Cerita pertama saya dengan PU di luar Rio-Ify. Ini cerita tentang Alvin-Sivia (setidaknya niatnya begitu). Mohon maafkan kalau jelek, saya hanya seorang amatiran. Hope you enjoy it! Jangan lupa tinggalkan jejak membaca.
______________________________
Sivia Firantika. Seorang desainer dan pemilik salah satu butik besar di Jakarta Pusat. Diusianya yang menginjak 25 tahun, Sivia sudah merancang berbagai gaun yang indah dan membuat pagelaran busananya sendiri. Tentu tidak sedikit orang yang tahu nama, wajah, dan hasil karyanya. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa Sivia yang sesukses itu belum menikah atau bahkan memiliki seorang kekasih. Sivia benar-benar masih free, sexy, and single.
"Selamat siang, Miss." Seorang laki-laki masuk ke ruangan Sivia. Sivia menangkap sosok tegapnya berdiri di depan pintu dengan senyum manis yang dibuat-buat. Sivia tahu mana senyum yang tulus, mana yang palsu. Pekerjaannya mengharuskan dia dan semua modelnya untuk berakting sepanjang pentas. Dan karena itu, Sivia tahu senyum laki-laki itu palsu.
Sivia berdiri menyambutnya. "Silakan duduk, Tuan!" katanya sambil menunjuk kursi di depan meja kerjanya. Laki-laki itu mengikuti arah tangan Sivia dan duduk di depannya. Sivia tersenyum dan duduk di kursinya. Dia mengambil buku sketsa di sampingnya dan membukanya di satu halaman kosong. Setelah itu, pandangan Sivia teralih ke laki-laki yang duduk di depannya, masih dengan ekspresi wajah yang sama. Itu membuat Sivia tidak menyukainya. Sivia benci wajah palsu di luar pentas.
"Jangan berakting di depan saya, Tuan!" kata Sivia dengan sinis. Rupanya kata-kata Sivia cukup berdampak padanya, sedikit demi sedikit laki-laki itu menurunkan garis bibirnya dan hilanglah senyum itu. Sivia tersenyum melihat itu. Laki-laki itu duduk melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Sivia dengan dingin. Sama sekali tidak ada senyum, bahkan dari pancaran matanya.
"Maaf, dengan Tuan siapa?" kata Sivia memulai bisnisnya.
"Alvin Mahendra."
Sivia terdiam sejenak. Rasanya nama itu terdengan familiar. "Maksud Anda, pemilik M Mall?" tanya Sivia kemudian. Alvin diam menatapnya. Mengartikan bahwa jawaban yang Sivia pikirkan adalah tepat.
"Suatu kehormatan mendapat kunjungan dari Anda, Tuan. Apa yang bisa saya bantu? Setelan jas? Tuxedo? Atau sesuatu yang khusus?" M Mall adalah salah satu department store terbesar di Asia. Sivia ingat betapa sulitnya mengajukan proposal untuk membuka salah satu toko di sana dulu. Sekarang, sekitar tiga toko yang menjual baju-baju rancangannya ada di mall itu.
"Setelan jas dan gaun pengantin," jawab Alvin singkat, padat dan jelas. Sivia mengangguk-angguk. Sivia pernah mendengar kabar bahwa laki-laki di depannya ini akan menikah dalam waktu dekat. Ternyata benar.
"Untuk kapan?" tanya Sivia.
"Secepatnya," jawab Alvin singkat. Berhasil membuat Sivia diam tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kalau boleh tau, secepatnya itu... kapan? Tanggal berapa? Atau mungkin bulan apa?" tanya Sivia lagi. Alvin diam, menatap Sivia tanpa ekspresi. Hampir lima menit Sivia menunggu jawabannya, tapi tidak satu katapun terucap.
"Baiklah. Jadi Anda ingin konsep seperti apa?" tanya Sivia akhirnya.
"Terserah," jawab Alvin. Sivia mengernyit heran sekaligus kesal. Rupanya klien kali ini tergolong sulit ditangani.
"Apa Anda punya permintaan khusus tentang bagaimana konsep pernikahan Anda nanti?" tanya Sivia, dengan nada lembut pastinya. Dia tidak mau kehilangan satu klienpun walau orang itu sangat menyebalkan seperti Alvin.
Belum sempat Alvin menjawab pertanyaan Sivia, ponselnya berdering dan Sivia ditinggalkan dalam kebingungan. Lima menit kemudian, Alvin selesai menelepon dan menatap Sivia. "Hubungi sekretaris saya kalau Anda membutuhkan sesuatu! Jika saya bisa, saya akan datang menemui Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Design of Love
RomanceSivia, seorang fashion designer yang mendapat klien aneh bernama Alvin dan Ify. Pesanan gaun pengantin yang dipesan Alvin serta Ify membuat Sivia harus memutar otak karena ketidakjelasan sepasang calon pengantin itu. Hingga Sivia terpaksa merancang...