Selamat Pagi Cinta

373 3 0
                                    

To Recipient/s: <Cinta>

Date : 24 Oktober 2008 at 08:49 AM GMT+8

Subject: Selamat Pagi Cinta

Message:

Selamat pagi cinta. Selamat pagi kesayangan.

Ini email pertamaku ke kamu dari jarak yang paling jauh darimu yang pernah kualami. Rasa empat minggu lalu itu seperti kejadian yang sudah sangat lampau terjadi. Entah senyummu itu, seperti tali yang mengikat pandangku yang tak bisa lepas. Aku benar-benar merindukanmu.

Selama tiga hari perjalanan ke pedalaman kalimantan yang jauh. Sinyal hape yang tiada bisa menghantar kalimat singkatku. Aku hanya mengingatmu dalam keadaan memandang hampa. Kata temanku “sudahlah, rindu biasa saja. Tak usah di buat-buat”

Aku katakan padanya, “rindu ini datang dengan sendirinya bro. Jika aku ada kuasa untuk atur apa maunya. Aku mau rindu itu datang hanya ketika aku teringat dengan perempuan yang lain saja”

“Halah, bukan aku yang mesti di gombalin” jawabnya memancingku tertawa.

Tapi memang demikian cinta, rinduku seperti luka di kulitku yang tak mudah mengering. Terkadang sakit, terkadang sengaja menyakiti agar aku merawat rinduku, dan meredakannya, dan kemudian tiba tiba membuncah. Aku sama sekali tidak berusaha mengingatmu. Tapi kamu selalu hadir, bukan kamu. Tapi kamu yang sudah kusimpan di hatiku, Jauh sebelum aku pergi kesini. Sejauh aku mulai mencintaimu.

Cinta, pagi ini aku mulai menulis email kepadamu. Haturkan rindu yang biasanya ku taruh dalam semangkok bakso kala kita pulang sekolah dulu. Dan kamu balas dengan segelas teh manis, kau selalu bilang itu teh tawar. Aku bilang itu teh manis. Pedagang bilang itu teh tawar. Aku tanya, “siapa yang buat?”. Kamu jawab “aku”. Aku bilang ini teh manis. Karena yang kutau, apapun yang kau buat selalu manis. Bahkan senyum paling asam milikmu yang pernah kutatap pun. Manisnya masih memikat dan melekat.

Cinta, kuharap rindu yang ku taruh dalam sepenggal email ini, akan mengantar balik rindumu. Entah melalui bisik rumput belakang rumah, atau bahkan lewat dengus beruang yang kemarin pagi kutemui di pinggir sungai.

Cinta, aku ingin bercerita tentang perjalananku kemari. Aku dari tanah jawa pergi ke pulau yang luasnya berkali kali dari jawa. Sayangnya kapal yang kutempuh berhenti dulu di makasar. Jadi aku sampai di balikpapan tiga hari dari aku berpisah denganmu.

Sampai di balikpapan aku bertemu sepupuku. Aku di antar ke rumah sepupunya yang lain, sampai disana aku berpindah lagi ke rumah kakaknya yang lebih jauh lagi. Selama tiga hari aku berpindah-pindah. Aku belum bisa menghubungi kamu.

Dirumah sepupunya hanya empat hari saja, lalu aku diterima kerja di sebuah perusahaan penebangan kayu. Aku di minta berangkat segera. Dari tempat kakak sepupunya sepupuku itu aku ke balikpapan, dan langsung naik bus ke Samarinda. Sampai di samarinda sore. Naik kapal sungai tujuan Long Bagun. Perjalanan dua hari satu malam. Berangkat pagi dari samarinda, sampai di sini hari esok sorenya sekitar magrib. Kau tau betapa lelahnya dikapal?

Untungnya tidak terlalu lelah cinta. Penjalananku kulalui dengan seru. Setiap dermaga yang ku temu aku selalu singgah. Walau hanya untuk menarik nafas dan menginjakkan kakiku disana. Perjalananku menyenangkan. Tapi aku tak berharap kamu akan mengalami perjalanan yang sama seperti yang aku lalui. Kau harusnya belajar di tempat yang mendukung ilmu yang kamu pelajari.

Singkatnya, aku sampai dan bekerja disini. Walau masih jadi buruh yang tugasnya mengantar bahan bahan makanan untuk para pekerja lain. Dan kenyataannya, aku belum bisa menghubungi kamu.

Btw, apa kabar kuliahmu? Kamu jadi diterima di kampus mana sayang?

Demikian dulu cinta. Kita lanjut lagi ketika waktu sudah seperti selimut. Yang kutarik kala aku kedinginan merindukanmu.

Salam, kekasihmu. Perdu.

Sampaikan Surat ini KepadanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang