Enam

10.9K 251 31
                                    


Pagi pertamaku mencicipi dinginnya lantai penjara benar-benar mengesankan. Bagaimana tidak mengesankan kalau sekujur badanku habis digigit nyamuk sepanjang malam. Akibatnya pagi ini tubuhku bentol bentol kemerahan dan terasa gatal.

Tak lama setelah aku bangun, terdengar bunyi gerendel dan pintu sel beradu keras.

Salah seorang polisi jaga masuk kedalam tahanan dan membuka pintu sel pertama dilanjutkan ke sel yang kedua...

"Eh, kerja-kerja kalian..." katanya berteriak sambil memukul-mukulkan pentungan hitamnya ke jeruji sel. Serempak semua tahanan berhambur keluar sel tahanannya masing-masing dan masuk kedalam ruangan kosong disebelah ruangan tempat aku menghabiskan malam.

Ternyata ruangan kosong itu semacam gudang. Karena dari sana mereka mengambil sapu lantai dan sapu lidi serta kain lap. Semua tahanan terlihat sibuk mengerjakan tugas nya masing-masing. Kulihat tiga orang anak pencuri mesin karambia (parut kelapa) sudah mulai berbaur dengan tahanan di sel pertama. Mereka terlihat mengambil sapu ijuk, dan mulai menyapu lantai di sel pertama.

Sementara itu si polisi jaga mulai berjalan kearahku. Kutahan tanganku agar tak menggaruk, begitu si polisi jaga berdiri di hadapanku

"Eh, kau tahanan yang baru itu ya??..." Tanya si polisi dengan nada yang benar-benar tak kusuka...

Nge-sok....

"Iya pak..." jawabku berusaha se-sopan mungkin

"Hmmm..." desisnya sambil mengamatiku dari atas ke bawah.

Pandangannya benar-benar membuatku risih. Aku serasa ditelanjangi. Kulihat nama yang tertera di baju seragamnya.

Eka... (nama samaran)

Polisi satu ini berkulit putih, dengan tinggi badan sekitar 175cm. Bola matanya yang hitam dan besar masih saja meng scan ku mulai dari kepala hinga mata kaki. Andai saja aku statusku saat ini bukan seorang pesakitan, sudah dari tadi kuhantam si Eka ini.

"Sudah kau tentukan mau masuk sel mana nanti?" Tanya polisi bernama Eka itu masih dengan nada suara nya nge sok

"Sudah pak... Saya masuk ke sana aja..." kata ku sambil menujuk ke sel 2 yang langsung membuat semua penghuni sel itu melihat kearahku.

"Disana banyak yang homo. Yakin kau mau masuk kesana??" bisik Eka

Kupasang wajah innocent ku yang membuat banyaaaak pacar-pacarku masuk dalam perangkap cinta yang kupasang. Sedikit pucat dan terbata-bata kurespon bisikannya barusan...

"Ma.... Ma-sa pak?? Terus saya harus gimana nih. Udah janji tadi sama abang yang botak itu kalau aku mau masuk ke sel dua..." jawabku terbata-bata sambil menatap mata Eka tanpa berkedip.

Si polisi jaga bernama Eka itu sepertinya telah memakan umpanku. Sedikit termangu dia menjauhkan mukanya dariku kemudian berlalu pergi meninggalkanku yang sudah menyunggingkan senyum kemenanganku.

"Eh kau,... sini kau...." Teriaknya memanggil kepala sel kedua

"Siap pak...." Ujar si abang botak berteriak, lalu berlari mengikuti langkah Eka ke lorong sel tempat tiga pencuri karambia menghabiskan malam. Kulihat Eka berbicara serius dengan kepala sel ku yang dijawab bang botak dengan anggukan.

Tak lama sesudahnya, Eka pergi setelah kembali mengunci gerendel pintu utama sel tahanan. Aku menatapnya hingga tak terlihat lagi dari tempatku berdiri

"Woy, sini kau..." panggil si abang botak

Setengah berlari aku memasuki ruangan sel kedua yang terlihat seperti kapal pecah. Lantai kamar tahanan terlihat ditutupi papan yang disusun berbaris sebagai alas tidur agar tahanan tak masuk angin. Disudut kiri kamar tepat diatas pintu sel, terlihat kamera cctv yang merekam semua aktifitas tahanan didalam sel.

NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang