"Jangan nunggu Tuhan ngasih jalan, buatlah jalan sendiri, siapa yang tahu kalo Tuhan ternyata berkehendak," suara pria dari belakangnya sontak membuat Gilda terkejut.
Ya, Navad. Navad tau semuanya, lagu-lagunya, rahasia-rahasia ia tentang Navad yang diumbar oleh teman-temannya sendiri. Tetapi ada suatu dinding penghalang diantara mereka. Gilda yakin betul bahwa Navad sudah memiliki kekasih. Mereka masih 'keep and touch' seolah tidak ada sesuatu yang besar terjadi diantara mereka waktu SMA dulu.
"Telat banget gak sih, Vad?" jawabnya setelah bermenit-menit hanya menatap-natap langit yang kelabu. Rasa canggung dan aneh memenuhi dadanya. Tiga tahun lebih ia hidup tenang, tetapi malam ini berhasil meruntuhkan dinding pertahanannya.
Navad masih sama, sederhana dan lembut, 180 derajat berbeda dengan Lucky. Navad masih sama, aman dan nyaman berada di dekatnya, 180 derajat berbeda dari Lucky.
"Udahlah, telat atau enggaknya, itu udah gak penting, Da. Mending sekarang kita jalan-jalan sambil bernostalgia, siapa tahu kita dapet jalan," sahut Navad seraya bangkit dari duduknya.
Gilda berdiri di sampingnya, berjalan ke arah masa lalu. Tempat-tempat yang sama, di waktu dan situasi yang berbeda. Navad tampak ingat semuanya. Gilda berusaha sekuat mungkin untuk tidak terbawa suasana, mengingat keduanya sudah memiliki ikatan masing-masing. Langkah kaki mereka terhenti di depan toko es krim yang cukup besar. Waktu ia SMA, toko ini hanya memiliki gerobak dan beberapa bangku. Mata Gilda dan Navad bertemu, seakan berbicara bahwa mereka ingat semua ini. Mereka ingat bahwa dulu mereka pergi ke tempat ini setiap hari sepulang sekolah untuk berbincang dan mengerjakan tugas.
Entah apa yang tuan mereka perintahkan, mereka berdua jatuh ke dalam dekapan satu sama lain. Erat dan hangat sehingga hati mereka bersentuhan. Lebih nyaman dari apapun, bahkan kekasih mereka sekalipun. Bermenit-menit mereka berdekapan. Tak lama, pelukan mereka meregang. Gilda melihat Lucky, dengan wanita lain, dengan senyuman, dengan kemesraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALAN
Short StoryTerkadang kita harus mencari jalan sendiri, bukan menunggu untuk ditunjukkan ke sebuah jalan.