Part[1] #1 Having fun in Seoul

658 45 5
                                    

Pesan mama ke aku saat di seoul:

1) ngga boleh boros! Maksudnya borosin uang.

2) hati-hati, selalu waspada,jangan pulang terlalu malam! Ya ampun, kayak sebelum ini aku nggak tinggal di seoul aja.

3) Nggak boleh merepotkan kakek,nenek. (Bersin tempat tidur sendiri, cuci piring sendiri). Huahahaha, nenek kakek kan punya pembantu selusin. Kalau aku cuci piring sendiri, apa dong kerjaan mereka?

~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
.
.
.
.
.

Liburan kali ini membosankan banget. memang, Aku bersemangat pada awalnya.

Gini ya, kalau kamu tiap minggu berkunjung ke satu mall di seoul, sampai puluhan tahun juga belum tentu kamu udah sambangin semua mall di sana, karena sebelum semua mall itu kamu kunjungi, udah ada mall baru.

Aku menginap di rumah kakek dan nenek. Mereka antusias menyambutku seperti layaknya selebritis. Nenek bahkan mengizinkanku membawa mobil mereka bila ingin jalan-jalan. Tapi aku menolak.

Aneh ya. Aku bisa nyetir sejak kelas tiga SMP. Waktu itu aku masih tinggal di Beijing. Aku ikut kursus, dan setelah mendapat SIM dengan cara yang nggak dapat dikatakan baik aku bersemangat sekali bawa mobil kesana kemari. Sebodo amat appa melarang. Aku bisa menginap di rumah kakek nenek tiap akhir pekan dan menyetir mobil mereka sepuasnya.

"Makasih, Nek, tapi zizi males nyetir disini." Hanya nenek yang panggil aku zizi, panggilan yang sebenernya nggakku sukai karena kesannya bayi banget, tapi mau bilang apalagi? Nenek memang menganggap aku cucu nya yang paling imut. Dan orang yang menjamin biaya nonton,makan,dan belanja kita tentu boleh memanggil kita dengan nama apa pun, kan?

"Kalau begitu nenek kasih voucher taksi."

"Makasih nek."

Ah, rumah nenek memang rumah ajaib. Ada laci harta di mana-mana dan setiap kali kami butuh sesuatu, tinggal tarik salah satu kotak itu. Buktinya, beberapa menit kemudian nenek memberiku segepok Voucher taksi yang pasti di tarik dari salah satu laci itu. Beneran segepok!

"Kalau habis, bilang aja, Zi."

"Oh, nek, Voucher ini nggak bakal habis biarpun Zizi tinggal di sini selama enam bulan."

"Kamu mau tinggal di sini enam bulan?" Mata nenek melebar.

"Ya enggaklah, nek. Sekolah Zizi gimana?"

"Sekolah? Di sini banyak sekolah. Yang terbaik di seluruh negri." Atau nenek bisa membangun sekolah sendiri!

"Tapi kamu akan tinggal di sini sebulan penuh kan, Zi?" Tanya nenek ketika aku tidak bereaksi.

"Belum tau, nek." Kami dapat liburan tiga minggu dan aku nggak punya rencana apa pun, kecuali sekedar reuni dengan reman reman SMP dan jalan-jalan.

"Harus dong, Zizi. Nenek kan kangen!" Nenek pura-pura merajuk.
Aku tersenyum.

"Zizi juga kangen, nenek." Nenek balas tersenyum.

"Yah, pikirkan saja. Kalau nenek sih pinginnya kamu nggak usah pulang ke Beijing. Eh, ayo makan. Atau mau makan di luar?"

"Hahaha, nek bisa aja. Enggak, nek, ini udah cukup," jawab aku sambil mengambil sup krim kental.

"Apa acaramu hari ini,Zizi?" Kata nenek setelah mengisi cangkir kopinya. Nenek minum kopi bila ingin, dan ia selalu ingin.

"Jalan-Jalan sama D.O, Baekhyun, dan Luhan. Belum tau kemana," jawabku.

"Nah, kamu bisa pakai Voucher itu. Di beijing, kamu pasti nggak pernah naik taksi, kan?" Hah, memangnya di beijing itu kayak apa? Taksi ada dimana-mana.

"Kadang, nek, kalau lagi males naik bus."

"Kamu? Naik bus?"
Eh, apa barusan aku bilang naik gajah? Kenapa mata nenek melebar

"Kenapa kamu naik bus?" Tanya nenek lagi. Otakku meledak Blank. Maksudnya?

"Kamu nggak pernah naik bus waktu tinggal di sini." Oya? Aku nggak ingat itu.
.
.
.
.
.

Sahabat aku waktu SMP, D.O, Baekhyun, dan Luhan terlonjak saat aku bilang punya Voucher segepok.

"Wah, Kita pasti bisa pindah dari mall ke mall," kata D.O waktu mereka tiba di rumah nenek. Nenek tertawa, lalu mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.

"Nih, buat kamu, Zizi. Di beijing kamu pasti jarang belanja kan?"

Wow!! Black card!! Semua temanku ternganga. Aku bahkan yakin Baekhyun meneteskan air liurnya. Aku nyengir lebar.

"Makasih, nek, nggak akan Zizi habiskan."

"Oh... hohoho," nenek tertawa.

"Habis juga nggak apa apa. Mumpung di seoul. Nanti nomor PIN nya nenek SMS ke HP kamu." Dagu teman temanku langsung terjatuh.

Aku memang nggak akan belanja banyak banyak. Ya, aku bisa saja melakukannya, tapi aku sekemaruk itu.
.
.
.
.
.

Sampai sekarang kakek masih bekerja sebagai pengacara senior sekaligus pemilik firma hukum. Jangan ditanya deh berapa rate konsultasinya PER MENIT ! Pokoknya sekali dapat proyek, kakek bisa beli rumah seisinya.

Nenek punya bisnis jual-beli permata dan lukisan super mahal. Buat hobi katanya, dari pada nggak ngapa-ngapain. Jelas uang bukan masalah bagi mereka, tapi aku nggak mau memanfaatkannya.
.
.
.
.
.

Malam ini, D.O, Baekhyun, dan pacar pacar mereka mengajak aku ice skatting dan nonton setelahnya.

Aku nggak dapat menahan rasa terkejutku melihat pacar Baekhyun. Cowok itu namanya Chanyeol. Kupikir dia maha siswa semester lima atau gimana, tapi ternyata dia kelas tiga SMA.

Yang bikin aku Shock, waktu skating, cowok itu memeluk Bekhyun dari belakang, tubuh mereka menempel erat, Dan....

.
.
.
.
.

TBC~
gimana ceritanya? 😅
Jelek kah? gak nyambung kah?
Maapkeun bila ceritanya gaje 😩
Cerita terinspirasi dari sebuah novel.
.
.
.
yang mau berbaik hati, silahkan Vote dan komen yhet 😘 Gomawo~

yang mau berbaik hati, silahkan Vote dan komen yhet 😘 Gomawo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Friends, My Dreams (TaoKris)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang