Chapter 3 - Desain Cinta

1.3K 61 13
                                    

Haah haah haah haah! *napas terengah-enggah

Akhirnya... haah... selesai juga... haah... satu capter lagih... haah haah haah *berusaha mengatur napas

*ambil napas *buang napas *ambil napas *buang napas

Oke berikut chapter selanjutnya dari kisah Alvin - Sivia. Sebelumnya kita tahu hubungan antara Alvin - Ify - Rio, dimana ada tiga hati disitu namun hanya Rio dan Ify yang saling mencintai, mengesampingkan Alvin dengan cinta sepihaknya terhadap Ify. *ada yang mau jadi pacar Alvin?

Di chapter ini, akan ada hubungan antara judul dan cerita. Meski nggak cocok ya dicocokin aja ya. Lagipula pendapat orang kan beda-beda, hehe. Happy reading!

______________________________

Alvin mendial nomor seseorang sembari satu tangannya memegang kendali mobilnya. Entah apa yang ia pikirkan, mungkin ia gila mencoba menelepon desainer muda itu.

"Halo," sapa Sivia ketika nomor tidak dikenal itu masuk ke teleponnya.

"Ha-halo," sapa Alvin gugup.

"Eh?" heran Sivia ketika mengenali suara Alvin dari teleponnya. "A-ada apa?" tanyanya kemudian.

"Ma-malam ini... gue jemput jam 7. Di butik lo." Sesaat kemudian, nada panggilan terputus terdengar dari ponsel Sivia.

"Ada apa?" tanya Gabriel.

Sivia menatap laki-laki di depannya itu dengan bingung. "Entahlah. Gue juga bingung."

Gabriel ikut memasang tampang bingungnya. "Klien lo?" Sivia mengangguk.

Gabriel kembali menyesap kopinya sambil memandang Sivia. Sivia yang merasa terganggu dengan tatapan itu, meletakkan kedua sikunya di meja dan mendekatkan wajahnya ke Gabriel. "Lo masih naksir gue?"

Hampir saja Gabriel tersedak saat mendengar pertanyaan Sivia. "Bisa nggak lo nggak asal bicara?"

Sivia kembali menegakkan badannya. "Terus apa kalau nggak masalah itu? Lo liatin gue ampe segitunya."

"Ekspresi lo beda aja sama sebelum ada telepon. Ada masalah sama klien lo?"

Sivia mengangguk. "Bos lo itu bikin gue gedek," ketus Sivia.

"Bos gue? Alvin maksud lo?" tanya Gabriel.

"Emang lo punya bos lain?"

"Ya nggak ada sih. Cuma dia doang," jawab Gabriel sambil kembali menyuapkan potongan cake ke mulutnya. Sivia menggembungkan pipinya mendengar tanggapan Gabriel. Teman masa kecilnya itu memang satu-satunya laki-laki yang mampu membuat moodnya naik turun nggak jelas.

"Ada apa sama Alvin? Aaah tunggu tunggu! Lo bilang tadi telepon dari klien lo. Alvin... klien lo?"

Sivia mengangguk. "Lo nggak tau? Dia pesen gaun pengantin di butik gue."

Gabriel terdiam. "Lalu ada masalah apa lo sama Alvin?"

Sivia menatap Gabriel intens. "Dia sama Ify gimana sih hubungannya?" tanyanya. Gabriel balas menatap Sivia.

"Gue bingung deh ama mereka. Mau nikah tapi kok hubungannya bikin orang bingung gitu," komentar Sivia lagi.

Gabriel mengetuk kening Sivia. "Nggak usah ngurusin hubungan orang! Lo jomblo!"

Sivia mengusap keningnya. "Salah kalau gue jomblo?" Sivia melirik arloji di tangannya. Ia segera mengemas barang-barangnya dan berdiri.

"Mau kemana lo?" tanya Gabriel.

"Belanja."

Gabriel segera meneguk habis kopinya dan berdiri. "Gue temenin. Kapan lagi ada yang bawain belanjaan lo secara sukarela," katanya sambil berjalan keluar dari kafe.

Design of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang