CH. 3:Tersakiti

56 3 2
                                    

   Aku berjalan menaiki tangga ke lantai 3. Aku ingin menghampiri kelas 3-2, kelas Nishi-san. "Yoshi, mau makan dikantin?" Suara itu sepertinnya sangat familiar ditelingaku.. Jangan-jangan... Aku pun langsung berlari menyusuri anak tangga dengan cepat. "Iya, Nishi! Yuk!" jawab seseorang yang tampaknya tadi ditanyai Nishi-san. Suara perempuan? Aku kira Yoshi adalah nama anak laki-laki. "N-Nishi-san!" panggilku pada Nishi-san saat dia berjalan menuju kantin. Nishi-san pun menolehkan kepalanya ke belakang. Mata kami bertemu. "Oh.. Subare! Ada apa?" Nishi-san pun langsung menghampiriku. "A-anu.. Aku-" perkataanku terpotong. "Siapa kamu? Teman Nishi? Tolong ya, jangan dekati dia. Dia sudah mempunyai pacar! Dan itu adalah aku! Iya kan Nishi?" Kata Perempuan itu. "Kau tidak usah kasar begitu Yoshi.. ngomong ngomong.. ada apa Subare?" Tanya Nishi-san padaku. "Oh iya, kenalkan, ini pacarku, Yoshi. Dan Yoshi, ini adalah gadis yang kuceritakan kemarin." Jelas Nishi-san. Aku terlalu Naif. Seharusnya aku tahu, orang sebaik Nishi-san pasti sudah memiliki pacar. Aku sungguh Naif. "T-tidak ada apa-apa kok.. Nishi-san.." Jawabku pada pertanyaan Nishi-san yang sebelumnya. Aku menggenggam erat tanganku dan menghadapkan wajahku ke lantai. Aku sungguh Naif. Aku tetap mengatakan itu didalam kepalaku. Tanpa pamit, aku berlari dari Nishi-san, menyembunyikan tangisku.

    Aku berlari sampai ke kamar mandi. Disana aku bertemu Riko, orang yang suka membully ku. "Hai Cengeng!" ejeknya sambil masih membersihkan tangannya. "H-hai.. Riko.." jawabku dengan suara yang dipenuhi kesedihan. "Wow, kamu bahkan tak marah walau kupanggil cengeng. Kau aneh sekali." Ejeknya lagi. Aku hanya diam. "Yah, menyukai seseorang memang susah. Bener kan aku?" tanyanya. Bagaimana dia bisa tahu? "Bagaimana kau-" "Kau tidak pernah menangis karena dibully atau dimarahin guru. Jadi aku hanya menebak. Tapi ternyata aku benar. Apa dia sudah punya pacar?" Aku mengangguk. "Keberuntunganmu sangatlah kecil. Kalo kau suka padannya, berusahalah." setelah itu, Riko meninggalkanku. Apa-apaan.. Riko bukan seperti itu.. apa ada sesuatu yang terjadi? Aku cepat cepat menghapus air mataku dan berlari mengikuti Riko. Riko berjalan menuju lokernya. Saat dia membuka lokernya, kulihat paku-paku berjatuhan dari lokernya. "Anak-anak sialan." gumam Riko dengan pelan namun aku bisa mendengarnya. Apa Riko... sedang dibully?

Suki Desu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang