CH. 1: Melihatnya

104 6 4
                                    

"Uhm.. ada yang tidak masuk?" kataku pada anak-anak seisi kelas. Sepertinnya "teman-temanku" tidak memperhatikanku. Seperti biasa, hal ini terjadi terus menerus. Akan kuceritakan sedikit tentang hidupku.

Namaku adalah Subare Hanato. Aku tinggal di Tokyo,Jepang bersama Ibu dan Ayahku. Aku adalah anak tunggal. Namun aku tak pernah dimanja. Ayahku adalah seorang pemabuk yg bekerja sebagai petugas karcis disebuah supermarket Tokyo. Ibuku bekerja sebagai desaigner baju untuk para model terkenal. Aku.. tak mempunyai teman, dan betapa tidak beruntungnya aku, karena aku adalah ketua kelas.

"Hei, Hanato! turunkan posisimu sebagai ketua kelas! Kamu bukan orang yang pantas untuk menjadi seorang ketua kelas!" Seru Riko yg ada di pojok kelas. Dia adalah orang yang sering mem-bully aku. "Uhm.. aku nggak bisa karena pasti aku akan dimarahi Pak Yamada.." Jawabku pelan. "Cih! dasar pengecut!" Ejeknya. Hal ini selalu berulang. Selalu. Maka dari itu aku lebih memilih untuk tidak mempunyai teman.

Kringg!!! Bel istirahat berbunyi. Tampaknya semua anak-anak keluar kelas secara berkelompok. "Lebih baik aku ke kantin.." Sahutku. "Oh, Hanato ! bisa kamu tolong Bapak antar kertas kertas ini ke ruang guru?" Tanya Pak Yamada sambil menunjuk ke tumpukan kertas setinggi 30cm. "Bisa.. Pak.." jawabku gugup. "Baiklah, saya minta tolong ya. Terima kasih sudah membantu saya." Pak Yamada melontarkan senyumannya padaku. Aku menjawabnya dengan sebuah anggukan. Kuangkat kertas-kertas itu yg ternyata lumayan berat. Karena tumpukan kertas itu tinggi, aku tak bisa melihat koridor sekolah yg ramai. BRUKK! Aku menabrak seseorang dan kertas kertasnya pun jug berjatuhan. "Oh! Maafkan saya! Saya tak bisa melihat jalan karena membawa kertas-kertas ini!" Aku memohon maaf pada orang yg kutabrak. Sepertinnya dia.. adalah kakak kelasku. "Oh iya, tak apa. Maklum kok. mau kubantu?" Tawar senior itu. "Oh tak apa, aku bisa mengangkat ini dengan hati hati." Kataku sambil masih membungkuk. "Oh baiklah kalau begitu. Aku tinggal ya!" Sahut senior itu. "Ya Kak! Terima Kasih!" jawabku.

Dan pada saat itu juga, aku merasakan, sesuatu yg mekar dihatiku. Rasa Suka.

Suki Desu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang