak bakalan marah kalo tau HP ku gak ada.' Batinku panik.
'Tenang, tenang, tenang, di saat seperti ini aku harus positive thinking. Mungkin ketinggalan di perpus, ntar aku periksa. Okeee, tenang, bentar lagi bel bunyi.' Berusaha menenangkan pikiran.

Bener aja, pas bel pulang baru aja berdering, Rachel udah langsung nyamperin aku dengan tatapan meminta penjelasan.

"Gue tau, lo pasti lagi nyembunyiin sesuatu dari gue, kan???" Tanya Rachel dengan cepat ke arah ku.
'Benerkan kataku, dia pasti bakalan nanya, duuuh jawab apa yaaa??' Batinku.
"Hmmm, a.. aku gak nyembunyiin apa-apa kok, Hel, sueerr" kataku.
"Lo ngak bisa bohongin gue, Rin. Semuanya udah jelas dari muka lo, mending lo cerita ke gue, mana tau gue bisa nolong looo" kata Rachel panjang lebar.

'Duuh, gimana nih?? Kalo aku cerita, ntar si Rachel malah ketawa. Aku maluu' batinku menimbang-nimbang.

"Ya udah, aku bakalan cerita, tapiiiii... Ada syaratnyaa" kataku,

"Ya elah, pake syarat segala lo, kayak gak kenal gue aja, mana pernah gue emberin rahasia looo" kata Rachel sedikit nyolot.

"Hahaha, aku tau kok, kamu sahabat yang paliiiiiiiing baik se-dunia" kataku menghibur sambil merangkul sahabatku tersebut.

"Aku bakal cerita tapi nanti gak disini, kamu tunggu sebentar yaa, aku mau ke perpustakaan dulu, ada yang ketinggalan" kataku sambil setengah lari ninggalin Rachel.

"GPL, dasar kutu buku" gerutu Rachel setengah teriak.

Rachel POV
'Tuh anak bakal cerita apaan ya? Hmmm, paling di bakal cerita tentang buku yang dia baca, ato mungkin cerita tentang kakak-kakaknya lagi, huuuufft, sahabat gue yang satu itu kok hidupnya datar amat yaak.' Pikir Rachel sambil main HP.
'Ato jangan-jangan dia ketemu sama "pangeran kodok"nya?? Hahaha, kayaknya gak mungkin deeeh. Dia mah mana ngerti yang kayak gituaan.'

Author POV
Arini yang setengah berlari menuju perpustakaan dibuat terkejut oleh sesosok tubuh yang sedang membaca di meja tempat biasanya dia duduk.

Ternyata sosok itu adalah si Bintang, orang yang tadi dia tabrak.
Dengan ragu-ragu dan sangat pelan, Arini pun masuk ke perpustakaan lalu menuju meja peminjaman, disitu Buk Wanis langsung menatap tajam ke arah Arini. Sontak Arini pun mundur selangkah demi selangkah.

Tiba-tiba Arini menabrak seseorang yang ada di belakangnya. Spontan Arini menoleh ke belakang, ternyata .....

Tbc~~
----------------------------------------------
Gomeen reader-saaaan~~~
Maap kalo masih rada gaje, harap di maklumin.
Masih butuh banyak belajar dan masukan ide buat lanjutan ceritanyaa.
Author sangat menantikan yang namanya kritik, saran, tanggapan, vote dan lain-lainnya.

Jangan lupa votmen 😅😆😁

Stay In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang